Djon Wongkar
Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Published : 34 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Perbedaan tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi pada masyarakat subetnis Minahasa di Desa Senduk Simanullang, Magdalena I.; Tanudjaja, George N.; Wongkar, Djon; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14883

Abstract

Abstract: Anthropometry is a measurement of certain parts of human body including height. This study was aimed to obtain the difference in height between after waking up in the morning and before going to bed at night among Minahasan sub-ethnic people at Senduk village. This was an analytical study with a cross-sectional design. Sampels were obtained by using purposive sampling method. There were 65 people as subjects. The results showed that the heights after waking up in the morning were longer than the heights before going to bed at night with an average of 1-2 cm for both sexes. The Wilcoxon test showed a significant difference between the heights after waking up in the morning and the heights before going to bed at night (p=0.002 for males and p=0.000 for females). Conclusion: There was a significant difference between the heights after waking up in the morning and the heights before going to bed at night. The heights after waking up in the morning were longer than the heights before going to bed at night.Keywords: height, after waking up in the morning, before going to bed at night Abstrak: Antropometri merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur bagian-bagian tubuh manusia termasuk tinggi badan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan tinggi badan sebelum tidur dan setelah bangun pagi pada sub-etnis Minahasa di Desa Senduk. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 65 orang. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tinggi badan setelah bangun pagi lebih panjang dibandingkan sebelum tidur malam hari dengan rerata perbedaan 1-2 cm untuk kedua jenis kelamin. Hasil uji Wilcoxon mendapatkan perbedaan bermakna antara tinggi badan setelah bangun pagi dan sebelum tidur (p=0,002 untuk laki-laki dan p=0,000 untuk perempuan). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna antara tinggi badan setelah bangun pagi dan sebelum tidur malam hari. Tinggi badan setelah bangun pagi lebih pendek dibandingkan sebelum tidur malam hari. Kata kunci: tinggi badan, sebelum tidur malam hari, setelah bangun pagi
ANGKA KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI DESA TUMALUNTUNG Ticoalu, Maria A. Ch.; Wongkar, Djon; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7662

Abstract

Abstract: Central obesity is a condition of excess abdominal fat (central fat) caused by direct factors that causes central obesity such as lack of physical activity, therefore, more fat accumulation occurs in the abdomen. Central obesity also increases the risks of degenerative diseases. This was a descriptive study. Data were obtained by measuring weight and height, calculating the body mass index (BMI), and measuring waist circumference (≥80 cm) of 180 females aged 30-50 years in the Tumaluntung village. The data were counted manually. The results showed that of the population there were 0.6 % underweight, 19.4 % normal body weight, 12.2 % pre - obese, 42.8 % Obese I, 24.4 % Obese II, and 0.6 % Obese III. Based on BMI, 80% of the subjects were overweight meanwhile based on waist circumference there were 66.7 % of females with central obesity.Keywords: central obesity, BMI, waist circumferenceAbstrak: Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut (lemak pusat) yang terjadi akibat kurangnya aktifitas fisik sehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadi di bagian perut. Obesitas sentral juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif. Penelitian ini bersifat deskriptif. Data diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan, penghitungan indeks massa tubuh (IMT) serta lingkar pinggang (≥80 cm) pada 180 populasi wanita berusia 30-50 tahun di Desa Tumaluntung. Data yang diperoleh dihitung secara manual. Hasil yang diperoleh dari 180 subyek penelitian menunjukkan 0,6% underweight, 19,4% normal, 12,2% pre-obese, 42,8% Obese I, 24,4% Obese II, dan 0,6% Obese III. Berdasarkan perhitungan IMT terdapat 80% subyek penelitian mengalami kelebihan berat badan. Melalui pengukuran lingkar pinggang terdapat 66,7% wanita dengan obesitas sentral.Kata kunci: obesitas sentral, IMT, lingkar pinggang
GAMBARAN EMPATI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI ANGKATAN 2010 Warokka, Merry C.; Pasiak, Taufiq F.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11249

Abstract

Abstract: Empathy is an important factor to support a positive relationship between physician and patient. Medical students as candidates for physician should have a good empathy. The lack of study and literature that discusses students empathy in North Sulawesi made researchers aimed to see an overview of empathy in medical students batch 2010 of Sam Ratulangi University.This study is a quantitative descriptive. The data were collected using a cross sectional design. The questionnaires was completed by 75 medical students at University of Sam Ratulangi who active on duty as co-assistant at RSUP Prof. dr. R.D Kandou. This study showed empathy scores of medical students high (66%), moderate (33%), and low (1%). Results of average scores of empathy women is higher than men. High empathy based on quantitative calculations do not mean to have a good empathy. Study with questionnaires more specific for medical students, qualitative study on patients, and method of longitudinal study, researchers suggested that can assess the quality of empathy for the co-assistant.Keywords: emphaty, medical student, co-assistantAbstrak: Empati merupakan faktor yang penting untuk menunjang terjalinnya hubungan yang positif antara tenaga medis dan pasien. Mahasiswa kedokteran sebagai calon tenaga medis seharusnya memiliki empati yang baik. Minimnya penelitian dan sumber literatur yang membahas empati pada mahasiswa di Sulawesi Utara membuat peneliti bertujuan untuk melihat gambaran empati pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Angket skala empati diisi oleh 75 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang sedang aktif menjalankan tugas sebagai co-assistant di Rumah Sakit Umum Pendidikan Prof. dr. R.D Kandou. Penelitian ini menunjukkan hasil empati tinggi (66%), sedang (33%), rendah (1%). Hasil skor rata-rata empati perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Empati yang tinggi berdasarkan perhitungan kuantitatif belum sepenuhnya berarti memiliki empati yang baik. Penelitian dengan alat ukur yang lebih spesifik, penelitian secara kualitatif terhadap pasien, serta penelitian dengan metode longitudinal disarankan peneliti agar dapat menilai kualitas empati para co-assistant.Kata kunci: empati, mahasiswa kedokteran, co-assistant
Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012 Liputra, Osvaldo T.; Pasiak, Taufiq F.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.14851

Abstract

Abstract: Clavicle is a long slender bone that lies horizontally at the root of the neck just beneath the skin. The clavicle is connected to the sternum and the first costal cartilage and acromion process of the scapula laterally. Body height is formed by the skull, vertebra column, and a part of lower limb bones. This was an analytical descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 76 students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi Manado obtained by using purposive sampling method. Data were analyzed by Pearson correlation test and linear regression test. The Pearson correlation test showed that there was a weak correlation between clavicle length and body height in males (r = 0.149) and a strong enough correlation in females (r = 0.360). The linear regression test showed the equation in males was BH (body height) = 160.042 + (0.606 x clavicle length) and in females was BH = 145.121 + (1.044 x clavicle length). Conclusion: There was a strong enough correlation between clavicle length and body height in females but not in males. Body height can be determined by clavicle length using an equation.Keywords: clavicle length, body height Abstrak: Klavikula merupakan tulang panjang yang ramping, membentang horizontal di dasar leher tepat dibawah kulit. Klavikula terhubung dengan sternum dan tulang rawan rusuk pertama, serta menyamping dengan akromion dari skapula. Tinggi badan dibentuk oleh tulang tengkorak, tulang belakang, dan sebagian tulang ekstremitas bawah. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah 76 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang ditentukan dengan cara purposive sampling. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan uji regresi linear. Hasil uji korelasi Pearson memperlihatkan hubungan lemah antara panjang klavikula dan tinggi badan pada laki-laki (r=0,149) dan hubungan cukup kuat pada perempuan (r = 0,360). Persamaan pada laki-laki TB = 160,042 + (0,606 x panjang klavikula) dan pada perempuan TB = 145,121 + (1,044 x panjang klavikula). Simpulan: Terdapat hubungan yang cukup kuat antara panjang klavikula dengan tinggi badan pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki. Tinggi badan seseorang dapat ditentukan dari panjang klavikula dengan menggunakan suatu persamaan.Kata kunci: panjang klavikula, tinggi badan
Perubahan Histologik Postmortem pada Kelenjar Brunner Hewan Coba Sartika, Reza S.; Wongkar, Djon; Kalangi, Sonny J.R.
e-Biomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i1.19526

Abstract

Abstract: Studies of postmortem histological changes in digestive system showed a variety of changes related to postmortem time. This study was aimed to obtain the histological changes of Brunner gland within 24-hour interval using a domestic pig as model. This was a descriptive study. Samples of duodenum were taken at several time intervals, as follows: 0 hour, 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 7 hours, 8 hours, 9 hours, 10 hours, 12 hours, 14 hours, 16 hours, 18 hours, 20 hours, 22 hours, and 24 hours. The results showed that the earliest histological changes occurred at 3 hours postmortem which showed congestion, widened gland lumen, as well as hydrophic degeneration of gland cells. At 7 hours to 22 hours postmortem the changes became more visible and were associated with lysis of the gland cells. At 24 hours postmortem the lysis had covered >50% of the gland cells, however, the Brunner glands could still be identified. Conclusion: The earliest changes occured at 3 hours postmortem in the forms of congestion, widened gland lumens, and hydrophic degeneration of gland cells which became more visible at 7-22 hour postmortem associated with gland cell lysis. The cell lysis covered most of the gland cells at 24 hours postmortem, however, the Brunner glands could still be identified.Keywords: duodenum, autolysis, postmortem. Abstrak: Berbagai penelitian mengenai perubahan histologik postmortem dari organ sistem pencernaan telah dilakukan pada hewan coba yang memperlihatkan variasi perubahan histologik sehubungan dengan waktu postmortem. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perubahan histologik postmortem pada kelenjar Brunner hewan coba dengan interval waktu 24 jam. Jenis penelitian ialah deskriptif yang menggunakan babi domestik sebagai hewan coba. Interval waktu pengambilan sampel dari bagian duodenum ialah: 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, 8 jam, 9 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan bahwa perubahan awal terjadi pada 3 jam postmortem yang menunjukkan kongesti dan lumen kelenjar melebar, serta degenerasi hidropik pada sel-sel kelenjar Brunner. Perubahan semakin tampak pada 7 jam sampai 22 jam postmortem, dan mulai terjadi lisis sel-sel kelenjar Brunner. Pada 24 jam postmortem lisis yang terjadi telah mencapai sekitar 50% sel kelenjar tetapi kelenjar Brunner masih dapat diidentifikasi. Simpulan: Perubahan awal terjadi pada 3 jam postmortem yang menunjukkan kongesti dan lumen kelenjar melebar serta degenerasi hidropik pada sel-sel kelenjar Brunner yang terus berlangsung disertai lisis sel-sel kelenjar yang pada 24 jam postmortem telah mencapai sebagian besar sel kelenjar tetapi kelenjar Brunner masih dapat diidentifikasi.Kata kunci: duodenum, autolisis, postmortem
PENGARUH LATIHAN ZUMBA TERHADAP KADAR KOLESTEROL HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DARAH Pantouw, Reynaldo Stevanus; Wongkar, Djon; Ticoalu, Shane H. R.
e-Biomedik Vol 2, No 2 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i2.5191

Abstract

Abstract: High density lipoprotein cholesterol (HDL) is a heterogeneous class of lipoproteins with density 1063 - 1:21 g / mL. HDL cholesterol has protective properties to heart because it is able to bind cholesterol and carry it to the liver for excretion. High levels of HDL in the body will increase the protection against coronary heart disease. One way to increase HDL cholesterol levels is by doing physical activity. This study have a purpose to find out the influence of zumba exercise on hemoglobin levels. Methods: This study is experimental with one group pre and post test design, that criteria includes are normal Body Mass Index, sedentary people, not consuming HDL booster supplements and not have bone abnormalities. Subjects were a total of  20 female students class of 2013 at the Medical Faculty of Nursing Science of Sam Ratulangi University. Subjects participated in exercise program three times per week for 2 weeks total exercise with duration of one hour. The HDL levels were examined before and after zumba exercise during two weeks. Data was analyzed by paired t test using SPSS. Result: Based on the research that has done from 20 subjects were obtained result in increase on HDL levels after zumba exercise for two weeks. Conclusion: Zumba exercise can increase cholesterol high density lipoprotein levels. Keywords: high density lipoprotein, zumba.     Abstrak: Latar belakang: Kolesterol High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein kelas heterogen dengan kepadatan 1.063 – 1.21 g/mL. Kolesterol HDL memiliki sifat proteksi terhadap jantung karena sifatnya yang dapat mengikat kolesterol dan membawanya ke hati untuk diekskresikan. Kadar HDL yang tinggi dalam tubuh akan meningkatkan proteksi terhadap penyakit jantung koroner. Salah satu cara meningkatkan kadar kolesterol HDL adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan zumba terhadap kadar kolesterol HDL darah. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan one group pre and post test yang memenuhi kriteria-kriteria yaitu IMT normal, tidak rutin melakukan aktivitas fisik, tidak mengonsumsi suplemen penambah HDL, dan tidak ada kelainan tulang. Sampel penelitian yaitu mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi angkatan 2013 berjumlah 20 orang. Subjek penelitian berpartisipasi dalam latihan yang dilakukan 3 kali dalam seminggu dari total 2 minggu latihan dengan durasi 1 jam. Kadar HDL diukur sebelum latihan zumba pertama dan sesudah latihan zumba terakhir. Data dianalisis dengan uji t berpasangan menggunakan SPSS. Hasil: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 20 orang subjek penelitian didapatkan hasil yaitu terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL setelah melakukan latihan zumba selama 2 minggu. Simpulan: Latihan zumba dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL darah. Kata Kunci: high density lipoprotein, zumba.
PENGARUH SENAM POCO-POCO TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH Rachmat, Chytra; Ticoalu, Shane H.R.; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6639

Abstract

Abstract: A common form of dyslipidemia is often associated with cardiovascular disease which is hypertriglyceridemia. Triglycerides in the body is mainly used as energy storage for a variety of metabolic processes. Poco-poco gymnastics from North Sulawesi. The purpose of this study is to find out the influence of poco-poco gymnastics to triglyceride blood levels. Methods: This study is experimental using one group pre and post test design, the subjects were 25 female students year 2013 Science and Mathematic Faculty of Pharmacyof Sam Ratulangi University Manado who met the inclusion criterias. Data was analyzed using paired t test. Results: Based on the research that has done from 25 subjects it was obtained that there was a decrease in mean triglyceride levels before and after poco-poco gymnastics for four weeks. However, this decrease was not significant (p=0,366). Conclusion: There was a decrease in triglyceride levels after poco-poco exercises for four weeks but this is not significant.Keywords : poco-poco gymnastics, triglycerideAbstrak: Bentuk umum dislipidemia yang sering dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler yaitu hipertrigliseridemia. Trigliserida dalam tubuh terutama dipakai untuk menyediakan energi berbagai proses metabolik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida yaitu olahraga. Senam poco-poco merupakan senam yang berasal dari Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam poco-poco terhadap kadar trigliserida darah. Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan one group pre and post test dengan jumlah subjek penelitian 25 mahasiswi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado yang memenuhi kriteria. Data dianalisis dengan uji t berpasangan. Hasil: Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 25 subjek penelitian diperoleh hasil yaitu terjadi penurunan rata-rata kadar trigliserida sebelum dan sesudah senam poco-poco selama empat minggu. Namun penurunan ini secara statistik tidak bermakna (p=0,366). Simpulan: Terjadi penurunan kadar trigliserida setelah latihan senam poco-poco selama empat minggu namun penurunan ini secara statistik tidak bermakna.Kata Kunci: senam poco-poco, trigliserida
Perubahan histologik pada usus besar hewan coba postmortem Lapian, Clifford; Wangko, Sunny; Wongkar, Djon
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14768

Abstract

Abstract: Cell death occurs after somatic death. The aerobic process of cells would be halted as a result of somatic death, whereas the anaerobic process will continue. Therefore, the cells do not die in a short time although the oxygen supply has been depleted. This anaerobic process will have an impact on the morphology and activity of cells. This study was aimed to obtain the microscopic changes of large intestine for 24 hours postmortem. This was a descriptive observational study. A domestic pig weighed 20 kg was used as sample. The microscopic examinations were performed at several interval times as follow: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 16, 18, 20, 22, and 24 hours postmortem. The results showed that the microscopic changes of the large intestine were identified the earliest at 2 hours postmortem as congestion with dilatation of the intestinal crypt lumen; lysis of a number of intestinal crypts at 6 hours postmortem; all intestinal crypts were lysis leaving empty areas; and the mucosal layer and intestinal crypts could not be identified at 24 hours postmortem. Conclusion: The earliest microscopic changes of the large intestine occured at 2 hours postmortem. Lysis of the intestinal crypts began at 6 hours postmortem and became complete at 12 hours postmortem. Keywords: large intestine, postmortem, intestinal crypt Abstrak: Kematian sel terjadi setelah kematian somatis. Proses aerobik sel-sel akan terhenti akibat kematian somatis, sedangkan proses anaerobik akan tetap berlangsung. Hal tersebut mengakibatkan sel-sel tidak mati dalam waktu yang singkat meskipun pasokan oksigen telah habis. Proses anaerobik ini akan berdampak pada morfologi dan aktivitas sel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perubahan gambaran histologik usus besar pada hewan coba selama 24 jam postmortem. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional. Sampel penelitian ialah satu ekor babi domestik dengan berat 20 kg. Pengamatan mikroskopik terhadap sampel dilakukan pada beberapa interval waktu, yaitu: 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, 8 jam, 9 jam, 12 jam, 14, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan perubahan mikroskopik postmortem paling awal pada usus besar terjadi pada 2 jam postmortem berupa kongesti dengan lumen kripta Lieberkuhn yang berdilatasi; pada 6 jam postmortem tampak sebagian kripta Lieberkuhn telah lisis; pada 12 jam postmortem seluruh kripta Lieberkuhn telah lisis; dan pada 24 jam postmortem lapisan epitel dan kripta Lieberkuhn tidak dapat diidentifikasi lagi. Simpulan: Perubahan histologik postmortem paling awal pada 3 jam postmortem, lisis kripta Lieberkuhn telah tampak sejak 6 jam postmortem, dan menyeluruh pada 12 jam postmortem.Kata kunci: usus besar, postmortem, kripta Lieberkuhn
Gambaran histologik ginjal tikus Wistar yang diberikan jus tomat setelah diinduksi dengan monosodium glutamat Togatorop, Desy; Pasiak, Taufiq F.; Wongkar, Djon; Kaseke, Martha M.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14664

Abstract

Abstract: Monosodium glutamate (MSG) is widely used in daily life as a flavor enhancer in food. MSG is the combination of sodium salt component and glutamic acid-L (a non essential amino acid), which is highly soluble in water. Glutamate in MSG is not bound to protein molecules, but in the free form, therefore, it will form free radicals in the body. Free radicals in the body can be neutralized by antioxidants. Tomatoes are fruits that contain several antioxidants (lycopene, vitamin C and vitamin A). Lycopene is an antioxidant that is the highest in tomatoes. Lycopene reduces free radicals in the body by releasing up one of its electrons to bind with free radicals so the free radicals do not bind to other cells in the body and reduces the damage in the body. This study was aimed to determine the histological changes in the kidneys of Wistar rats induced by MSG, and of those that were added tomato juice. This was an experimental study with a post test only control group design. The study used 15 Wistar rats divided into three groups: group I without treatment (pellets AD II and drinking water); group II, MSG for 14 days; and group III, tomato juice and MSG for 14 days. The results showed that in both treatment groups there were visible swelling of tubular epithelial cells and narrowing of the tubular lumen, albeit, the glomeruli still looked normal.Keywords: tomato juice, MSG, kidney damage Abstrak: Monosodium glutamat (MSG) banyak digunakan sebagai penyedap rasa dalam makanan. MSG adalah gabungan antara komponen garam sodium dan asam glutamat–L (suatu asam amino non esensial) yang bersifat sangat larut dalam air. Glutamat dalam MSG tidak terikat pada molekul protein melainkan dalam bentuk bebas sehingga dapat membentuk radikal bebas didalam tubuh. Radikal bebas didalam tubuh dapat dinetralisir oleh antioksidan. Tomat mengandung berbagai antioksidan (likopen, vitamin C dan vitamin A) terutama likopen. Likopen mengurangi radikal bebas didalam tubuh dengan cara melepaskan satu elektronnya untuk berikatan dengan radikal bebas yang dapat mengurangi kerusakan yang terjadi dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologik ginjal tikus wistar kelompok perlakuan I diinduksi MSG dan kelompok perlakuan II yang diberikan MSG dan jus tomat. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan post test only control group design. Penelitian menggunakan 15 ekor tikus wistar dibagi tiga kelompok: kelompok I tanpa perlakuan (pellet AD II dan air minum); kelompok II diberi MSG selama 14 hari; dan kelompok III diberi jus tomat dan MSG selama 14 hari. Gambaran histologik ginjal pada kelompok perlakuan I (MSG) dan kelompok perlakuan II (MSG dan jus tomat) memperlihatkan glomerulus normal, pembengkakan sel epitel tubuli, dan penyempitan lumen tubuli. Tidak tampak perbedaan nyata antara kedua kelompok. Kata kunci: jus tomat, MSG, kerusakan ginjal
Gambaran histologik aorta kelinci yang diinduksi dengan lemak babi dan diberi ekstrak beras hitam Polii, Lendy S.F.; Wongkar, Djon; Wangko, Sunny
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12201

Abstract

Abstract: Dyslipidemia is an abnormal lipid metabolism, marked by the alteration of lipid fractions within the blood plasma. World Health Organization reported that dyslipidemia was associated with heart diseases in general with 4 million deaths each year. Dyslipidemia is mostly caused by unhealthy lifestyle. The change of lifestyle can be initiated by the modification of diet. Black rice (Oryza sativa L.) is a type of local rice which contains a different pigment than the regular or any other colored rice. This study aimed to identify the histological changes of rabbit aorta induced with lard and black rice extract diet. This was an experimental study with a post-test design. Subjects were three rabbits New Zealand white divided into 3 groups (A. B. And C) of 1 rabbit each. Group A was fed with standard diet (Vitamax), group B with high fat diet, meanwhile group C was fed with high fat diet added with black rice extracts. This study was carried out for 28 days, after that all the rabbits were terminated to obtain their aortas. The results showed that there were reductions of LDL and total cholesterol levels of group C. Foam cells were found in the tunica intima and tunica media in group A, B and C. However, the foam cells in group C were less than the other groups. Conclusion: Black rice diet could reduce the LDL and total cholesterol levels as well as the number of foam cells in the aorta tunica of rabbits. Keywords: aorta, rabbits, foam cells, black rice extracts, lard Abstrak: Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. WHO memperkirakan dislipidemia berhubungan dengan kasus penyakit jantung secara luas, serta menyebabkan empat juta kematian per tahun. Dislipidemia umumnya disebabkan karena gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan mulai dari memodifikasi pola diet. Beras hitam (Oryza sativa L.) merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen berbeda dengan beras putih atau beras berwarna lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran histologik aorta kelinci yang diinduksi dengan lemak babi dan diberi pakan beras hitam. Jenis penelitian ini eksperimental dengan rancangan post test. Subyek penelitian kelinci New Zealand white dibagi menjadi tiga kelompok (A, B, dan C), masing-masing kelompok terdiri dari 1 kelinci. Kelompok A diberikan pakan standar (Vitamax), kelompok B diberikan diet tinggi lemak, dan kelompok C diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak beras hitam. Perlakuan diberikan selama 28 hari dan selanjutnya dilakukan terminasi untuk mengambil aorta kelinci dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian memperlihatkan penurunan kadar kolesterol LDL dan total pada kelompok C. Gambaran histologik aorta kelompok A, B dan C menunjukkan adanya sel-sel busa di lapisan tunika intima dan tunika media, namun jumlah sel busa di kelompok C lebih sedikit dari kelompok yang lain. Simpulan: Ekstrak beras hitam dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan total, serta jumlah sel busa di lapisan aorta pada kelinci.Kata kunci: aorta, kelinci, sel busa, ekstrak beras hitam, lemak babi