Asnah Marzuki
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PREPARASI ETOSOM EKSTRAK ETANOL BIJI KOPI (Coffea arabica L.) MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI SOYA LESITIN DAN ETANOL Andi Nur Zam Zam; Latifah Rahman; Sartini Sartini; Subehan Lallo; Asnah Marzuki
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 1 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1155.717 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i1.6457

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan konsentrasi antara soya lesitin dan etanol agar menghasilkan etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dengan efisiensi penjerapan terbaik serta mengetahui perbedaan permeasi antara gel etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dan gel ekstrak etanol biji kopi. Ekstraksi biji kopi hijau dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Selanjutnya ekstrak diformulasikan dalam bentuk etosom menggunakan soya lesitin dengan konsentrasi yang divariasikan. Selanjutnya etosom diformulasikan dalam bentuk gel kemudian diuji laju permeasinya dan dibandingkan dengan gel ekstrak etanol biji kopi. Lipid yang digunakan adalah soya lesitin dan alkohol yang digunakan adalah etanol 95%. Perbandingannya dipilih berdasarkan formula yang paling banyak menjerap ekstrak etanol biji kopi hijau. Optimasi penjerapan dilakukan dengan menaikkan konsentrasi soya lesitin dan etanol hingga diperoleh penjerapan optimum. Pengujian permeasi dilakukan dengan sediaan gel etosom berbasis karbopol dan menggunakan kulit manusia secara in vitro. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh etosom ekstrak etanol biji kopi hijau dengan bentuk Large Unilamellar Vesicles (LUV) dengan ukuran 0,63–12,08 µm. Formula dengan perbandingan b/b soya lesitin : etanol (1:10) dapat menjerap ekstrak etanol biji kopi (EEBK). Uji permeasi menunjukkan bahwa total polifenol EEBK dalam sediaan gel etosom adalah 2,03 mg dalam waktu 240 menit dengan kecepatan lintas membran 1,37 mg/menit cm2. Sedangkan permeasi EEBK dalam sedian gel ekstrak adalah 3,12 mg dalam waktu 240 menit dengan kecepatan lintas membran 1,23 mg/menit cm2.
PENGARUH BAHAN TAMBAHAN MALTODEXTRIN DAN GOM ARAB TERHADAP KADAR TOTAL POLIFENOL DARI EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis) SETELAH PENYIMPANAN Rahmasia Rahmasia; Sartini Sartini; Asnah Marzuki
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 1 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1309.162 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i1.6462

Abstract

Teh hijau (Camellia sinensis) mengandung senyawa polifenol utamanya epigallocatechin-3-gallate (EGCG), epigallatocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan epicatechin (EC) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa polifenol tidak stabil pada temperatur, pH dan oksigen, sehingga ditambahkan bahan enkapsulasi maltodextrin dan gom arab untuk mempertahankan kadar polifenol selama masa penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bahan maltodextrin dan gom arab sebagai pengenkapsulasi dalam mempertahankan kadar polifenol dari ekstrak teh hijau selama masa penyimpanan. Ekstraksi dilakukan secara remaserasi menggunakan pelarut etanol 70 % dengan perbandingan 1:5. Enkapsulasi ekstrak teh hijau menggunakan maltodextrin dan gom arab, perbandingan ekstrak teh hijau dengan enkapsulasi yaitu 1:5, 1:1 dan 1:2. Pengujian kadar total polifenol menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis  dengan larutan standar asam galat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enkapsulasi ekstrak teh hijau dapat mempengaruhi kadar total polifenol.
DOCKING MOLEKULER SENYAWA 5,5’-DIBROMOMETILSESAMIN Andi Anugrah Pratama; Yusnita Rifai; Asnah Marzuki
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 21 No. 3 (2017): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1208.328 KB) | DOI: 10.20956/mff.v21i3.6857

Abstract

Docking molekuler merupakan simulasi secara komputasi yang digunakan untuk memprediksi ikatan antara obat/ligan dan reseptor/protein dengan memasangkan suatu molekul kecil (ligan) pada sisi aktif dari reseptor, yang sampai saat ini banyak digunakan dalam proses penemuan dan pengembangan obat baru dengan aktivitas yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan docking molekul dan pemodelan struktur senyawa 5,5’-dibromometilsesamin yang diduga memiliki afinitas terhadap reseptor SMO. Pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pemodelan senyawa 5,5’-dibromometilsesamin dan dilakukan optimasi geometri senyawa 5,5’-dibromometilsesamin. Proses docking yang dilakukan melalui tahap preparasi ligan, preparasi reseptor dan simulasi docking. Proses preparasi ligan dilakukan dengan protonasi senyawa 5,5’-dibromometilsesamin. Proses preparasi reseptor dilakukan dengan menghapus molekul air pada reseptor kemudian dilakukan protonasi reseptor. Proses simulasi docking dilakukan setelah proses preparasi ligan dan reseptor telah selesai.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa molekul 5,5’-dibromometilsesamin memiliki afinitas pada reseptor SMO (kode pdb 4O9R) dengan Docking score yaitu -7.8500 dan residu asam amino yang terikat yaitu Glu518.
ANALISIS RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS PADA CABAI (Capsicum sp.) DARI DESA BUNGIN KECAMATAN BUNGIN KABUPATEN ENREKANG Damaiyanti Damaiyanti; Risfah Yulianty; Asnah Marzuki; Syaharuddin Kasim; Herlina Rante
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 3 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.036 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i3.9401

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada inflasi di Indonesia. Produksi cabai sering mengalami serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan panen. Akibat dari serangan hama tersebut dapat mencapai kerugian sebesar 40-50%. Kerugin tersebut menyebabkan petani tidak mau mengambil resiko dan menempuh jalan yang singkat yaitu denga penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang secara tidak langsung dapat meninggalkan residu pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos dan propenofos yang terdapat dalam cabai. Sampel diambil dari desa Bungin kecamatan Bungin kabupaten Enrekang dan  diekstraksi menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis dengan alat GC/MS, sehingga diperoleh hasil bahwa cabai merah, cabai keriting dan cabai rawit mengandung pestisida dengan bahan aktif klorfirifos yang ditandai dengan munculnya peak pada menit ke 6 dengan base 314 m/z, dan konsetrasi masing-masing 0,0312; 0,0311; dan 0,0627 ppm; namun masih aman untuk di konsumsi karena masih di bawah batas maksimum residu yang di perbolehkan yaitu 20 ppm untuk pestisida klorpirifos.
ANALISIS RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS PADA BERAS (Oryza sativa) YANG BERASAL KECAMATAN BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA Nurjannah Nurjannah; Risfah Yulianty; Asnah Marzuki; Syaharuddin Kasim; Nana Juniarti Natsir Djide
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 23 No. 3 (2019): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.035 KB) | DOI: 10.20956/mff.v23i3.9402

Abstract

Penggunaan pestisida di Indonesia sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pertanian. Klorpirifos merupakan salah satu kelompok pestisida golongan organofosfat yang banyak digunakan untuk membunuh berbagai serangga. Adanya residu klorpirifos dapat menyebabkan gangguan kesehatan sehingga deteksi residu klorpirifos dalam produk pangan merupakan hal yang penting. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar residu klorpirifos pada beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara dan keamanannya untuk dikonsumsi. Sampel beras diambil langsung dari beberapa petani di Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Sampel diekstraksi dan di clean-up menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis menggunakan GC/MS. Kadar residu klorpirifos dibandingkan dengan standar Batas Maksimum Residu (BMR)pada SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu klorpirifos pada sampel A, B dan C masing-masing sebesar 0,133; 0,092; dan 0,308 mg/kg. Dengan demikian, beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara memiliki kadar residu di bawah nilai BMR (0,5 mg/kg) sehingga aman untuk dikonsumsi