Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERBEDAAN METODE PENYULUHAN LEAFLET DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENEMPELAN STIKER PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI DESA Siti Rohma Perbasya; Fitri Ekasari; Marinah Marinah
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 1, No 3 (2012): Volume 1 Nomor 3
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v1i3.335

Abstract

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendekatkan jangkauan pelayanankesehatan kepada masyarakat melalui Program Perencanaan Persalinan dan PencegahanKomplikasi (P4K). Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Rinkesdas) 2007mencatat kepemilikan P4K dengan stiker baru 24,3% dan untuk provinsi Lampungsebesar 22,6%. Sedangkan di Kabupaten Lampung Selatan khususnya di Desa NeglasariWilayah Kerja Puskesmas Katibung belum pernah dilakukan evaluasi terhadappelaksanaan P4K dengan stiker. Tujuan penelitian adalah perbedaan metode penyuluhanleaflet dan diskusi terhadap penempelan stiker P4K (Program Perencanaan Persalinandan Pencegahan Komplikasi) di Desa Neglasari Wilayah Kerja Puskesmas KatibungKabupaten Lampung Selatan Tahun 2012.Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan desain “Nonequivalencontrol group design”. Populasi seluruh ibu hamil di Desa Neglasari Wilayah KerjaPuskesmas Katibung Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Februari tahun 2012sebanyak 40 ibu hamil. Sampel 40 responden. Analisis data yang digunakan yaitu uji ChiSquare.Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden yang mendapatkanpenyuluhan dengan metode diskusi dan leaflet masing-masing sebanyak 20 responden(50,0%). Responden melakukan penempelan stiker P4K sebanyak 22 responden(55,0%). Ada perbedaan metode penyuluhan leaflet dan diskusi terhadap penempelanstiker P4K di Desa Neglasari Wilayah Kerja Puskesmas Katibung Kabupaten LampungSelatan Tahun 2012 (p value 0,026 OR 5,571). Saran bagi petugas kesehatan agarmeningkatkan penyuluhan terutama dengan menggunakan metode diskusi sehinggadapat meningkatkan angka penempelan stiker P4K.Kata Kunci : Diskusi Kelompok, leaflet, penempelan stiker P4K
HUBUNGAN PERSEPSI INDIVIDU TERHADAP PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA SISWA SDN 3 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG 2015 Rachmat Hidayat; Lolita Sari; Fitri Ekasari
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 5, No 2 (2016): Volume 5 Nomor 2
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v5i2.463

Abstract

Data UKS Puskesmas Segala Mider 2014, SD Negeri 2 Gunung Terang ada 90% siswa dengan kasus karies gigi dan jarang menggosok gigi. Sedangkan SD Negeri 3 Segala Mider yang mengalami karies gigi sebanyak 85%. SD Negeri 1 Langkapura 80% karies gigi, sedangkan SD negeri 2 Langkapura 70%. Persentase terbesar adalah SD Negeri 3 (Profil Puskesmas Segala Mider, 2013). Hasil Pre survey di SD Negeri 3 didapatkan 53,33% mengalami karies gigi.Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh siswa SD Negeri 3 Gunung Terang Bandar Lampung 171, dengan sampel total populasi. Analisa data menggunakan uji Chi Square dan regresi logistik, dengan derajat kepercayaan 95%.Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan persepsi individu tentang perilaku menggosok gigi (p = 0,057), ada hubungan persepsi keseriusan (p= 0,016, OR = 2,292), besarnya manfaat daripada kerugian menggosok gigi (p = 0,001, OR = 3,176), dan motivasi tindakan terhadap perilaku menggosok gigi (p-value = 0,028, OR = 2,161). Variabel persepsi besarnya manfaat daripada kerugian menggosok gigi merupakan faktor yang paling dominan pengaruhnyaterhadap perilaku menggosok gigi (p = 0,000, OR = 3,247). Saran perlu lebih meningkatkan penyuluhan dengan memberikan leaflet tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar, serta menempelkan gambar atau poster tentang akibat yang timbul bila para siswa tidak menggosok gigi di berbagai tempat.Kata Kunci : Persepsi Individu, Perilaku Menggosok Gigi.
FAKTOR KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2014 Meliana Meliana; Fitri Ekasari
JURNAL DUNIA KESMAS Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 Nomor 1
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v4i1.422

Abstract

Ketuban Pecah Sebelum Waktu (KPSW) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPSW terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8–10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah sebelum waktu (Prawirohardjo S, 2010). Faktor yang mempengaruhi kejadian KPSW diantaranya riwayat KPSW sebelumnya, paritas, usia, pekerjaan,riwayat abortus, jarak kehamilan, dan riwayat penyakit. World Health Organization (WHO) melaporkan setiap tahun tidak kurang dari 500.000 ibu hamil dan bersalin meninggal di seluruh dunia salah satu kasus kematian ibu disebabkan oleh keguguran kandungan atau ketuban pecah sebelum waktu (KPSW)., dimana 95% terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Tujuan penelitian mengetahui analisis determinan kejadian KPSW di Rumah Sakit Umum Daerah Menggala Tahun 2014.Penelitian ini termasuk jenis penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Case Control. Populasi seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Menggala Tulang Bawang Tahun 2014 dengan sampel kasus 66 dan kontrol 66. Pengambilan data dengan Simple Random Sampling. Analisis univariat, bivarian dan multivariat dengan menggunakan uji chi – square dan regresi logistik.Hasil penelitian bivariat menunjukkan ada hubungan riwayat KPSW dengan kejadian KPSW (p=0,008), paritas (p=0,008), usia (p=0,003),pekerjaan (p=0,000), dan jarak kehamilan (p=0,015). Variabel riwayat abortus (p=0,294), dan riwayat penyakit (p=0,114) tidak berhubungan dengan kejadian KPSW. Variabel paling dominan terhadap kejadian KPSW adalah pekerjaan (p=0,000 dengan OR=19,2), berdasarkan hasil tersebut dengan derajat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan riwayat KPSW, paritas, usia, pekerjaan dan jarak kehamilan berhubungan dengan kejadian KPSW dan usia merupakan variabel paling dominan. Disarankan agar para ibu lebih berhati–hati dalam menjaga kehamilan, memeriksakan kandungan secara berkala, banyak mencari pengetahuan tentang kehamilan yang baik.Kata Kunci : riwayat KPSW, paritas, usia, pekerjaan, riwayat abortus, jarakkehamilan, riwayat penyakit, kejadian KPSW.
Analysis of Factors Associated with Wus's Decision to Use an IUD in the Working Area of the Maja Public Health Center, Lebak Regency in 2024 Indah Mulia Herwisdiane; Wayan Aryawati; Fitri Ekasari; Dessy Hermawan
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol 6 No 2 (2025): In Progress issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v6i2.872

Abstract

Birth control has become a global issue of great importance in maintaining a balance between population growth and available resources. One contraceptive method that is often used is the IUD. The prevalence of IUD/AKDR family planning acceptors in Indonesia is 3.8 % and in Banten 6.09%. The IUD has been a major focus of long-term contraceptive research because of its high effectiveness, reversibility, and potential additional health benefits. The aim of the research was to determine factors related to WUS's decision to use an IUD. This type of quantitative research with a cross sectional design. The population in the study, namely women of childbearing age in the Maja Health Center Working Area, numbered 9,394 and a sample of 369 people using the cluster random sampling technique . Data analysis used univariate, bivariate ( chi square), and multivariate ( multiple logistic regression). The results of bivariate analysis showed that there was no relationship between age (p=0.405), parity (p=0.837), and occupation (p= 0.875) with WUS's decision to use an IUD. Meanwhile, education (p=0.004), knowledge (p=0.000), attitude (p=0.038), husband's support (p=0.035), and support from health workers (p=0.029) affected WUS' decision to use an IUD. The factor most related to WUS's decision to use an IUD is knowledge with OR= 9.591. The conclusion from this research is that the dominant factor related to the decision to use an IUD is knowledge. WUS should actively seek information through trusted sources such as consulting with medical personnel at community health centers or reading accurate health literature.
Analysis of Factors Associated with Wus's Decision to Use an IUD in the Working Area of the Maja Public Health Center, Lebak Regency in 2024 Wayan Aryawati; Fitri Ekasari; Indah Mulia Herwisdiane; Dhiny Easter Yanti
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol. 6 No. 2 (2025): In Progress issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v6i2.872

Abstract

Birth control has become a global issue of great importance in maintaining a balance between population growth and available resources. One contraceptive method that is often used is the IUD. The prevalence of IUD/AKDR family planning acceptors in Indonesia is 3.8 % and in Banten 6.09%. The IUD has been a major focus of long-term contraceptive research because of its high effectiveness, reversibility, and potential additional health benefits. The aim of the research was to determine factors related to WUS's decision to use an IUD. This type of quantitative research with a cross sectional design. The population in the study, namely women of childbearing age in the Maja Health Center Working Area, numbered 9,394 and a sample of 369 people using the cluster random sampling technique . Data analysis used univariate, bivariate ( chi square), and multivariate ( multiple logistic regression). The results of bivariate analysis showed that there was no relationship between age (p=0.405), parity (p=0.837), and occupation (p= 0.875) with WUS's decision to use an IUD. Meanwhile, education (p=0.004), knowledge (p=0.000), attitude (p=0.038), husband's support (p=0.035), and support from health workers (p=0.029) affected WUS' decision to use an IUD. The factor most related to WUS's decision to use an IUD is knowledge with OR= 9.591. The conclusion from this research is that the dominant factor related to the decision to use an IUD is knowledge. WUS should actively seek information through trusted sources such as consulting with medical personnel at community health centers or reading accurate health literature.
Analysis of Factors Associated with Wus's Decision to Use an IUD in the Working Area of the Maja Public Health Center, Lebak Regency in 2024 Wayan Aryawati; Fitri Ekasari; Indah Mulia Herwisdiane; Dhiny Easter Yanti
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol. 6 No. 2 (2025): June
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v6i2.872

Abstract

Birth control has become a global issue of great importance in maintaining a balance between population growth and available resources. One contraceptive method that is often used is the IUD. The prevalence of IUD/AKDR family planning acceptors in Indonesia is 3.8 % and in Banten 6.09%. The IUD has been a major focus of long-term contraceptive research because of its high effectiveness, reversibility, and potential additional health benefits. The aim of the research was to determine factors related to WUS's decision to use an IUD. This type of quantitative research with a cross sectional design. The population in the study, namely women of childbearing age in the Maja Health Center Working Area, numbered 9,394 and a sample of 369 people using the cluster random sampling technique . Data analysis used univariate, bivariate ( chi square), and multivariate ( multiple logistic regression). The results of bivariate analysis showed that there was no relationship between age (p=0.405), parity (p=0.837), and occupation (p= 0.875) with WUS's decision to use an IUD. Meanwhile, education (p=0.004), knowledge (p=0.000), attitude (p=0.038), husband's support (p=0.035), and support from health workers (p=0.029) affected WUS' decision to use an IUD. The factor most related to WUS's decision to use an IUD is knowledge with OR= 9.591. The conclusion from this research is that the dominant factor related to the decision to use an IUD is knowledge. WUS should actively seek information through trusted sources such as consulting with medical personnel at community health centers or reading accurate health literature.