Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Composition and Density of Fouling Organism on the Wood Harbour at Karang-Karangan, Bua District, Luwu Regency Elki Julianto P; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.847 KB) | DOI: 10.20956/jal.v9i2.5376

Abstract

The Research on Composition and Abundance of Biofouling Biota at Woodenpier at Karang-Karangan Beach Bua Sub-district of Luwu Regency was conducted from December 2016-June 2017. The purpose of this research is to know the types of macrobiofouling, and the abundance of macrobiofouling on the wooden pier on the Beach Coral-Karangan, Bua Sub-district, Luwu Regency. Sampling method using a quadrant plot and performed two data retrieves on the poles of wooden pier which were either exposed or unexpressed by water with 12 point stations. The results showed there were 8 species of 6 families: Saccostrea sp (ostreidae), Saccostrea cucullata (Ostreidae), Littoraria scabra (Littorinidae), Thais rufotincta (Muricidae), Septifer sp (Mytilidea), Cladophora glomerata (Cladophoraceae), Balanus sp (Balanidae), and Haemocinus sp (Planopilumnidae). Saccostrea sp has the highest average abundance ofmacrobiofouling on exposed wooden pier (223 ind/m 2). The lowest abundance of Thais rufotincta and Haemocinus sp (1 ind/m2), respectively.
Kondisi Karang di Pulau Baranglompo dan Bone Batang Berdasarkan Tabel Kesehatan Karang Muh. Nurdin; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo; Willem Moka
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan Vol. 10 No. 1 (2019): Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.962 KB) | DOI: 10.20956/jal.v10i1.6384

Abstract

The structure of wing scales in four species of papilionid butterflies were The research about the condition of coral reefs in Baranglompo and Bone Batang island was conducted in January to April 2016 based on “Coralwatch” table. The aim of this study was to determine health condition of coral reefs in Baranglompo and Bone Batang island. The data was obtained in the south, west, and north at a depth of 3 meters and 10 meter using Line Intercept Transect (LIT) method along 100 meters of both islands. The health condition of coral reefs was obtained from four coral colony types specifically Branching, Massive, Tabulate, and Soft coral using Coralwatch method. The results of this study showed that the health condition of coral reefs in Baranglompo and Bone Batang islands was still relatively equal. At a depth of 3 meters, the most healthy coral colony was dominated by branching corals while at a depth of 10 meters dominated by massive corals. However, the average value of coral colors indicating coral condition showed that the health condition of coral reefs in Baranglompo was higher than that in Bone Batang island. High anthropogenic impacts were observed by the trash commonly found in Baranglompo island, many fish bombings also found in Bone Batang island. This study recommend that the health condition of coral reefs in Baranglompo island was greater than that in Bone Batang island.
BIOPORI DAN BIOGRANUL KOMPOS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEDULI LINGKUNGAN DI SMAN 4 KABUPATEN SOPPENG Slamet Santoso; Edy Soekendarsi; Munif S. Hassan; Fahruddin Fahruddin; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 3: (Special Issue) December 2018
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v3i0.2668

Abstract

Teknologi resapan biopori mempunyai fungsi ganda yaitu meresapkan air dan tempat pengomposan sampah organik. Peresapan air membantu mengurangi air genangan dan sekaligus meningkatkan ketersediaan air tanah. Pengomposan sampah organik mengurangi sumber pencemaran lingkungan hidup dan komposnya memperbaiki kualitas tanah.  Teknologi resapan biopori dimulai dari pengeboran tanah dan memasukkan pipa paralon ukuran 3 inchi.  Lubang resapan air ini dapat dijadikan tempat pengomposan sampah organik.  Sampah organik dalam lubang resapan biopori memicu kehadiran organisme tanah  seperti cacing, semut dan rayap. Aktifitas organisme tanah menyebabkan terbentuknya lubang (biopori) yang menjadi jalan air dan udara didalam tanah.  Kegiatan ini memotivasi warga sekolah SMAN 4 kabupaten Soppeng untuk peduli pada lingkungan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa warga sekolah mempunyai pengetahuan dan memahami fungsi ganda lubang resapan biopori yaitu peningkatan ketersediaan air tanah dan produksi biogranul kompos. Dengan pengetahuan biopori dan biogranul diharapkan warga sekolah termotivasi  menuju sekolah Adiwiyata. DOI: https://doi.org/10.26905/abdimas.v3i0.2668
Keragaman Tunikata di Pulau Pannikiang, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Naspira Binti Jabir; Magdalena Litaay; Dody Priosambodo
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan Vol. 13 No. 2 (2022): Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan
Publisher : Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jal.v13i2.22346

Abstract

Tunikata memiliki peran yang sangat penting karena hewan ini banyak berkontribusi bagi kestabilan ekosistem laut dengan menyediakan lahan yang subur bagi biota lain, juga bagian dari rantai makanan serta mangsa bagi banyaknya biota laut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tunikata yang masih sangat terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sampling lapangan dilakukan menggunakan metode line transek pada kedalaman 5 m dengan panjang transek 20 m dan lebar transek 2 m. Semua tunikata yang terdapat dalam transek didata untuk selanjutnya diidentifikasi. Identifikasi jenis berdasarkan karakteristik morfologi disesuaikan dengan referensi identifikasi. Hasil identifikasi menunjukan, terdapat 24 spesies tunikata di kawasan perairan pulau Pannikiang, dimana semua jenis termasuk dalam kelas Ascidiacea. Parameter lingkungan di lokasi sesuai untuk menunjang kehidupan biota laut tersebut.
Sebaran Spasial Komunitas Lamun di Pulau Bone Batang Sulawesi Selatan Dody Priosambodo
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 3, No 2 (2014): September
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/sainsmat3211242014

Abstract

Penelitian mengenai sebaran spasial komunitas lamun dilakukan di pulau Bone Batang, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik habitat dan faktor lingkungan khususnya pada fauna yang hidup pada spesies lamun dan sebaran spasialnya. Data kepadatan lamun diperoleh dari 8 stasiun disekitar pulau. Komposisi spesies lamun pada kawasan terumbu karang diamati dengan metode Tarp. Melalui persamaan Bay-Curtis dan analisis n-MDS, hasil menunjukkan bahwa komposisi lamun dari stasiun yang ada pada pulau Bone Batang terdiri atas spesies yang sama dengan Indeks kesamaan lebih dari 75% kecuali pada stasiun 2 dan 3. Komposisi lamun dibagi dalam 3 kelompok. Analisis korespondensi menunjukkan bahwa sebaran spasial dari stasiun berbeda dan dipengaruhi oleh karakteristik habitat. Thalassia hemprichii mendominasi stasiun 1, 3, 7, 8 sementara Cymodea rotundata mendominasi stasiun 2, 5, 6. Spesies perintis contohnya Halodule uninervis dan Halophila ovalis mendominasi stasiun 3 dan 4. Spesies lamun terbesar Enhalus acoroides mendominasi stasiun 7 dan 8. Sebaran spasial dan komposisi spesies juga menunjukkan bahwa padang lamun di Bone Batang dalam tahap dewasa. Fauna yang hidup di padang lamun Bone Batang melimpah dan didominasi spesies liang. Dapat disimpulkan, bahwa campuran komunitas lamun dengan beragam spesies lamun dan dipengaruhi oleh karakteristik habitat dan fauna yang hidup di dalamnya.Kata kunci: Sebaran Spasial, Lamun, Asosiasi Fauna, Sulawesi Selatan
ANALISIS KADAR NIKEL DAN BESI PADA SEDIMEN PERAIRAN PESISIR DESA FATUFIA, KECAMATAN BAHODOPI, KABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH Dian Ahmado; Muhammad Ruslan Umar; Dody Priosambodo
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 9 No. 1 (2024): Bioma : Januari - Juni 2024
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian analisis kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) pada sedimen perairan pesisir di Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dilakukan pada bulan Januari-Maret 2023, yang bertujuan untuk mengetahui kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) pada sedimen perairan pesisir Desa Fatufia. Penelitian ini bersifat eksploratif-kuantitatif, dengan metode penelitian jelajah, lokasi penelitian dibagi 3 stasiun, dan di setiap stasiun dilakukan pengambilan sampel pada 3 titik, dengan memakai alat pipa pvc berdiameter 3 cm. Analisis kadar logam nikel dan besi dari sedimen menggunakan alat Inductively Coupled Plasma–Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Hasil penelitian diperoleh kadar nikel tertinggi pada stasiun tiga, dan kadar besi pada stasiun tiga. Kadar rata-rata logam nikel 1150,80 ± 393,948 μg/g dan logam besi 22913,49 ± 5656,204 μg/g di perairan pesisir Desa Fatufia. Kadar Nikel tersebut telah jauh di atas standar baku mutu, sedangkan kadar besi telah melewati standar baku mutu terendah yang ditetapkan oleh IADC/CEPA 1997, yaitu Nikel terendah 35 μg/g tertinggi 300 μg/g sedangkan untuk besi terendah 20000 μg/g dan tertinggi 40000 μg/g.
Analisis Pertumbuhan Hewan Karang Jenis Acropora sp. Pada Media Transplan Gantung Dan Spider -, Mifdhayani Maryam; Zainuddin, Mudasir; Priosambodo, Dody; Ambeng, Ambeng; Al Anshari, Muhammad
BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol 5 No 2 (2023): BIOMA: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31605/bioma.v5i2.2884

Abstract

Pulau Samalona merupakan salah satu pulau wisata yang berada di Kepulauan Makassar yang terkenal dengan keindahan alam salah satunya adalah pesona terumbu karangnya yang menarik banyak perhatian wisatawan. Namun terdapat beberapa spot karang yang telah rusak karena ulah dari kegiatan manusia sendiri baik dari masyarakat setempat dan wisatawan dan pengaruh dari lingkungan. Salah satu cara dalam merehabilitasi terumbu karang adalah transplantasi. Transplantasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media gantung dan media spider. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan karang jenis Acropora sp. pada media gantung dan spider. Fragmen karang Acropora sp. yang digunakan sebanyak 30 buah pada masing-masing media yang diamati 2 minggu sekali selama 3 bulan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu pada media gantung memperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 0.70 cm/bulan dan pada media spider diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan 0.69 cm/bulan selama 3 bulan.
KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA EKOSISTEM BERBEDA DI PERAIRAN PULAU BARRANG LOMPO KOTA MAKASSAR Madjid, Islah; Dody Priosambodo; Ambeng; Saifullah
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 10 No. 1 (2025): Bioma : Januari - Juni 2025
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plankton sangat penting bagi rantai makanan laut dan keseimbangan ekosistem. Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan keanekaragaman hayati laut yang kaya, termasuk Pulau Barrang Lompo di Sulawesi Selatan, penelitian tentang plankton sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi, keanekaragaman plankton, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi komunitas plankton di ekosistem berbeda di pulau tersebut. Pengambilan sampel di empat stasiun mengungkapkan adanya 31 jenis plankton: 22 fitoplankton dan 9 zooplankton. Fitoplankton, yang didominasi oleh Bacillariophyceae, memiliki rata-rata 1.547 individu per liter, sementara zooplankton, yang sebagian besar terdiri dari Oligotrichea, memiliki rata-rata 70 individu per liter. Keanekaragaman fitoplankton tergolong sedang, sedangkan keanekaragaman zooplankton tergolong rendah. Adapun kondisi suhu, pH, dan salinitas normal, sehingga secara keseluruhan parameter kualitas air masih berada dalam kisaran normal untuk pertumbuhan dan perkembangan plankton. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekosistem padang lamun memiliki kelimpahan fitoplankton tertinggi sedangkan terumbu karang sebagai ekosistem dengan zooplankton paling melimpah. Indeks keanekaragaman fitoplankton menunjukkan tingkat sedang, dengan zona lamun tertinggi, sedangkan zooplankton menunjukkan keanekaragaman rendah, dengan zona karang merupakan ekosistem tertinggi dibanding ekosistem lain. Keanekaragaman zooplankton rendah disebabkan oleh jumlah spesies dan distribusi yang terbatas. Kata kunci: kelimpahan, keanekaragaman, plankton, ekosistem, Barrang Lompo
INVENTARISASI JENIS TUMBUHAN YANG BERPOTENSI MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KEPULAUAN SPERMODE SULAWESI SELATAN Priosambodo, Dody
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 10 No. 2 (2025): Bioma : Juli - Desember 2025
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Spermonde Islands are a group of small islands off the west coast of South Sulawesi that have characteristics of rich coastal and marine ecosystems, but are vulnerable to climate change pressures and limited food resources. This study aims to identify local plant species that have the potential as alternative food sources to support community food security on these small islands. The method used was an exploratory survey with a participatory approach, involving local communities on five selected islands. The inventory results showed thatthere were 31 types of potential food plants, including tubers, local fruits, vegetables, and wild plants that could be used as sources of carbohydrates, vegetable protein, and micronutrients. Several species such as Artocarpus altilis (breadfruit), Moringa oleifera (moringa), and Pandanus tectorius (sea pandan) have high nutritional value and good ecological adaptation. This study recommends the utilization and preservation of local plants as a strategy to strengthen small island-based food security. Kata kunci : food security, local plants, small islands, spermonde islands, biodiversity
PENAMPAKAN DUYUNG (DUGONG SIGHTING) DI KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN Priosambodo, Dody; Nurdin, Nadiarti; Amri, Khairul; Massa, Yusran Nurdin; Saleh, Amrullah
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 3 NUMBER 1, 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v3i1.2118

Abstract

Dugong is the only herbivory mammals in the sea and mainly feed on seagrasses. Population of dugong tends to decrease in all ofits range as an impact from hunting, fishing activities and habitat degradation. In South Sulawesi-Indonesia, recent informationabout dugong population is unknown due to limited observation. Last dugong existence reported from Barranglompo Island in1991. This research aim to reveal the existence of dugong in Spermonde Archipelago. Result of this study showed from 1992to 2017, only 6 individu of dugong were observed. In 2006, one live dugong accidentally found roaming near Samalona Island.This encounter was successfully recorded by video camera. Four years later, one dead dugong found trapped in fishing net nearLantangpeo village, Tanakeke Island and sold to local fishermen for consumed. In 2014, one dugong grazing track was alsofound in Tanakeke Island near Balandatu Village. Information from 2016, reported two dugongs in seagrass meadow aroundPuntondo and Laikang Bay. Last report on 31 January 2017, showedone decomposed body from young dugong stranded inBarranglompo Island. The death cause remaining unknown. From interview with some witnesses and local fishermen, dugongaccidentaly found trapped, drown and dead in fishing net that set up around seagrass meadow. Captured dugong will on sale andslaughtered for its meat.With only once encountered alive in 25 years (which recorded by video camera), it can be concludedthat dugong population in Spermonde archipelago were extremely rare, heavily threatened and facing extinction.Keywords: dugong, sighting, Spermonde Archipelago, South Sulawesi