Drajat Ngadmanto
Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG)

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENENTUAN KEDALAMAN KERAK BUMI DENGAN TEKNIK STACKING H-k MENGGUNAKAN MATLAB PADA DATA SINTETIK RECEIVER FUNCTION Wiwit Suryanto; Drajat Ngadmanto; Pupung Susilanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 11, No 1 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1258.619 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v11i1.57

Abstract

Salah satu metode untuk mendapatkan informasi mengenai struktur di bawah permukaan bumi adalah  receiver function. Konsep dasar metode receiver function ini adalah pendekatan kedalaman kerak bumi dengan menggunakan informasi waktu tunda dari fase gelombang Ps yang merupakan konversi dari pantulan gelombang P menjadi gelombang S pada batas mantel-kerak bumi. Akurasi ditingkatkan dengan menggunakan bantuan dari waktu tiba fase-fase gelombang lain yang tiba setelahnya, yaitu fase gelombang PpPs dan PpSs+PsPs. Program diuji menggunakan dua buah model kecepatan 4 lapis dengan variasi kecepatan yang besar berada pada kedalaman masing-masing 32 km dan 38 km. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode stacking H-k ini diperoleh kedalaman interface kerak sebesar 32 km dan 38 km yang bersesuaian dengan model yang dibuat. Perhitungan dengan H dan k masing-masing sebanyak 301 sample (total 301 × 301 kali perhitungan maju receiver function) diperlukan waktu selama 20 detik pada komputer dengan processor Intel Dual Core dan memori sebesar 2 GHz. One of methods to obtain information about structure beneath the earth's surface is receiver function. The basic concept of receiver function method is to estimate of the Earth's crust depth using phase delay information from Ps wave which is a conversion from P wave reflection to S wave at the earth’s crust-mantle boundary. The accuracy of the calculated depth was enhanced by using additional phases that arrived after that, i.e. PpPs and PpSs + PSPs. The program was examined using two models, each have a four-layer velocity models  with large velocity contrast at 32 km and 38 km of depth. We obtained that the depth of crust interface are about 32 km and 38 km. These depths correspond to the velocity model. It takes 20 seconds on a computer with an Intel Dual Core with memory of 2 GHz to calculate the model with 301 x 301 samples of H and k
ANALISIS PARAMETERGEO-ATMOSFERIK DAN GEOKIMIA SEBAGAI PREKURSOR GEMPABUMI DI PELABUHAN RATU, SUKABUMI Suliyanti Pakpahan; Boko Nurdiyanto; Drajat Ngadmanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 15, No 2 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.063 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v15i2.177

Abstract

Monitoring parameter geo-atmosferik dan geokimia sebagai perpaduan dari monitoring emisi gas radon, suhu udara permukaan, suhu dan kelembaban tanah dilakukan di Stasiun Observatori Geofisika Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk mengetahui hubungannya dengan aktivitas gempabumi. Penelitian di Indonesia mengenai hubungan parameter geo-atmosferik dan geokimia dengan prekursor gempabumi baru pertama kali dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (Puslitbang BMKG). Monitoring gas radon, suhu, dan kelembaban tanah dilakukan menggunakan sistem monitoring radon RAD7 dengan sensor soil gas probe yang ditanam pada kedalaman 1,2 meter. Data pengamatan suhu permukaan adalah suhu maksimum dan minimum yang tercatat menggunakan termometer air raksa. Anomali radon, suhu, dan kelembaban dikorelasikan dengan kejadian gempabumi yang memenuhi radius zona manifestasi prekursor berdasarkan penelitian Dobrovolsky. Hasil analisis parameter geo-atmosferik menunjukkan adanya penurunan sebesar 5,3°-13° yang diikuti kenaikan sebesar 6°-8,2° pada nilai Tmax-Tmin suhu permukaan. Sementara untuk analisis geokimia menunjukkan adanya kenaikan gas radon sebesar 1,5-60 kali dari nilai normalnya, kenaikan kelembaban sebesar 6%-21%, dan kenaikan suhu tanah 1,5°-3,2° yang diikuti penurunan sebesar 1,5°-4°.  Anomali geo-atmosferik dan geokimia yang diduga sebagai prekursor gempabumi terdeteksi 3-30 hari sebelum gempabumi sehingga parameter ini termasuk dalam prekursor jangka pendek yang berhubungan dengan proses deformasi di wilayah pengamatan sebelum gempabumi. Monitoring of geo-atmospheric and geochemical parameters, as a combination monitoring of radon emission, surface air temperature, and soil temperature and humidity, located in Geophysical Observatory Station Pelabuhan Ratu, Sukabumi, West Java, to determine its relation with the earthquake. In Indonesia, it was the first research of earthquake precursors using these methods, conducted by Research and Development Center, Indonesian Agency of Meteorology Climatology and Geophysics. Monitoring of radon, soil temperature and humidity using RAD7 radon monitoring system where probes sensor are placed at 1.2 meters below land surface. The maximum and minimum air temperature recorded by a mercury thermometer. The anomalies of radon, temperature, and humidity are correlated with the occurrence of earthquakes within a radius of precursor manifestation zone, refer to Dobrovolsky's research. The results of analysis show a decrease of 5.3°-13° which followed by an increase of 6°-8.2° on the surface temperature; an increase of radon gas at 1.5-60 times of the normal value, the increase of humidity ranged on 6% -21%, and the soil temperature rise of 1.5°-3.2° followed by a decrease of 1.5°-4°. Geo-atmospheric and geochemical anomalies indicated as precursors detected 3-30 days before the earthquake and categorized as short-term precursors that associated with the deformation process in the observation region before the earthquake.
KAJIAN POTENSI BAHAYA GEMPABUMI DAERAH SUMBAWA BERDASARKAN EFEK TAPAK LOKAL Bambang Sunardi; Daryono Daryono; Januar Arifin; Pupung Susilanto; Drajat Ngadmanto; Boko Nurdiyanto; Sulastri Sulastri
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.171 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i2.127

Abstract

Telah dilakukan pengukuran mikrotremor di 71 titik di Sumbawa. Daerah penelitian dibatasi pada koordinat 117.21250°-117.22750°BT dan 8.7850°-8.8150°LS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dinamis kondisi geologi lokal diantaranya frekuensi resonansi (fo) dan indeks kerentanan seismik (Kg) serta nilai percepatan getaran tanah (PGA) menurut formulasi Kannai. Pengukuran mikrotremor dilakukan pada masing-masing titik pengukuran selama 30 menit dengan menggunakan Digital Portable Seismograph. Dari analisa data diperoleh nilai frekuensi resonansi (fo) yang relatif tinggi berkisar antara 24,4 hingga 48,14 Hz dan nilai indeks kerentanan seismik (Kg) yang relatif rendah berkisar antara 0,1 hingga 4,8. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi geologi lokal berupa batuan yang masif, sehingga daerah dengan frekuensi resonansi tinggi dan indeks kerentanan yang rendah relatif stabil secara seismik. Nilai PGA di daerah kajian berkisar antara 0,25 hingga 0,36 g. Nilai PGA di daerah kajian menunjukkan variasi yang tidak terlalu mencolok yang menunjukkan nilai PGA lebih banyak dipengaruhi oleh input nilai periode dominan di daerah kajian. Microtremor measurements have been done at 71 points in Sumbawa. The research area is restricted to the coordinate 117.22750°-117.21250°E and 8.7850°-8.8150°S. This study aims to determine the local dynamic characteristics including the resonance frequency (fo), seismic vulnerability index (Kg) and peak ground acceleration (PGA) according to Kannai formulation. Microtremor measurements carried out at each point for 30 minutes using Digital Portable Seismograph. From the data analysis obtained the resonance frequency (fo) value are relatively high ranging from 24.4 to 48.14 Hz and seismic vulnerability index (Kg) values are relatively low ranging from 0.1 to 4.8. It is closely related to local geological conditions in the form of a massive rock, so that area with a high resonance frequency and relatively low vulnerability index is seismically stable. PGA values in the study area ranged from 0.25 to 0.36 g. PGA values showed a less variations that indicate PGA value is more influenced by the input value of the dominant period in the study area.
EFEK TAPAK LOKAL PADA DAERAH KERUSAKAN AKIBAT GEMPABUMI BOGOR 9 SEPTEMBER 2012 Drajat Ngadmanto; Pupung Susilanto; Boko Nurdiyanto; Suliyanti Pakpahan; Masturyono Masturyono
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 14, No 3 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.694 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v14i3.162

Abstract

Gempabumi bermagnitudo 4,8 SR mengguncang Bogor dan sekitarnya pada Minggu 9 September 2012.  Gempabumi ini berpusat di 6.70o LS dan 106,64o BT, dengan kedalaman 10 km. Akibatnya lebih dari 500 rumah dilaporkan mengalami kerusakan yang tersebar di Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Kerusakan terparah terjadi di desa Cibunian dan Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek tapak lokal di daerah kerusakan akibat gempabumi Bogor 9 September 2012 berdasarkan pengukuran mikrotremor. Pengambilan data mikrotremor pada penelitian ini dilakukan di 13 titik di desa Cibunian dan Purwabakti yang merupakan daerah yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempabumi Bogor. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan portable digital seismograph 3 komponen dengan durasi pengukuran selama 30 menit dan frekuensi sampling 100 Hz. Pengolahan data menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) dengan software Geopsy. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai frekuensi predominan (fo) di daerah penelitian berkisar antara 1,0 – 7,2 Hz, sementara itu variasi faktor amplifikasi (A) antara 1,0 – 4,1 dimana sebagian besar nilai < 3. Variasi nilai indeks kerentanan seismik (Kg) berkisar antara 0,4 – 8,9 yang menggambarkan bahwa daerah penelitian mempunyai tingkat kerentanan yang relatif rendah apabila terjadi gempabumi. Sedangkan nilai ground shear strain yang terhitung berkisar 2x10-4 – 3x10-3, yang mengindikasikan goncangan yang tidak terlalu besar di daerah penelitian.  Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan parah yang terjadi di beberapa lokasi, bukan karena fenomena efek tapak lokal, melainkan lebih dominan disebabkan oleh konstruksi dan kualitas bangunan yang kurang baik. On September 9, 2012, an M4.8 earthquake struck the Bogor region, in which the epicenter was determined by BMKG at 6.70°S and 106.64°E, with a depth 10 km. The earthquake affected more than 500 building in Bogor and Sukabumi were damage. The worst damage occurred in Cibunian and Purwabakti in Pamijahan District, Bogor. This research aims to determine the local site effect due to the Bogor earthquake based on microtremor measurements. Microtremor measurements conducted at 13 points in Cibunian and Purwabakti, using a digital portable seismograph 3 components with 30 minutes duration measurement and 100 Hz sampling frequency. Data processing use HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) method on Geopsy software. The results show that predominant frequency (fo) ranged from 1.0 to 7.2 Hz, while the variation of amplification factor (A) between 1.0 to 4.1 with most values <3. Variation of seismic vulnerability index value (Kg) ranged from 0.4 to 8.9 which illustrates that the study area has a relatively low level of earthquake vulnerability. The ground shear strain values varied from 2x10-4 to 3x10-3, which indicates that the shake is not too large. This suggests that the severe damage is not because of local site effects phenomenon, but more dominant due to the low quality of the building's strength and construction.
KARAKTERISTIK LAPISAN TANAH BERPOTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN RESISTIVITAS BATUAN DI DAERAH CILACAP Thomas Hardy; Boko Nurdiyanto; Drajat Ngadmanto; Pupung Susilanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16243.499 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v16i1.262

Abstract

Salah satu metode geofisika yang dapat mengetahui profil penampang bawah permukaan untuk mengetahui potensi likuifaksi adalah metode resistivitas geolistrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resistivitas lapisan tanah yang memiliki potensi likuifaksi di daerah Cilacap. Penelitian ini menggunakan 33 titik pengukuran resistivitas geolistrik dimana hasil analisis resistivitas ditampilkan dalam bentuk penampang melintang lapisan bawah permukaan. Analisis potensi likuifaksi berdasarkan resistivitas batuan dilakukan dengan mempertimbangkan informasi tingkat kepadatan relatif dan uji kekuatan (N-SPT) serta karakteristik batuan lepas. Nilai resistivitas di daerah penelitian berkisar antara 0.09 – 585Wm. Berdasarkan informasi geologi maka nilai resistivitas yang terukur di daerah penelitian menunjukkan litologi aluvium berupa pasir, kerikil dan kerakal (100 – 585 Wm), aluvium berupa lempung dan lanau (14 – 85 Wm), akuifer air (1.6 – 15 Wm), lapisan lempung (0.09 – 1.5 Wm), napal tufaan (6 – 95 Wm) serta pasir tufaan sisipan batupasir (1.3 – 8 Wm), yang merupakan satuan batuan dari Formasi Halang. Daerah Cilacap mempunyai potensi likufaksi yang relatif tinggi dikarenakan memiliki karakteristik fisik yang tersusun oleh endapan Kuarter dengan tingkat kepadatan dan sifat keteknikan tanah bawah permukaan dicirikan material sangat lepas hingga agak padat, memiliki muka air tanah yang dangkal, secara fisiografi berhadapan langsung dengan laut yang menyebabkan sedimen penyusunnya jenuh air, dan berada di lokasi yang rawan gempabumi besar. One of the geophysical methods to determine subsurface cross-section profiles to determine the liquefaction potential is the geoelectric resistivity method. This study aims to describe the resistivity layer of soil liquefaction potential in Cilacap. This study uses 33 measurement points where the geoelectric resistivity analysis results are displayed in the subsurface cross-section profile. Analysis of liquefaction potency based on the resistivity of rock performed by considering relative density level information and strength test (N-SPT) and unconsolidated rock characteristics. Resistivity value in the study area ranged from 0.09 - 585 Wm. Based on geological information, the resistivity values measured in research area show lithology of alluvium i.e. sand, granule and pebble (100-585 Wm), alluvium i.e. clay and silt (14-85 Wm), aquifers (1.6 - 15 Wm), layer of clay (0.09 - 1.5 Wm), tuffaceous marl (6-95 Wm), inserted tuffaceous sandstone (1.3 - 8 Wm), all of which are Halang formation lithology. Cilacap area has the relative high liquefaction potential due to the physical characteristics composed by Quaternary sediment with density and subsurface soil engineering that very loose until rather dense, has a shallow groundwater-surface, in the physiographic located near the coast which water-saturated sediments constituent, and located in a great earthquake-prone location.
ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG GESER (Vs) DI CILACAP, JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPABUMI Pupung Susilanto; Drajat Ngadmanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v16i1.263

Abstract

Cilacap merupakan daerah yang sering merasakan dampak guncangan gempabumi. Populasi penduduk yang besar dan keberadaan obyek penting pemerintah menjadi suatu pertimbangan diperlukannya kajian efek guncangan gempabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan daerah yang memiliki potensi mengalami kerusakan akibat guncangan gempabumi berdasarkan jenis tanah hasil analisis kecepatan gelombang geser (Vs) sebagai salah satu upaya mitigasi bencana gempabumi. Nilai Vs didapatkan dari pengukuran Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) pada 14 lokasi dan pengolahan menggunakan perangkat lunak WinMASW untuk mendapatkan profil Vs 1D. Selanjutnya dibuat sayatan selatan – utara dan barat daya–timur laut untuk mendapatkan gambaran Vs secara 2D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki nilai Vs rata-rata (0-30 m) antara 153 m/s – 355 m/s. Berdasarkan sayatan 2D tersusun oleh jenis tanah lunak (Vs ≤ 175 m/s), jenis tanah sedang (175 < Vs ≤ 350m/s), dan jenis tanah keras (Vs ≥ 350 m/s), dengan dominasi utama adalah tanah sedang dengan endapan sedimen yang cukup tebal. Hal ini menyebabkan daerah penelitian terutama di bagian selatan, tengah, dan barat berpeluang besar mengalami guncangan yang lebih besar ketika terjadi gempabumi, sehingga berpotensi mengalami kerusakan yang lebih besar. Sedangkan daerah yang relatif aman untuk pengembangan wilayah berada di sisi utara dan timur daerah penelitian karena tersusun atas endapan sedimen tipis dan tanah yang keras. Cilacap is an area that often suffers earthquake shocks impact. A large population and the existence of important government object becomes a consideration for a study related to earthquake shocks effect. This study aims to map areas that have potential damages due to earthquake, based on soil type from shear wave velocity (Vs) analysis, as an effort to earthquake disaster mitigation. Vs obtained from Multichannel Analysis of Surface Wave(MASW) at 14 locations and processed using WinMASW software to obtain a 1D velocity profile. Further, a 2D incision was made for south-north (A-A') and southwest-northeast (B-B') to obtain a 2D Vs profile. The results showed an average value of Vs (0-30m) between 153 - 355 m/s. Based on 2D incision result, the soil is arranged in layers by soft soil (Vs ≤ 175 m/s), medium soil (175 <Vs ≤ 350 m/s), and hard soil (Vs ≥ 350 m/s), with major dominant is the medium soil with a fairly thick sediment deposition. It causes research areas in the south, central, and west areas will have a greater shocks impact when an earthquake occurs, thus potentially suffer greater damages. Whilst, relatively safe areas for rural development are in North and East sides because they are composed of thin sediments and hard soils.
PENENTUAN TINGKAT KEKERASAN BATUAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI Boko Nurdiyanto; Eddy Hartanto; Drajat Ngadmanto; Bambang Sunardi; Pupung Susilanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v12i3.103

Abstract

Telah dilakukan penelitian menggunakan metode seismik refraksi di daerah Sumbawa yang bertujuan untuk menentukan tingkat kekerasan batuan. Pengambilan data lapangan dalam bentuk lintasan dan dibagi tiga bagian, yaitu menggunakan end-off spread di kedua ujung dan mid-spread. Tahapan pengolahan data diawali dengan melengkapi informasi posisi dari masing-masing geophone dan sumber seismiknya dengan mengedit geometri, sehingga dapat dikenali oleh komputer sebagai satu kesatuan data base. Untuk menghilangkan noise yang menenggelamkan sinyal firstbreak, dilakukan proses BPFB (Band Pass Filter Butterworth) sebesar 10-100 Hz. Proses inversi yang digunakan adalah refraction tomography, dengan pendekatan non linier least square inversion dan perhitungan pemodelan maju untuk menghitung nilai Vp menggunakan forward refraction raytracing. Penentuan densitas batuan menggunakan rumus empiris Gardner's relationship. Hasil interpretasi data menunjukkan empat lapisan batuan dengan kecepatan rambat gelombang P adalah 200-1800 m/sec dan densitasnya 1.17-2.05 gr/cc. Pengelompokan lapisan berdasarkan kecepatan rambat gelombang P adalah lapisan pertama (200-700 m/sec), lapisan kedua (700-1100 m/sec), lapisan ketiga (1100-1700 m/sec) dan lapisan keempat (>1700 m/sec). Litologi batuan bawah permukaan terdiri dari soil (1.17-1.59 g/cc), granodiorit lapuk kuat (1.59-1.78 gr/cc), granodiorit lapuk lemah (1.78-1.99 gr/cc) dan granodiorit segar (>1.99 gr/cc). Batuan keras terdapat dari permukaan hingga kedalaman 30 meter. Seismic refraction research have been done in Sumbawa to determine the level of rocks density. Field data acquisition in lines and are divided into three parts that are end-off spreads at both ends and mid-spreads. The first step of the processing was to identified positions of each geophone and its shot by editing the geometry, so it can be recognized by computer as a single unified database. Bandpass Filter Butterworth process at 10-100 Hz has been done to eliminate noise that drowned the firstbreak signal. Inversion process using the refraction tomography with non-linear least squares inversion approach and the forward modeling for calculate Vp value using forward refraction raytracing. While the rock density determination used empirical formula from Gardner's relationship. Results of the  interpretation shows four layers of rock with the P-wave propagation velocity are 200-1800 m/sec and density are 1.17-2.05 g/cc. Grouping layers based on the P-wave propagation velocity are the first layer (200-700 m/sec), second layer (700-1100 m/sec), third layer (1100-1700 m/sec) and fourth layer (>1700 m/sec). Sub-surface lithology consists of soil (1.17-1.59 g/cc), strong weathered layer of granodiorite (1.59-1.78 g/cc), weak weathered layer of granodiorite (1.78-1.99 g/cc) and fresh granodiorite (>1.99 g/cc). Hard rock layer found from surface to 30 meters depth.