Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Fluktuasi Muka Air Laut di Pesisir Kota Jakarta Kaitannya dengan Fluktuasi Muka Air Laut Global Tahun 2015-2023 Batu, Priska Enjel Lumban; Setiyono, Heryoso; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 1 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i1.24931

Abstract

Jakarta merupakan kota yang berlokasi di pesisir utara Jawa dengan luas wilayah 66,401 ha. Secara topografis, Jakarta terletak di dataran rendah dengan kemiringan berkisar 0-5 derajat. Jakarta termasuk wilayah landai yang kemungkinan besar akan terdampak langsung dari fluktuasi kenaikan permukaan air laut. Fluktuasi air laut merupakan  masalah serius yang dialami negara-negara pesisir atau kepulauan di seluruh bumi termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas pesisir sehingga perekonomian di Jakarta terganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya fluktuasi tinggi permukaan laut di pesisir kota Jakarta kaitannya dengan fluktuasi tinggi muka air laut global. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menghitung laju peningkatan kenaikan fluktuasi permukaan laut melalui metode statistik regresi linier sederhana menggunakan Software Microsoft Excell. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan permukaan laut di Kota Jakarta, yaitu berupa naiknya elevasi permukaan laut sebesar 0,1734 cm/bulan dengan fluktuasi permukaan laut yang meningkat signifikan, yaitu Jakarta sebesar 1,65 ± 0,34 cm/tahun, Lautoka  sebesar 0,91 ± 0,33 cm/tahun, Honiara 1,56 ± 0,59 cm/tahun, dan Port Vila sebesar 1,91 ± 0,36 cm/tahun, secara umum merupakan peningkatan yang sangat tinggi dan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan rata-rata global sekitar 3,6 mm/tahun.
Analisis Prediksi Kenaikan Permukaan Laut Menggunakan Data Satelit Altimetri dengan LSTM di Perairan Jepara dan Sekitarnya Maulana, Refaldi Rizky; Rochaddi, Baskoro; Wijaya, Yusuf Jati
Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v14i2.67069

Abstract

Perubahan iklim global telah menyebabkan kenaikan permukaan laut yang signifikan, yang mengancam negara kepulauan seperti Indonesia. Penelitian ini berfokus pada wilayah Jepara, Jawa Tengah, yang berbatasan dengan Laut Jawa dan rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mencari hubungan antara pasang surut dan Sea Level Anomaly (SLA), serta mengevaluasi model Long Short-Term Memory (LSTM) dalam memprediksi data SLA di Jepara. Penelitian ini menggunakan data SLA komponen Delayed Time (DT) dan Near-Real Time (NRT) dari Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) dan data pasang surut dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Hasil analisis menunjukkan bahwa pasang surut di perairan Jepara cenderung bersifat campuran condong ke harian tunggal. Hasil korelasi Pearson yang linear positif yang kuat dan koefisien determinasi sebesar 52,01% pada dataset komponen DT dengan 4 titik pengamatan di perairan Jepara menunjukkan bahwa peningkatan SLA berhubungan dengan peningkatan pasang surut, di mana SLA menjelaskan 52,01% variasi pasang surut. Tren kenaikan SLA dari tahun 1993 hingga 2023 menunjukkan rata-rata kenaikan permukaan laut sebesar 4,794 mm/tahun, dengan puncak tertinggi pada tahun 2022. Model LSTM dengan 2 hidden layers, 100 epochs, 100 hidden units, dan dropout rate 0,1 menunjukkan kinerja yang baik dalam memprediksi data SLA, dengan MAE sebesar 2,3776, RMSE 3,0389, dan MAPE 17%. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan nilai error yang kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa model LSTM memiliki performa yang baik dalam memprediksi kenaikan permukaan laut.  Global climate change has caused significant sea level rise, which threatens archipelagic countries like Indonesia. This research focuses on the Jepara region in Central Java, which borders the Java Sea and is vulnerable to rising sea levels. The study aims to analyze and identify the relationship between tides and Sea Level Anomaly (SLA), and evaluate the Long Short-Term Memory (LSTM) model in predicting SLA data in Jepara. The research uses Delayed Time (DT) and Near-Real Time (NRT) SLA data from the Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS) and tidal data from Badan Informasi Geospasial (BIG). The results of the analysis show that the tides in Jepara waters tend to be mixed tide prevailing diurnal. The strong positive linear Pearson correlation and a 52.01% coefficient of determination in the DT component dataset with 4 observation points in Jepara waters indicate that the increase in SLA is related to the increase in tides, where SLA explains 52.01% of the tidal variation. The SLA trend from 1993 to 2023 shows an average sea level rise of 4,794 mm/year, with the maximum height in 2022. The LSTM model with 2 hidden layers, 100 epochs, 100 hidden units, and a dropout rate of 0.1 demonstrated good performance in predicting SLA data, with an MAE of 2.3776, RMSE of 3.0389, and MAPE of 17%. These results indicate that the LSTM model performs well in predicting sea level rise.
Analisis Perubahan Garis Pantai Menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) di Pesisir Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Diana, Valen Febirose; Prasetyawan, Indra Budi; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 2 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i2.26219

Abstract

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan rentan terhadap perubahan garis pantai akibat faktor alam seperti gelombang, angin, pasang surut, serta aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menghitung luasan perubahan garis pantai di pesisir  Kulon Progo pada kurun waktu 2022 hingga 2024 menggunakan Citra Sentinel-2 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS), serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui analisis citra Sentinel-2 untuk digitasi garis pantai dengan metode NDWI dan DSAS. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 5 (lima) titik di sepanjang pesisir Kulon Progo. Pemilihan 5 lokasi dengan masing-masing 1 titik pengambilan data bertujuan untuk mewakili kondisi sedimen di area pesisir secara keseluruhan. Hasil analisis DSAS menunjukkan perubahan garis pantai signifikan dengan laju abrasi dan akresi bervariasi. Tinggi gelombang maksimum meningkat dari 3,58 m pada tahun 2022 menjadi 4,66 m di tahun 2024, sementara kecepatan longshore current meningkat dari 1,11 m/s pada tahun 2022 menjadi 1,77 m/s di tahun 2024. Transpor sedimen meningkat dari 452.318,585 m³/tahun pada tahun 2022 menjadi 733.371,87 m³/tahun di tahun 2024. Distribusi sedimen didominasi pasir (83–99%), menunjukkan lingkungan berenergi tinggi. Luas akresi tertinggi terjadi pada tahun 2023 – 2024 sebesar 118,56 ha, sedangkan abrasi tertinggi tercatat sebesar 52,67 ha pada tahun 2022 – 2024.
SEA-LEVEL VARIABILITY IN THE JAVA SEA LINKED TO MONSOON FORCING AND CLIMATE TELECONNECTIONS (2009–2024) Nugraheni, Imma Redha; Lestari, Tri Anggun; Kristianto, Aries; Avrionesti, Avrionesti; Rejeki, Hasti Amrih; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Physical Review Vol. 8 No. 3 (2025)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ipr.v8i3.571

Abstract

The Java Sea is a shallow, strait-connected shelf where seasonal monsoon forcing and climate modes can strongly modulate sea level, yet their sectoral expressions remain under-resolved. Altimetric observations from 2009–2024 (DUACS) are analyzed and validated against a network of Indonesian tide gauges and partition the basin into western (W-JS), central (C-JS), and eastern (E-JS) sectors. After detrending, the seasonal cycle is diagnosed via amplitude and phase metrics and quantifies interannual teleconnections using lead–lag cross-correlations (−12 to +12 months) between sea-level anomaly (SLA) and the Dipole Mode Index (DMI) and Southern Oscillation Index (SOI), with confidence intervals. DUACS reproduces tide-gauge variability with high skill (median correlation ≈ 0.82; RMSE 5–11 cm; small negative biases), supporting its use as a basin proxy. Seasonally, SLA peaks in DJF, weakens in MAM, reaches a pronounced minimum in JJA, and recovers in SON, with marked zonal heterogeneity: E-JS exhibits the strongest annual range (~18 cm) versus W-/C-JS (~12–13 cm). The seasonal phase is non-synchronous (W-JS maxima in May–June; E-JS in December–January), while C-JS behaves as a transition zone. Interannually, IOD impacts are near-synchronous and negative (lag-0, r ~ −0.41 to −0.47 across sectors), whereas ENSO peaks at short positive lags (SOI leads by ~1 month; r ~ 0.45–0.53), implying higher sea level during La Niña and lower during El Niño. These sign-and-lag relationships, combined with tide and surge information, have the potential to inform seasonal outlooks for ports and low-lying coastal areas of Java.
Studi Variabilitas Upwelling Berdasarkan Data Angin, Suhu Permukaan Laut, Dan Klorofil-A Di Laut Flores Fikra, Harizal; Wijaya, Yusuf Jati; Kunarso, Kunarso; Wisha, Ulung Jantama
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 3 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i3.27907

Abstract

Laut Flores merupakan salah satu perairan strategis di kawasan timur Indonesia yang memiliki potensi produktivitas laut tinggi. Fenomena upwelling yang terjadi di wilayah ini berperan penting dalam membawa massa air laut dari lapisan bawah yang kaya akan nutrien ke permukaan. Proses ini berkaitan erat dengan dinamika angin muson dan kondisi oseanografis setempat. Dalam penelitian ini, digunakan data satelit angin, suhu permukaan laut (SPL), dan klorofil-a untuk mengkaji variabilitas klimatologis upwelling secara spasial dan temporal selama periode 2008 hingga 2022. Perhitungan indeks upwelling dilakukan menggunakan pendekatan Ekman transport dan Ekman pumping guna melihat kontribusi gaya angin terhadap dinamika vertikal air laut. Wilayah studi dibagi menjadi dua transek berdasarkan sebaran geografis, dan masing-masing dianalisis menggunakan pemrograman Python serta divisualisasikan secara spasial. Hasil analisis menunjukkan bahwa fenomena upwelling dominan terjadi pada musim timur, khususnya bulan Juni hingga Agustus, yang ditandai dengan peningkatan kecepatan angin, penurunan SPL, dan lonjakan konsentrasi klorofil-a. Nilai indeks upwelling tertinggi tercatat di Transek A, sedangkan pada Transek B Ekman pumping bukan merupakan faktor dominan dalam memicu terjadinya upwelling pada wilayah tersebut.
Pengaruh El-Niño Southern Oscillation dan Indian Ocean Dipole Terhadap Variabilitas Curah Hujan dan Suhu Permukaan Laut di Laut Banda Agfanita, Syifa; Kunarso, Kunarso; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 3 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i3.19253

Abstract

Laut Banda terletak di kepulauan Maluku dan dilintasi oleh garis khatulistiwa. Lokasi geografis ini menarik karena dipengaruhi oleh pola Indian Ocean Dipole (IOD) dan Sirkulasi Walker yang sering kali berdampak pada curah hujan lebat dan pergeseran musim di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan IOD terhadap variasi curah hujan dan suhu permukaan laut (SPL) di Laut Banda. Penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk memproses data secara klimatologi, anomali serta analisis korelasi dan determinasi selama 13 tahun (2007-2019). Data yang digunakan meliputi curah hujan dari TRMM (3B43), SPL dari AquaMODIS, serta indeks IOD dan ENSO. Hasil temuan menunjukkan bahwa ENSO dan IOD memiliki hubungan yang signifikan dengan suhu permukaan laut dan curah hujan di Laut Banda. Dampak yang paling terlihat adalah pada musim JJA (Juni, Juli, Agustus) dan SON (September, Oktober, November). Selama periode El Nino dan IOD positif, terjadi penurunan SPL dan curah hujan yang lebih rendah dari kondisi normal di Laut Banda. Hasil analisis juga mengungkapkan pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara ENSO-SPL (R2=0.554), IOD-SPL (R2=0.459), ENSO-curah hujan (R2=0.541), dan IOD-curah hujan (R2=0.467).
Analisis Pengaruh Indian Ocean Dipole Terhadap Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-a Di Selat Karimata Pada Tahun 2008-2022 Alamsyah, M. Zanugera; Handoyo, Gentur; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Journal of Oceanography Vol 6, No 3 (2024): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v6i3.23635

Abstract

Selat Karimata adalah perairan yang menghubungkan Pulau Sumatra dengan Pulau Kalimantan serta merupakan selat terluas di Indonesia. Selat ini memiliki kondisi oseanografis yang kompleks karena dipengaruhi oleh sistem angin muson, yang mempengaruhi suhu permukaan laut dan klorofil-a. Secara umum, suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat dipengaruhi oleh Indian Ocean Dipole (IOD). IOD merupakan salah satu fenomena iklim global yang terbentuk di Samudra Hindia dan dapat memengaruhi daerah sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh IOD terhadap variabilitas suhu permukaan laut dan klorofil-a di Selat Karimata pada tahun 2008-2022. Data yang digunakan adalah data suhu permukaan laut dari OSTIA, klorofil-a dari OC-CCI, angin dari ASCAT, dan Dipole Mode Index (DMI) selama 15 tahun. Pengolahan data menggunakan Interactive Data Language dengan memakai rumus rata-rata. Analisis korelasi juga digunakan untuk mengetahui hubungan antara IOD dengan suhu permukaan laut dan klorofil-a. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa IOD berpengaruh siginifikan terhadap klorofil-a dibandingkan suhu permukaan laut dengan kekuatan hubungan kuat untuk klorofil-a dan hubungan lemah untuk suhu permukaan laut. Pada saat kejadian IOD positif, terjadi peningkatan suhu permukaan laut sebesar 3,5% dan penurunan konsentrasi klorofil-a sebesar 33,33%. Selama peristiwa IOD negatif, terjadi penurunan suhu permukaan laut sebesar 1,6% dan peningkatan konsentrasi klorofil-a sebesar 11,11%.
Variasi Temporal Dinamika Upwelling di Selat Makassar Periode 2007-2021 Siahaan, Jane E V; Kunarso, Kunarso; Wijaya, Yusuf Jati
Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v13i1.55838

Abstract

Selat Makassar merupakan lintasan utama dari Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Letak geografis ini menyebabkan Selat Makassar memiliki variabilitas upwelling yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji variabilitas musiman upwelling secara spasial dan temporal di Selat Makassar berdasarkan indeks upwelling, klorofil-a, nilai Rrs 443 dan 555, SPL (Suhu Permukaan Laut), SSHA (Sea Surface Height Anomalies) dan EMT (Ekman Mass Transport). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah klorofil-a dari OC-CCI (Ocean Colour Climate Change Initiative), SPL dari OISST (Optimum Interpolation Sea Surface Temperature), angin dari ASCAT (Advanced Scatterometer), serta SSHA, Rrs 443, dan Rrs 555 dari situs marine Copernicus yang diolah dengan dengan metode komposit menggunakan software IDL (Interactive Data Language) dan NCL (NCAR Command Language). Puncak upwelling terjadi pada bulan Agustus (musim timur) yang ditandai dengan penurunan SPL (26.66 °C) dan SSHA (-2.27cm), EMT (5.27 ), serta peningkatan klorofil-a hingga 0.80 mg/ , dan indeks upwelling yang bernilai positif (0.948 °C). Hasil Rrs 443 dan Rrs 555 yang tergolong rendah mengindikasikan bahwa terdapat kelimpahan fitoplankton pada Selat Makassar. Musim timur (JJA) EOF1 dan PC1 sebesar 40.0 % serta EOF2 dan PC2 sebesar 10.9%. Hasil EOF1 memiliki pola yang mirip dengan peta spasial klimatologi klorofil-a. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik seperti angin. Nilai anomali positif maupun negatif dipengaruhi fenomena iklim seperti El Nino dan La Nina yang terjadi pada tiap tahunnya. Pada hasil EOF juga didapatkan variabilitas tinggi pada daerah di sekitar 4  – 6  LS.  The Makassar Strait is the main route of the Indonesian Cross Flow (ARLINDO). This geographical location causes the Makassar Strait to have high upwelling variability. The aim of this research is to examine the seasonal variability of upwelling spatially and temporally in the Makassar Strait based on the upwelling index, chlorophyll-a, Rrs 443 and 555 values, SST (Sea Surface Temprature), SSHA (Sea Surface Height Anomalies) and EMT (Ekman Mass Transport). The data used in this research are chlorophyll-a from OC-CCI (Ocean Colour Climate Change Initiative), SST from OISST (Optimum Interpolation Sea Surface Temperature), wind from ASCAT (Advanced Scatterometer), and SSHA, Rrs 443, and Rrs 555 from the Copernicus marine site which were processed using the composite method using IDL (Interactive Data Language) and NCL (NCAR Command Language) software. The peak of upwelling occurred in August (eastern season) which was marked by a decrease in SST (26.66 °C) and SSHA (-2.27cm), EMT (5.27 ), as well as an increase in chlorophyll-a up to 0.80 mg/ , and the upwelling index is positive (0.948 °C). The results of Rrs 443 and Rrs 555 which are relatively low indicate that there is an abundance of phytoplankton in the Makassar Strait. East monsoon (JJA) EOF1 and PC1 is 40.0% and EOF2 and PC2 is 10.9%. The EOF1 results have a similar pattern to the spatial map of chlorophyll-a climatology. This is influenced by physical factors such as wind. Positive and negative anomaly values are influenced by climate phenomena such as El Nino and La Nina which occur every year. The EOF results also show high variability in the area around 4° – 6° South Latitude.
Analisis Sebaran Thermal Front Ditinjau dari Kondisi EÑSO di Perairan Teluk Tomini Menggunakan Single Image Edge Detection Alvarez, Vincenzio Carlos; Wijaya, Yusuf Jati; Prasetyawan, Indra Budi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 4 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i4.28332

Abstract

Fenomena Thermal front dapat di sebabkan oleh pertemuan massa air laut. Perpindahan massa air laut di Indonesia dapat di sebabkan oleh ARLINDO. Penelitian mengenai variabilitas thermal front perlu memperhitungkan perubahan SPL serta mempertimbangkan perubahan dari EÑSO dengan melihat kenaikan ataupun penurunan indeks SOI dan perubahan salinitas di perairan tersebut guna melihat pertukaran massa air dan pergerakan arus laut yang terjadi di area pembentukan thermal front. Tujuan penelitian ini mendapatkan jumlah dan letak sebaran thermal front yang ditinjau terhadap perubahan salinitas dan ENSO di Teluk Tomini Pulau Sulawesi yang memiliki intensitas upwelling tinggi akibat pertemuan massa air dari jalur ARLINDO di laut  Maluku. Variabel SPL didapatkan dari data citra SST L3 dari Citra AquaMODIS dan Variabel salinitas dari marine.copernicus.eu. Data salinitas diolah menggunakan Ocean Data View(ODV) dan untuk SST menggunakan ArcMap 10.8 dengan tool dari MGET menghasilkan data peta dari salinitas dan Thermal front dan dianalisis dengan mengaitkan dengan penelitian sebelumnya. Hasil Penelitian ini menunjukan rerata jumlah kejadian thermal front di tahun 2020 adalah 363, di tahun 2021 naik menjadi 406, di tahun 2022 kejadian thermal front kembali turun di 377, dan terus menurun di 2023 hingga 310. Kenaikan nilai salinitas berkisar 33,5-34,75‰ terindikasi adanya massa air dari Samudra Pasifik yang masuk ke dalam Teluk Tomini.