Herlina Rante
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MOLEKULER MIKROBA ENDOFIT TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica L.) SEBAGAI PENGHASIL ANTIMIKROBA Muh Hidayat; Mufidah Mufidah; Herlina Rante
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 22 No. 2 (2018): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1440.592 KB) | DOI: 10.20956/mff.v22i2.5702

Abstract

Pegagan atau dikenal sebagai Centella asiatica L merupakan tumbuhan tropis di Indonesia yang sering digunakan sebagai obat traditional. Pegagan memiliki kandungan senyawa yang bermanfaat sebagai penyembuhan luka, antibakteri, antioksidan dan bahkan antikanker. Senyawa dengan karakteristik yang sama diperkirakan bisa dihasilkan oleh mikroba endofit yang ada pada pegagan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan melakukan karakterisasi molekuler isolate mikroba endofit pegangan yang memiliki potensi sebagai antimikroba. Ada enam isolat fungi endofit yang diisolasi, dua diantaranya adalah bakteri endofit dan empat lainnya adalah fungi endofit. Isolat bakteri endofit BEF1 dan fungi endofit FEF2 dipilih untuk dilanjutkan karakterisasi molekulernya setelah melihat hasil uji antagonis terhadap Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus mutans, Salmonella typhosa, dan Candida Albicans. Isolat bakteri endofit BEF 1 menunjukkan zona hambatan terhadap Salmonella typhosa dan Propionibacterium acnes yaitu 8.1 mm dan 6.2 mm. Zona hambatan isolat fungi endofit FEF2 terhadap Salmonella typhosa dan Propionibacterium acnes yaitu 9.3 mm dan 8.3 mm. Isolat bakteri endofit BEF1 memiliki kekerabatan 100% dengan Paenibacillus alvei, sedangkan isolate fungi endofit FEF2 memiliki kekerabatan 100% dengan Colletotrichum gloeosporioides.
PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH PADA TANAMAN SEREH (Cymbopogon citrus) DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI Streptococcus mutans Andi Nurpati Panaungi; Subehan Lallo; Herlina Rante; Gemini Alam; Sartini Sartini; Yulia Yusrini Djabir
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 1 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.14 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i1.6459

Abstract

Tanaman sereh Cymbopogon citrus (DC.) Stapf merupakan salah satu tanaman sereh penghasil minyak atsiri yang digunakan sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat tumbuh dan aktivitas antibakteri. Masing-masing sampel dari ketinggian 935 m dol, 260 m dpl, dan 10 m dpl didestilasi dengan metode destilasi uap air kemudian dilanjutkan pengujian antibakteri, analisis kualitatif menggunakan GCMS. Aktivitas antibakteri menggunakan metode Disc Diffusion Kirby-Bauer menggunakan medium MHA dengan waktu inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari sereh yang paling baik aktivitas antibakteri terdapat pada ketinggian 935 m dpl yang memiliki adaya hambat terhadap Streptococcus mutans sebesar 11,5 mm.
ISOLASI DAN SKRINING AKTINOMISETES LAUT PENGHASIL SENYAWA ANTIBAKTERI-MULTI DRUG RESISTANCE DARI SEDIMEN LAUT PANTAI GALESONG Rahmita Burhamzah; Herlina Rante
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 3 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.879 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i3.9397

Abstract

Sampai saat ini, penyakit infeksi masih menempati urutan kedua penyakit mematikan di dunia. Sementara antibiotika kini telah banyak mengalami resistensi. Salah satu solusi dalam mengatasi masalah ini adalah dengan mencari sumber antibiotika baru, khususnya dari bahan alam, seperti aktinomisetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi aktinomisetes laut dari sedimen laut Pantai Galesong Kabupaten Takalar kemudian menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri MDR (Multi-Drug Resistant). Metode diawali dengan isolasi aktinomisetes menggunakan metode sebar pada medium SNA (Starch Nitrate Agar) dengan memberi praperlakuan berupa pemanasan sampel pada suhu 500C selama 10 menit dan penambahan Nistatin sebagai antifungi. Penentuan aktivitas antibakteri isolat menggunakan metode uji antagonis terhadap bakteri Escherichia coli MDR dan Staphylococcus aureus MDR. Isolat dengan aktivitas antibakteri yang paling kuat diinokulasikan dalam medium produksi dan fermentasi SNB (Starch Nitrate Broth). Hasil fermentasi yang diperoleh diekstraksi dengan etil asetat dan ekstrak yang diperoleh ditentukan KHM-nya dengan membuat variasi konsentrasi secara menurun. Hasil isolasi diperoleh tiga isolat aktinomisetes, namun berdasarkan hasil uji antagonis, di antara ketiga isolat tersebut hanya ada satu isolat yang memiliki aktivitas antibakteri MDR. Isolat tersebut diberi nama isolat GLS 50-2-2 dengan ciri koloni berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan berpasir. Isolat GLS 50-2-2 memiliki aktivitas antbakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus MDR. Uji KHM isolat GLS 50-2-2 terhadap bakteri Staphylococcus aureus MDR dimulai dari konsentrasi 3%, 1,5%, 0,75%, 0,375%, dan 0,1875% dengan zona bening yang hanya diperlihatkan oleh konsentrasi 3% dan 1,5% dengan diameter daya hambat berturut-turut 24 mm dan 14 mm. Isolat GLS 50-2-2 berpotensi sebagai antibakteri S.aureus MDR
ANALISIS RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS PADA CABAI (Capsicum sp.) DARI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG Damaiyanti Damaiyanti; Risfah Yulianty; Asnah Marzuki; Syaharuddin Kasim; Herlina Rante
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 3 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.036 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i3.9401

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada inflasi di Indonesia. Produksi cabai sering mengalami serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan panen. Akibat dari serangan hama tersebut dapat mencapai kerugian sebesar 40-50%. Kerugin tersebut menyebabkan petani tidak mau mengambil resiko dan menempuh jalan yang singkat yaitu denga penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang secara tidak langsung dapat meninggalkan residu pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos dan propenofos yang terdapat dalam cabai. Sampel diambil dari desa Bungin kecamatan Bungin kabupaten Enrekang dan  diekstraksi menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis dengan alat GC/MS, sehingga diperoleh hasil bahwa cabai merah, cabai keriting dan cabai rawit mengandung pestisida dengan bahan aktif klorfirifos yang ditandai dengan munculnya peak pada menit ke 6 dengan base 314 m/z, dan konsetrasi masing-masing 0,0312; 0,0311; dan 0,0627 ppm; namun masih aman untuk di konsumsi karena masih di bawah batas maksimum residu yang di perbolehkan yaitu 20 ppm untuk pestisida klorpirifos.