Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Adverse Drug Reactions Pada Pasien Pediatri Kanker Leukemia Limfoblastik Akut Alfiana Gonibala
Tinctura Vol 3 No 2 (2022): Jurnal Farmasi Tinctura
Publisher : Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35316/tinctura.v3i2.1930

Abstract

Leukemia limfoblastik akut yang terjadi pada anak-anak sekitar 75-80%. Pengobatan utama leukemia limfoblastik akut pada anak-anak melibatkan penggunaan kemoterapi dengan regimen yang lebih kompleks dan dosis yang lebih tinggi. Regimen kemoterapi merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya adverse drug reactions. Hal ini disebabkan karena obat kemoterapi dapat merusak sel-sel normal sehingga menyebabkan terjadinya efek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persentase kejadian ADRs serta menilai kausalitas ADRs yang ditimbulkan oleh regimen kemoterapi dan menentukan tingkat keparahan ADRs. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif dengan pengambilan data secara prospektif. Kriteria inklusi pada penelitian ini pasien dengan diagnosa leukemia limfoblastik akut, pasien berusia 0-<18 tahun, dan pasien menjalani pengobatan rawat inap maupun one day care. Setiap ADRs aktual yang terjadi dihitung probabilitas menggunakan algoritma Naranjo Scale. Persentase kejadian ADRs pada penelitian ini sebesar 36,36 %. Adverse drug reaction yang terjadi pada pasien pediatri leukemia limfoblastik akut adalah mual muntah, mukositis oral, alopesia, kardiotoksisitas, hipersensitivitas dan febril neutropenia Penilaian kausalitas ADRs menggunakan skala Naranjo yang diperoleh termasuk dalam kategori possible (1 - 3) dan probable (5 - 7). Tingkat keparahan ADRs yaitu 26 pasien (grade 1), 7 pasien (grade 2) dan 3 pasien (grade 3).
Analisis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek X Kota Kotamobagu Rizky Resvita R. Bahi; Windi Astuti; Alfiana P. Gonibala
Tinctura Vol 3 No 2 (2022): Jurnal Farmasi Tinctura
Publisher : Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35316/tinctura.v3i2.1976

Abstract

Pelayanan kefarmasian yang awalnya berfokus pada drug oriented atau pengelolaan obat saat ini berkembang menjadi patient oriented yakni pelayanan kefarmasian yang lebih mengedepankan kualitas hidup pasien, tidak hanya sekedar memasarkan obat kepada pasien saja. Pelayanan kefarmasian yang baik harus menjamin bahwa efektivitas, keamanan dan kerasionalan penggunaan obat. Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental, deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner yang isinya mengacu pada PERMENKES NO. 73 Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kefarmasian yang ada di apotek X ada 10 orang, 1 apoteker pengelola apotek, 2 apoteker pendamping dan 7 tenaga teknis kefarmasian. Penerapan standar I telah mencapai 92%, standar II mencapai 85% dan standar III mencapai 90%. Disampung itu, ada 2 poin yang belum dilaksanakan oleh apotek ini yaitu pemusnahaan resep dan pelayanan home pharmacy care. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek X Kota Kotamobagu termasuk dalam kategori baik.
Sosialisasi Manfaat Buah Nanas (Ananas comosus L.) sebagai Antikanker Windi Astuti; Rizky Resvita R. Bahi; Alfiana P. Gonibala
Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ) Vol. 2 No. 3 (2021): Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ)
Publisher : Yayasan Riset dan Pengembangan Intelektual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37385/ceej.v2i3.296

Abstract

Kanker adalah pembelahan sel yang tidak terkendali yang dapat menghancurkan jaringan tubuh. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia terdapat lebih dari 14 juta orang didiagnosis kanker pada tahun 2012 dan kurang lebih 9 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2016. Selain itu, berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan resiko penyakit kanker diakibatkan oleh perilaku gaya hidup antara lain, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi junk food, diet yang salah, dan lain sebagainya. Tujuan dilakukannya pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (dosen dan mahasiswa) mengenai manfaat buah nanas sebagai antikanker. Kegiatan pengabdian dilakukan di Kampus Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu. Proses pengabdian dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker dan manfaat buah nanas sebagai antikanker. Senyawa aktif dalam nanas yang beraktivitas sebagai antikanker adalah bromelain. Senyawa bromelain pada nanas memiliki aktivitas sitotoksik yang diujikan pada sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50 60 ?g/mL. Proses penghambatan pertumbuhan sel kanker payudara oleh bromelain melalui peningkatan p53 dan Bax, serta penurunan ekspresi Cox-2 dan Bcl-2. Kata Kunci : Kanker, Nanas, Kotamobagu
Edukasi Pengolahan Bahan Alam Sebagai Alternatif Pengobatan Tradisional Di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow Alfiana P. Gonibala; Moh. Rivaldi Mappa; Moh. Rasyid Kuna
Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ) Vol. 3 No. 3 (2022): Community Engagement & Emergence Journal (CEEJ)
Publisher : Yayasan Riset dan Pengembangan Intelektual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37385/ceej.v3i3.1059

Abstract

Indonesia memiliki prospek yang baik dalam pengembangan agroindustri tumbuhan obat dimana lebih dari 9,609 spesies tumbuhan Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat. Tumbuh-tumbuhan telah menjadi sumber penting sebagai pengobatan sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Tujuan diadakan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tengan bahan alam sebagai alternatif pengobatan tradisional serta pengolahannya. Kegiatan ini dilaksanan di Desa Muntoi Kabupaten Bolaang Mongondow, Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan 2 tahap yaitu tahapan perencanaan dan tahap pelaksanaan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah Obat tradisionaladalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat. Jenis sediaan tradisional yang dapat dibuat dari tanaman antara lain The (species), Dekok (decoctum), infusa (rebusan), jus (succus), sirup (sirupus) dan tingtur (tinctura).Bagian tanaman yang dapat digunakan rimpang, batang, daun, bungan dan buah. Ramuan menggunakan takaran tradisional, masih digunakan misalnya sejari (kurang lebih 8 cm), sejengkal (panjang 18 cm), segengganm (berat basah 80 gram), helai, biji, sendok makan (15 mL), sendok teh (5 mL), segelas (200 mL), cangkir (180 mL) dan tetes.
Analisis Penggunaan Fitofarmaka sebagai Terapi Swamedikasi di Kotamobagu Rizky Resvita R. Bahi; Alfiana P. Gonibala
Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol 7 No 2 (2022): JOURNAL OF HEALTH SCIENCE (JURNAL ILMU KESEHATAN) (IN PRESS)
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/jik.v7i2.2189

Abstract

Tumbuhan sebagai sumber obat-obatan dapat dijadikan alternatif dari penggunaan obat sintetik yang banyak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Sediaan fitofarmaka dapat disejajarkan dengan obat modern karena khasiatnya yang telah terbukti dan bahan serta proses pembuatannya yang sudah distandardisasi. Fitofarmaka sudah banyak beredar dan digunakan oleh masyarakat, terlebih lagi di masa pandemi sekarang ini. Penggunaan fitofarmaka di masyarakat lebih khususnya dalam sebuah keluarga, tidak terlepas dari peran, sikap dan pengetahuan perempuan. Perempuan memiliki peran yang kuat dalam kehidupan keluarga. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan fitofarmaka sebagai terapi swamedikasi pada perempuan di Kelurahan Motoboi Kecil, Kotamobagu. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain observasional analitik dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah semua perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 296 orang. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap mempengaruhi penggunaan fitofarmaka. Hal ini dibuktikan oleh hasil uji statistik dengan metode Chi-Square yang menunjukkan nilai p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap responden dengan penggunaan fitofarmaka sebagai terapi swamedikasi di Kotamobagu.
Sosialisasi Penggunaan Antibiotik yang Bijak untuk Mencegah Resistensi Obat Rizky Resvita R. Bahi; Moh. Rivaldi Mappa; Alfiana P. Gonibala
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i2.943

Abstract

Resistensi antibiotik adalah salah satu masalah kesehatan yang sangat penting untuk diselesaikan. Resistensi antibiotik terjadi ketika obat tidak mampu untuk membunuh bakteri. Tingginya kasus resistensi antibiotik menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas serta meningkatnya biaya dan kegagalan terapi Penggunaan antibiotik yang kurang tepat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penggunaan antibiotik yang baik dan benar. Oleh kareina itu, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan antibiotik yang bijak untuk mencegah resistensi obat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Desa Komangaan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, dengan metode edukasi ceramah dan diskusi secara door to door di rumah masyarakat. Berdasarkan hasil yang diperoleh, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang resistensi antibiotik, bahkan masyarakat menggunakan antibiotik tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk beberapa keluhan yang seharusnya tidak diobati dengan antibiotik dan belum tentu disebabkan oleh bakteri seperti demam, batuk, flu, sakit gigi dansakit tenggorokan. Setelah melakukan kegiatan ini, diharapkan lembaga dan tenaga kesehatan lebih memperhatikan lagi penggunaan antibiotik di masyarakat. Dengan diterapkannya peraturan pemerintah mengenai larangan pelayanan antibiotik kepada masyarakat tanpa resep dokter diharapkan mampu menekan terjadinya kasus resistensi antibiotik.
Pola Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Sepsis Rawat Inap Di RSUD Dr. MOEWARDI Fera Nor Maliza; Alfiana Pramasita Gonibala
Pharmed: Journal of Pharmaceutical Science and Medical Research Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/pharmed.v6i1.15759

Abstract

Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ. Secara global kejadian sepsis mengalami peningkatan dengan angka kematian yang terus menerus semakin bertambah. Antibiotik merupakan salah satu komponen penting dalam penatalaksanaan kasus sepsis dan syok sepsis yang telah terbukti dapat menurunkan angka kematian dan harus diberikan segera setelah sepsis terdiagnosa. Penggunaan antibiotik yang efektif secara teoritis membantu mencegah perkembangan sepsis menjadi syok sepsis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pasien dengan diagnosa sepsis di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan desain penelitian Cross sectional. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif melalui penelusuran data rekam medis pasien sepsis yang sedang dirawat di bangsal rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Hasil penelitian pada pasien sepsis Pola penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di RSUD Dr. Moewardi terdapat 93 penggunaan antibiotik empiris dan 26 penggunaan antibiotik definitif. Mayoritas penggunaan antibiotik empiris yaitu ampisilin- sulbaktam (62.36%), kombinasi ampisilin/sulbaktam dan levofloxacin (20.43%) dan mayoritas penggunaan antibiotik definitif yaitu meropenem (21.73%), vancomycin (15.38%).
Drug Related Problems (DRPs) Terapi Antibiotik pada Pasien Sepsis di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit X di Surakarta Maliza, Fera Nor; Gonibala, Alfiana Pramasita
TRILOGI: Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan, dan Humaniora Vol 6, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Nurul Jadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33650/trilogi.v6i2.11304

Abstract

Sepsis is a systemic response to infection that can lead to organ damage and death. Inappropriate use of antibiotics is associated with prolonged hospitalisation and increases the risk of death in sepsis patients. Sepsis leads to high mortality, inappropriate antibiotic use worsens outcomes. This study was an observational study using a cross sectional design. Data collection was done prospectively through searching medical records of sepsis patients aged ≥18 years who were being treated in the inpatient ward of Hospital X in Surakarta. DRPs analysis was conducted based on the PCNE 2017 version 8.02 classification. Data were further analysed using Chi- Square to determine the association of risk factors with the incidence of DRPs. Antibiotic use consisted of empirical and definitive antibiotics with a total of 93 empirical antibiotic uses and 26 definitive antibiotic uses.  The majority of empirical antibiotic use was ampicillin-sulbactam (62.36%), a combination of ampicillin-sulbactam with levofloxacin (20.43%), and the majority of definitive antibiotic use was meropenem (21.73%). DRPs problems in this study were 63.02% (75 cases) of 119 cases of antibiotic use with the most DRPs problems in the effectiveness of therapy in 52.09% of cases of antibiotic use. The risk factors studied (age, gender, length of hospitalisation, number of drugs and comorbidities) are not relate to incidence of drug related problems (P> 0.05).
DRUG-RELATED PROBLEMS IN PEDIATRIC PATIENTS WITH ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA CANCER Gonibala, Alfiana Pramasita
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 9, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30604/jika.v9i2.2877

Abstract

Acute lymphoblastic leukemia that occurs in children is about 75% - 80%. The main treatment of acute lymphoblastic leukemia in children involves the use of chemotherapy with complex regimens and higher doses. Complex drug therapy causes a high risk of drug-related problems (DRPs). The purpose of this study was to determine the percentage of DRPs, identify the types of DRPs, and evaluate the correlation between age, gender, comorbidities, and the number of drugs with the incidence of DRPs in pediatric patients with acute lymphoblastic leukemia in Dr. Kariadi Hospital and Dr. Moewardi Hospital in the period July - October 2019. This study is an evaluative descriptive study with prospective data collection. The inclusion criteria in this study were patients diagnosed with acute lymphoblastic leukemia, patients aged 0-18 years, and patients undergoing inpatient treatment or one-day care. Data were then analyzed using SPSS, namely Chi-Square. The use of chemotherapy regimens in this study was based on the hospital's acute lymphoblastic leukemia treatment protocol—identification of DRPs based on PCNE V8.02 2017. DRPs found in pediatric patients with acute lymphoblastic leukemia are the safety of therapy category adverse drug reactions (P2.1) 36.36% (36 patients). The results of the Chi-Square analysis showed no association between the risk factors of age, gender, comorbidities, and the number of drugs with the incidence of DRPs (P0.05).