Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

INCREASING COMPETENCE OF MIDWIFERY STUDENTS IN PERINEAL WOUND SUTURING USING LOW COST MODEL MADE FROM FLANNEL FABRIC Iswantoro, Rery Kurniawati Danu; Yuningsih, Nani; Rohaeti, Ayi Tansah; Widyawati, Melyana Nurul
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No 2 (2017)
Publisher : Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.061 KB)

Abstract

Background: Competence of postpartum perineum wound suturing should be owned by midwives. However, students are limitedly trained on how to use cotton pads that are less representative in form and material. This results in a lack of student competence in perineum stitching practice. Aims: This study goal is to know the effectiveness of perineum wound suturing model made from flannel in order to increase stitching competence on the students of Midwifery study program of Banten Health Polytechnic. Methods: This research was designed using experimental design with post-test design method. The respondents consisted of 11 treatment group and 14 control group. The research implementation consisted of three stages. First, an introduction to the perineum wound sewing technique. Second, the model group practiced with flannel and cotton. Third, the respondents filled up the questionnaire on level of confidence and competence assessment of both groups of students. Data analysis used Mann Whitney test because the median difference of two independent groups if the dependent variable data scale is ordinal and ratio. Results: The results showed that the mean of perineum wound suturing competence in the model group was higher (83) than in the non-model group (74). The statistical test results obtained p = 0.002 which means that there was a significant difference in the competency of both groups. At the self confidence level of the respondents in performing perineum wound suturing, both groups had the same mean (4) with p = 0.651. At the time of perineum wound suturing, it is known that the model group mean was slightly faster (20 minutes) than the non-model group (22 minutes) with p = 0.978. There were no significant differences between the two variables. Conclusion: The study showed that the test model was better in improving the competence of the perineum wound suturing. Flannel model is also more affordable and can be sutured over and over so it is economical for students. Further study on efficient media is recommended so that duration and confidence would be better. 
INCREASING COMPETENCE OF MIDWIFERY STUDENTS IN PERINEAL WOUND SUTURING USING LOW COST MODEL MADE FROM FLANNEL FABRIC Rery Kurniawati Danu Iswantoro; Nani Yuningsih; Ayi Tansah Rohaeti; Melyana Nurul Widyawati
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Competence of postpartum perineum wound suturing should be owned by midwives. However, students are limitedly trained on how to use cotton pads that are less representative in form and material. This results in a lack of student competence in perineum stitching practice. Aims: This study goal is to know the effectiveness of perineum wound suturing model made from flannel in order to increase stitching competence on the students of Midwifery study program of Banten Health Polytechnic. Methods: This research was designed using experimental design with post-test design method. The respondents consisted of 11 treatment group and 14 control group. The research implementation consisted of three stages. First, an introduction to the perineum wound sewing technique. Second, the model group practiced with flannel and cotton. Third, the respondents filled up the questionnaire on level of confidence and competence assessment of both groups of students. Data analysis used Mann Whitney test because the median difference of two independent groups if the dependent variable data scale is ordinal and ratio. Results: The results showed that the mean of perineum wound suturing competence in the model group was higher (83) than in the non-model group (74). The statistical test results obtained p = 0.002 which means that there was a significant difference in the competency of both groups. At the self confidence level of the respondents in performing perineum wound suturing, both groups had the same mean (4) with p = 0.651. At the time of perineum wound suturing, it is known that the model group mean was slightly faster (20 minutes) than the non-model group (22 minutes) with p = 0.978. There were no significant differences between the two variables. Conclusion: The study showed that the test model was better in improving the competence of the perineum wound suturing. Flannel model is also more affordable and can be sutured over and over so it is economical for students. Further study on efficient media is recommended so that duration and confidence would be better. 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA KADER POSYANDU DALAM DETEKSI DINI RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARUNGGUNUNG TAHUN 2016 Nurul Misbah; Ayi Tansah R
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.703 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v4i1.73

Abstract

Peranan kader sangat penting karena kader ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya pelayanan di posyandu akan terhambat yang berdampak pada cakupan kunjungan ibu dan bayi/balita. Keikutsertaan dan keaktifan kader di posyandu diharapkan mampu menggerakkan partisipasi masyarakat. Karena Kader merupakan titik sentral dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan untuk tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran serta kader posyandu dalam deteksi dini risiko kehamilan di wilayah Kerja Puskesmas Warunggunung Kabupaten Lebak Tahun 2016. Desain penelitian deskriptif analitik dengan mengunakan pendekatan cross sectional. Jumlah Populasi berjumlah 270 orang sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Warunggunung sebanyak 75 orang, Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukan Masih ada sebagian kecil peran serta kader posyandu kurang (26,7%), hampir setengahnya pengetahuan kader posyandu kurang (45,3), sebagian besar kader posyandu tingkat pendidikannya rendah (65,3%), sebagian kecil kader posyandu tidak pernah mengikuti pelatihan kader (30,7%), masih terdapat kader posyandu bersikap negatif terhadap deteksi dini pada kehamilan ( 32,0%), hampir setengahnya kader posyandu pengalaman menjadi kader < 10 tahun (48,0%), terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan riwayat pelatihan dengan peran kader Posyandu di Kecamatan Warunggunung. Tidak terdapat hubungan antara, Pendidikan dan Pengalaman dengan Peran Kader Posyandu di Kecamatan Warunggunung. Puskesmas khususnya bidan desa hendaknya meningkatkan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada kader-kader posyandu terkait deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil secara periodik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU OLEH LANSIA Nurul Misbah; Ayi Tansah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 2 (2015): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.291 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i2.112

Abstract

Jumlah penduduk Lansia Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025 diperkirakan akan mencapai 28,99 juta jiwa. Peningkatan jumlah Lansia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia berupa Posyandu Lansia (Pos Pembinaan Terpadu), namun pemanfaatannya di masyarakat belum optimal. Tujuan penelitian iniUntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Pos pembinaan terpadu oleh Lansia di desa Padasuka wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak tahun 2015.Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yaitu total populasi sebanyak 68 lansia.Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kwisioner dan wawancara. Analisis data dengan univariat, dan bivariat. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa Sebagian besar(60,6%) lansia kurang memanfaatkan Posbindu, sebagian besar (59,1%) lansia memiliki umur 45-59 tahun (Pra Lansia),hampir seluruhnya (92,4%) tingkat pendidikan lansia rendah,sebagian kecil (30,3%) sikap lansia terhadap posbindu negatif,hampir setengahnya (48,5%) lansia kurang mendapat dukungan keluarga. Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkanterdapat hubungan yang bermanakna antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu dan tidak terdapat hubungan yang bermanakna antara umur dan pendidian dengan pemanfaatan Posbindu di Desa Padasuka Wilayah Kerja Puskesmas Warunggunung tahun 2015. Seiring dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup dan jumlah Usila lanjut bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak hendaknya membuat kebijakan untuk mewujudkan program Posbindu secara merata di setiap desa.Dinas kesehatan dalam hal ini Puskesmas, hendaknya melakukan advokasi ke tingkat desa guna mengadakan sarana dan prasarana Posbindu minimal setiap RW memiliki satu buah Posbindu.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANGKASBITUNG DESA CIJORO LEBAK TAHUN 2018 nintinjri husnida; Tutik Iswanti; Ayi Tansah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 6 No 2 (2019): November
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v6i2.187

Abstract

Indikator Mellenium Develompent Goals (MDGs) adalah mengurangi kematian anak dengan target menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesardua per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengant ahun 2015 artinya menurunkan dari 97 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Diikuti dengan indikator kesehatan dalam SDGs 2015 yang merupakan goals ketiga yaitu jaminan kesehatan dan promosi kesehatan bagi semua umur. Imunisasi adalah suatu komponen penting untuk menurunkan angka kematian anak usia bawah lima tahun. Pentingnya imunisasi dasar lengkap adalah untuk mencegah kecacatan dan kematian pada bayi / balita. Cakupan imunisasi dasar di Puskesmas sampai saat masih dibawah standar yaitu < 90 %. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar di Wilayah kerja Puskesmas Rangkasbitung Desa Cijoro Lebak Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang di gunakan 48 responden.Data penelitian ini diambil secara primer menggunakan kuesioner.Analisis data untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian univariat menunjukkan jumlah ibu dengan status imunisasi yang tidak lengkap. Dari hasil uji bivariat didapatkan didapatkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dengan nilai OR 6.67. Saran untuk Jurusan kebidanan Rangkasbitungagar penelitian ini dapat dijadikan referensi di perpustakaan dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai imunisasi dasar bayi.
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KECEMASAN PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN LEBAK Tutik Iswanti; Nintinjri Husnida; Ayi Tansah Rohaeti; Omo Sutomo
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 8 No 1 (2021): Mei
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v8i1.232

Abstract

Latar Belakang : Kecemasan pada kehamilan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan berdampak pada kondisi fisik dan psikis pada ibu dan janin yang dikandungnya. Menurut Alder et al (2017), kehamilan dengan kecemasan akan mempengaruhi lingkungan intrauterine dan perkembangan janinnya. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan ibu hamil. Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 76 responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Analisis data univariat dipaparkan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square dan analisis multivariate dengan regresi logistic. Hasil : Ibu hamil dengan kecemasan sebesar 38,2%, ibu hamil yang kurang dukungan social sebanyak 30,3%, ibu hamil dengan umur beresiko sebesar 30,3%, ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 34,2%, ibu hamil yang bekerja sebanyak 42,1%, ibu hamil primigravida sebanyak 34,2%, dan ibu hamil yang tidak mengikuti latihan fisik sebanyak 36,8%. Tidak ada pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan ibu hamil (0,887), Faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil yaitu tingkat pendidikan (0,000) dan graviditas (0,075) dan faktor yang paling mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan (0,000). Kesimpulan : Tidak ada pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan ibu hamil Kata kunci : Dukungan sosial, kecemasan
Pengaruh Kelas Remaja Putri Dan Integrasi Model Aplikasi Android "My Periode Tracker" Untuk Menurunkan Gejala Kecemasan Premenstrual Syndrome Alice Leiwakabessy; Henny Novita; Endah Dian Marlina; Ayi Tansah Rohaeti; jusuf Kristianto
Jurnal Health Sains Vol. 3 No. 12 (2022): Jurnal Health Sains
Publisher : Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jhs.v3i12.650

Abstract

psychological changes called Premenstrual Syndrome (PMS). Approximately 75% occurs in women of reproductive age, including adolescent girls. This situation can cause teenagers to experience problems in terms of achievement in school and social relationships with peers or disruption of daily activities if PMS is not handled properly. To reduce PMS symptoms, several strategies can be used, including stress management and complementary therapies such as yoga and breathing exercises that have been developed into a website-based application. This research was conducted by taking data from Al Hidayah Vocational High School students in South Jakarta who were given treatment in the Young Women class and monitoring PMS symptoms using the "Premenstrual Syndrome Tracker" application for the intervention group and the control group who were given counseling. The design of this study used a Quasi Experimental Group with Pretest-Pottest Control Design. In this design, there are two groups, each of which is selected randomly, one group acts as a control and the other group as an intervention group. The treated group is called the intervention group. Then, at the specified time, the intervention group was given treatment. After the treatment was completed, measurements were made for both groups. Comparison of results between the two groups shows the effect of the treatment that has been given. The number of respondents was 60 people, consisting of 30 control groups and 30 intervention groups. The conclusion of the study using this application to reduce the symptoms of premenstrual syndrome showed positive results. The results of the study reflect that young women say that the applications they use are able to empower them and provide knowledge and are more aware and aware of their menstrual cycles, they can also find out about menstrual cycle irregularities and how to overcome physical and psychological discomfort before and during menstruation. can be used as information for health workers.