WITI KARWITI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR TIMBAL DALAM BAYAM AMARANTHUS TRICOLOR L BERDASARKAN JARAK LOKASI PENANAMAN DARI JALAN RAYA KOTA PALEMBANG CAHYA NINGRUM YUNIARTI; DIAH NAVIANTI; WITI KARWITI
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 10 No 1 (2015): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7786.602 KB)

Abstract

Sayuran adalah salah satu sumber bahan makanan yang banyak mengandung nutrisi. Sa/ah satu sayuran yang memiliki nutrisi yang banyak adalah bayam. Bayam yang memiliki nama ilmiah Amaranthus spp. ini merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Menurut Ahmad R (1994), pencemaran logam timbal telah menyebabkan sayuran yang ditanam dekat jalan raya padat lalu lintas mengandung timbal di atas ambang batas yang ditentukan oleh WHO, yakni sebesar 15, 5 ppm sampai 29,9 ppm. Sumber utama pencemaran timbal yaitu dari emisi kendaraan bermotor. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia, kerusakan ginjal, merusak sistem saraf, dll. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar timbal (Pb) dalam bayam (Amaranthus tricolor L) berdasarkanjarak lokasi penanaman dari jalan raya di kota Palembang. Penelitian ini bersifat analitik observasional. Pengambilan sampel dilakukan di petak kebun bayam cabut putih (Amaranthus tricolor L) yang terdapat di JalanPangeran Ayin Kenten Palembang. Sampel penelitian adalah bayam cabut putih yang diambil secara acak sederhana. Metode pemeriksaan timbal menggunakan metode spektrofotometri dengan AAS.Dari hasil analisa data maka didapatkan rata-rata kadar Timbal (Pb) dalam bayam yang ditanam pada jarak 100 meter dari jalan raya adalah 19,93480 ppm lebih tinggi dibandingkan rata-rata kadar Timbal (Pb) dalam bayam yang ditanam pada jarak > 100 meter dari jalan raya adalah 16, 5 67 48 ppm. Dari data ini tergambar rata-rata. Tetapi setelah dilakukan uji statistik bahwa tidak ada perbedaan antara jarak penanaman dari jalan rayadengan peningkatan kadar timbal (Pb) dalam bayam dengan P Value 0,655. Konsentrasi rata-rata kadar timbal adalah 3,367320 ppm melebihi batas nilai yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2, 0 ppm. Dengan demikian walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna disarankan agar masyarakat tetap harus memperhatikan jarak penanaman dari jalan raya terhadap peningkatan kadar timbal (Pb).
Pengaruh Perendaman Dengan Kertas Koran Dalam Air Panas Terhadap Kadar Timbal (Pb) Pada Ikan Asin Diah Navianti; Witi Karwiti; Anton Syailendra; Rara Tarika
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 12 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.773 KB) | DOI: 10.36086/jpp.v1i12.139

Abstract

Pada prinsipnya pengolahan ikan asin adalah usaha untuk memperpanjang umur simpan ikan dengan cara menambahkan garam dan selanjutnya dikeringkan, sehingga diharapkan mikroba pangan dan mikroba pembusuk dapat dicegah pembusukannya. Tetapi rasa asin yang begitu tinggi tidak disukai oleh masyarakat, sehingga masyarakat melakukan suatu upaya dengan cara merendam dalam air yang ditambahkan kertas Koran. Kebiasaan masyarakat untuk merendam dengan air dapat menggunakan air biasa(suhu kamar) atau air panas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan kertas koran dan air panas dalam proses perendaman ikan asin yang dapat membahayakan konsumen. Karena timbal yang terdapat pada tinta koran dapat masuk kedalam daging ikan melalui proses difusi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perendaman dengan kertas korandalam air panas terhadap kadar timbal (Pb) pada ikan asin. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental. Populasi dan sampeldalam penelitian ini adalah ikan asin yang dijual oleh pedagang di pasar 10 Ulu Palembang. Metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel yang diambil adalah ikan asin yang berukuran besar dan berdaging tebal. Dari 28 pedagang ikan asin dipasar 10 Ulu kota Palembang terdapat 11 jenis ikan asin yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Analisis data yang digunakan adalah uji t - dependen. Data diolah dengan bantuan software komputer.Hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar timbal (Pb) pada ikan asin sebelum direndam dengan kertas koran dalam air panas adalah 0,4370 ppm dengan median sebesar 0,429 ppm dan standar deviasi 0,1392 ppm. Sedangkan kadar minimumnya 0,2534 ppm dan kadar maksimumnya 0,6369 ppm. Hasil rata-rata kadar timbal (Pb) pada ikan asin sesudah direndam dengan kertas koran dalam air panas selama 25 menit adalah 0,5432 ppm dengan median sebesar 0,4463 dan standar deviasi 0,2827 ppm. Sedangkan kadar minimumnya 0,2781 ppm dan kadar maksimumnya adalah 1,2393 ppm.Persentase perbedaan rata-rata kadar timbal (Pb) pada ikan asin sebelum direndam dengan kertas koran dalam air panas dari kadar timbal (Pb) pada ikan asin sesudah direndam dengan kertas koran dalam air panas selama 25 menit adalah 24,30 %. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh P value sebesar 0,311, sehingga menunjukan hasil yang bermakna dari Į (P value > Į = 0,025) pada kadar timbal (Pb) pada ikan asin sebelum direndam dan sesudah direndam dengan kertas koran dalam air panas selama 25 menit. Jadi dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh perendaman dengan kertas koran dalam air panas terhadap kadar timbal (Pb) pada ikan asin. Disarankan kepada instansi terkait untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang alternatif lain dalam mengurangi kadar garam pada ikan asin sebelum dikonsumsi untuk menghindari adanya kontaminasi timbal (Pb) pada ikan asin, misalnya melakukan perendaman dengan air garam jenuh atau garam berlebih.
Pengaruh Jenis Air Yang Digunakan Terhadap Kadar Klorin Pada Air Seduhan Kertas Pembungkus Teh Celup Nurhayati Ramli; Diah Navianti; Witi Karwiti
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 13 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.656 KB)

Abstract

Saat ini masyarakat lebih suka menyeduh teh celup karena praktis. Namun, tidak semua mengetahui dampak buruk dari klorin yang terdapat dalam kertas pembungkus teh celup tersebut. Penelitian ini bersifat pra eksperimental. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis air dan perlakuan suhu terhadap kadar klorin pada air seduhan teh celup. Sampel penelitian diambil dari semua jenis air (air PDAM, air sumur, air minum kemasan bermerk patent, dan isi ulang) yang digunakan oleh masyarakat di Jalan Sukabangun I Km. 6,5 Palembang untuk menyeduh teh celup. Dalam penelitian ini, teh celup direndam dalam jenis air yang berbeda selama 3 menit pada suhu yang berbeda yaitu suhu 660C dan 1000C. Kadar klorin dalam sampel diperiksa menggunakan spektrofotometer. Uji Anova dan uji T digunakan untuk menganalisa pengaruh jenis air dan suhu terhadap kadar klorin. Berdasarkan uji statistik menggunakan Anova, diketahui ada pengaruh jenis air yang digunakan terhadap kadar klorin dalam air seduhan teh celup (p=0,008). Adapun jenis air yang berhubungan signifikan adalah antara kadar klorin pada air seduhan teh celup yang dilarutkan dengan menggunakan air minum kemasan (bermerk paten) dan air PDAM (p = 0,048), serta antara air PDAM dan air minum kemasan (isi ulang), yaitu p = 0,028. Uji T menunjukkan bahwa setelah direndam selama 3 menit pada suhu 660C, kadar klorin pada air PDAM, air sumur, air minum kemasan bermerk patent, dan isi ulang adalah 0,9940 ppm, 0,8660 ppm, 0,780 ppm, dan 0,5420 ppm. Sedangkan setelah direndam pada suhu 1000C, rata-rata kadar klorinnya adalah 0,9660 ppm, 0,9740 ppm, 0,70020 ppm, dan 0,5820 ppm. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kedua perlakuan suhu terhadap kadar klorin pada air seduhan kertas pembungkus teh celup (p = 0,299). Walaupun secara statistik tidak ada pengaruh signifikan antara perlakuan suhu terhadap kadar klorin, tetap disarankan untuk menggunakan air bersuhu dispenser (66oC) dalam membuat seduhan teh celup, karena secara teori peristiwa osmosis yang terjadi bisa disebabkan oleh pengaruh suhu. Selain itu disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan air minum dalam kemasan baik yang bermerk patent maupun isi ulang dalam membuat seduhan teh celup.
Gambaran Jumlah Leukosit Pada Tukang Ojek Yang Merokok Di Pasar Km 5 Palembang Tahun 2013 Ardiya Garini; Sri Hartini Harianja; Witi Karwiti; Uci Astari
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 14 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.109 KB)

Abstract

Leukosit atau sel darah putih adalah sel yang mengandung inti, dan berperan khusus dalam sistem imun dalam tubuh. Jumlah normal leukosit dalam darah manusia yaitu 5000-10000 sel/mm darah. Salah satu penyebab jumlah leukosit meningkat adalah kebiasaan merokok. Penelitian ini bersifat deskriftif observasional dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan penelitian pada satu waktu saja dan tidak bersifat kontinu. Sampel penelitian ini berjumlah 54 responden yang diambil secara accidental sampling, pada tukang ojek yang merokok di pasar KM 5 Palembang tahun 2013. Kemudian sampel di periksa dengan alat sysmex XT 4000i dengan menggunakan metode blood cell counter analyzer. Hasil penelitian distribusi frekuensi jumlah leukosit dari 54 responden didapatkan 48 responden (88,9%) jumlah leukosit normal, sedangkan 6 responden (11,1%) leukositosis. Dari 25 responden yang usia perokok berisiko didapatkan 19 responden (76,0%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (24,0%) leukositosis. Dari 20 responden yang menghisap rokok jenis nonfilter didapatkan 14 responden (70,0%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (30,0%) leukositosis. Dari 48 responden yang merokok relatif lama didapatkan 42 reponden (87,5%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (12,5%) leukositosis. Dari 16 responden yang kategori perokok berat didapatkan 10 responden (62,5%) jumlah leukosit normal dan 6 responden (37,5%) leukositosis. Dengan demikian masyarakat agar mengurangi kebiasaan merokok bahkan berhenti merokok karena merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Pengaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Sp Karneli Karneli; Witi Karwiti; Geby Rahmalia
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 1 No 14 (2014): Jurnal Kesehatan
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.348 KB)

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) digunakan sebagai obat tradisional. Bawang merah mempunyai efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin. Oleh enzim allisin liase senyawa alliin atau allisin diubah menjadi asam piruvat, ammonia. Allisin adalah antimikroba yang bersifat bakterisida yang dapat berfungsi salah satunya mengobati penyakit infeksi seperti abses (penimbunan nanah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp dan perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental. Sampel berupa ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 10%-100%. Penelitian ini menggunakan metode Kirby-Bauer (cakram kertas). Data dianalisis menggunakan uji regresi linier dan uji t-tes satu sampel. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp dengan kekuatan pengaruh berdasarkan Pearson sebesar 0,869 artinya pengaruh sangat kuat (bila r = 0,76–1,00) dan ada perbedaan efektifitas ekstrak bawang merah dengan Novobiosin 30 g terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp, dimana nilai p value Staphylococcus sp yaitu 0,000 (p value < 0,05). Dari hasil tersebut maka diharapkan pada masyarakat menggunakan bawang merah sebagai tanaman obat untuk mengobati infeksi kulit ringan yang disebabkan oleh Staphylococcus. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode yang berbeda.
GAMBARAN KADAR IODIUM (Sebagai KIO3) DALAM GARAM DAPUR YANG DI JUAL DI PASAR KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Witi Karwiti; Itail Husna Basa; Asrori Asrori; Veny Silvia
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 13 No 2 (2018): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v13i2.233

Abstract

Iodium merupakan salah satu mineral esensial, jika terjadi defisiensi iodium, maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan dan pertumbuhan berupa terjadinya keguguran, cacat bawaan, kretin, atau hipotiroid. Pencegahan defisiensi iodium dapat dilakukan dengan mengkonsumsi garam beriodium. Tetapi, jika konsumsinya berlebih akan menyebabkan toksisitas dan hipertiroid. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar iodium (sebagai KIO3) dalam garam dapur yang dijual di Pasar Kota Palembang tahun 2017. Variabel penelitian ini adalah warna, bentuk, kemasan, suhu tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Jenis penelitian deskriptif. Analisa iodium secara kualitatif menggunakan amilum 1%, dan analisa kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri. Jumlah sampel yaitu 27 sampel garam dapur bermerek yang dijual di Kota Palembang diambil secara purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kadar iodium terendah14,71 ppm dan tertinggi 98,08 ppm, terdapat 51,85% memenuhi syarat dan 48,15% tidak memenuhi syarat SNI. Berdasarkan warna, terdapat 64,71% putih bersih dan 70% putih keabu-abuan memenuhi syarat. Berdasarkan bentuk, terdapat 50% bentuk halus dan 57,14% berbentuk kasar memenuhi syarat. Berdasarkan kemasan, terdapat 53,85% tertutup memenuhi syarat. Berdasarkan suhu tempat penjualan, terdapat 53,85% suhu <25°C dan 50% suhu 25-60°C memenuhi syarat. Berdasarkan lama penyimpanan ≥6 bulan, terdapat 1,85% memenuhi syarat. Disarankan kepada masyarakat agar membeli garam beriodium yang tercantum label syarat dari SNI (30-80 ppm). Selain itu, masyarakat juga harus menyimpan garam dapur pada tempat tertutup dan sebaiknya mendapatkan asupan iodium 100-150 mikrogram tiap orang per hari.