Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

KONSEP EKOLOGIS PADA PERMUKIMAN SUKU LAWALU DI KAMANASA KABUPATEN MALAKA, NUSA TENGGARA TIMUR Bebhe, Kristiana; Daton, Richardus; Lake, Reginaldo Christophori; Lapenangga, Apridus
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 12, No 3 (2019): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1154.271 KB) | DOI: 10.24002/jars.v12i3.2187

Abstract

Abstract: Kamanasa Village in Malaka Regency is a vernacular village inherited based on the knowledge and local wisdom of the Lawalu tribe. Kamanasa people obey traditions and customs for obedience to tribal ancestors. The concept of obedience arises in settling cultures, in village spatial planning and residential and material use. The architectural concepts that exist in the village of Kamanasa have ecological characteristics in the form, structure and use of materials, also in the behavior of the Kamanasa people. This study focuses on identifying the economic concepts of Kamanasa vernacular architecture and how the sustainability of ecological concepts is maintained. Field observations and literature studies of ecological design principles were used in this study. The results of the study showed that the vernacular village of Kamanasa applied an ecological concept of architecture in accordance with the principles of ecological design that were inherited through the tradition of building houses, linkages with the environment, and social relations in mutual cooperation. The Kamanasa vernacular village is still supported by aspects of traditional beliefs and norms, so the ecological concept of the Kamanasa vernacular architecture deserves to be an ecological concept of cultural architecture.Keywords: Ecological, Vernacular Architecture, Kamanasa VillageAbstrak: Desa Kamanasa di Kabupaten Malaka merupakan desa vernakular yang diwarisi berdasarkan pengetahuan dan kearifan lokal suku Lawalu. Orang Kamanasa taat tradisi dan adat istiadat demi ketaatan terhadap leluhur suku. Konsep ketaatan muncul pada budaya bermukim, pada tata keruangan desa dan rumah tinggal maupun penggunaan material. Konsep berarsitektur yang ada pada desa Kamanasa memiliki ciri-ciri ekologis pada tata bentuk, struktur dan penggunaan material, juga pada perilaku orang Kamanasa. Kajian ini berfokus pada identifikasi konsep eklogis arsitektur vernakular Kamanasa dan bagaimana keberlanjutan konsep ekologis dipertahankan. Observasi lapangan dan kajian pustaka prinsip-prinsip desain yang ekologis digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan, desa vernakular Kamanasa menerapkan konsep ekologis arsitektur sesuai dengan prinsip-prinsip desain ekologis yang diwariskan melalui tradisi membangun rumah,  keterkaitan dengan lingkungan, dan hubungan sosial bergotong royong. Desa vernakular Kamanasa masih didukung oleh aspek kepercayaan dan norma-norma adat, sehingga konsep ekologis arsitektur vernakular Kamanasa layak dijadikan konsep arsitektur kiwari yang ekologis. Kata kunci: Ekologis, Arsitektur Vernakular, Desa Kamanasa
Hubungan material dan bentuk ume kbubu (rumah masyarakat Fatumnasi) Boli, Benediktus; Lapenangga, Apridus Kefas; Arakian, Donatus
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v4i2.466

Abstract

Bentuk sebuah arsitektur tradisional merupakan ekspresi dari budaya yang berpadu dengan kearifan lokal masyarakat di suatu tempat serta dipengaruhi oleh ketersediaan material alam yang ada disekitarnya. Bagi masyarakat Fatumnasi, umek bubu merupakan rumah tempat berteduh, menyimpan bahan makanan, dan tempat memulai kehidupan (bersalin dan merawat wanita pasca melahirkan). Bangunan ini dibangun dengan material alam sekitar yang memiliki karakter fleksibel, kuat, ringan namun tetap mudah dibentuk menjadi dinamis dan dapat merespon perubahan iklim yang terjadi. Motede yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk mendiskripsikan secara kualitatif hubungan antara material dan bentuk. Jenis material dan karakteristiknya dijelaskan secara detail sesuai fungsinya dalam membentuk elemen konstuksi pada bangunan tersebut. Objek yang dikaji adalah ume kbubu milik narasumber yangditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa material yang digunakan untuk konstruksi ume kbubu memiliki keterkaitan dengan bentuknya yang kerucut. Karakter  material yang  fleksibel, kuat, ringan dan  mudah dibentuk  menghasilkan bentukume kbubu yang dinamis danrespon terhadap kondisi iklim yang ada
Arsitektur berkelanjutan: Belajar dari ume kbubu, rumah tradisional masyarakat Fatumnasi Apridus Kefas Lapenangga; Donatus Ara Kian; Benediktus Boli
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 5 No 3 (2020): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | September 2020 ~ Desember 2020
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v5i3.601

Abstract

Ume kbubu, as the traditional house of the Fatumnasi community, is a cultural product from local wisdom which has continually been adapted to the environment to ensure its sustainability. This research was, therefore, conducted to explore the principles of sustainable architecture in ume kbubu using an explorative approach with an ethnographic design applied to obtain necessary information from the objects of study such as the houses of the Village Head and the leader of Hamlet 1 in Fatumnasi village which were determined using a purposive sampling technique. The data were obtained through observation, interviews, and literature study and the results showed the ume kbubu’s sustainability is due to its long adaptation and natural selection for years which makes it a sustainable architecture and was also found to fulfill the three elements required which are economic, social and environmental.
MATEMATIKA DALAM ARSITEKTUR: KONSEP SUSUNAN BILANGAN REAL DALAM KONSTRUKSI ATAP LOPO DI BENTENG NONE Apridus Lapenangga; Yohana Rowa; Meryani Lakapu
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 6 No. 1 (2020): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.346 KB) | DOI: 10.21460/atrium.v6i1.5

Abstract

Title: Mathematics in Architecture: The Concept of Numbers in Roof Structure Construction of Fort None Lopo Fort None is a traditional fortress in which there are traditional buildings of the Dawan people, namely Lopo and Ume Kbubu. One of the Lopo in this area was once burned and has not been rebuilt. This is one of the reasons this study was conducted, to find out the mathematical elements in Lopo construction which can be useful as a design guidelines for other Lopo building construction. This study aims to analyze in depth the concept of configuration of real numbers on the Lopo roof construction in Benteng None, so the method used is qualitative research with ethnographic design. This discussion is carried out by analyzing three construction elements on the Lopo roof, namely: 5 inner circles, 26 outer circles and rectangles on the Lopo roof. So, it can be concluded that some construction elements on the Lopo roof which are mathematically analyzed show the existence of the concept of real number configuration. From this discussion, the results show that there are types of real number configuration, including: Monotonic real numbers descending, finite real numbers, fixed real numbers with fixed differences and real numbers with non-fixed differences.
Alternatif Bahan Dinding Bata Tanah Putih yang Ditambah Sekam Padi yang Tidak Dibakar Kristiana Bebhe; Apridus K. Lapenangga
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 8 No. 1 (2022): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v8i1.167

Abstract

Title: Unburned Rice Husk as an Alternative Additive in the Making of White Soil Brick   Top soil structure in Kupang city and regency consist of  white soil which contain 30-65% sand. This kind of soil is very potential as brick-making material. The experiments carried out turned out that white soil bricks  with rice husks additive without going through the combustion process could reach a compressive strength of 100.9 kg/cm² at a ratio of 1 cement: 7 white soil: 1 rice husk. Without being burned to ashes, rice husks can strengthen white soil bricks. In a previous study, bricks without husk additive with a ratio of 1 cement: 7 white soil with a brick size of 24 x 11 x 6 only reached 51.9 kg/cm² (Bebhe et al., 2020). Meanwhile, in another experiment, white soil brick added with rice husk ash with a size of 23 x 11 x 5 cm could reach 114.3 kg/cm² (Bebhe & Daton, 2021). This proves that rice husks as additive material can increase the compressive strength of white soil bricks .The results of this experiment about compressive strength could exceed the compressive strength of grades 1 and 2 based on SNI 03-0349-1989. For loaded and unprotected wall construction, loaded and protected wall construction, and unencumbered and protected wall construction based on SNI 03-6881.1-2002.   Keywords: white soil brick,  rice husk, compressive strength, wall construction.
Matematika dalam Arsitektur: Konsep Himpunan dan Perbandingan dalam Konstruksi Lopo di Benteng None Meryani Lakapu; Apridus Kefas Lapenangga; Margarita Laos; Kornelis Bria
Musamus Journal of Mathematics Education Vol 3 No 1 (2020): Musamus Journal of Mathematics Education
Publisher : Musamus University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mjme.v3i1.3191

Abstract

Lopo merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat dawan untuk menerima tamu, tempat berdiskusi dan tempat menenun. Konstruksi lopo tanpa dinding dan atap yang tidak sampai ke tanah. Dari penelitian ini elemen-elemen konstruksi lopo dieksplorasi untuk mengetahui konsep himpunan dan perbandingan yang terdapat di dalamnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan konsep-konsep himpunan dan perbandingan dari model-model lingkaran yang terdapat pada atap bagian luar, model-model lingkaran yang terdapat pada atap bagian dalam dan model segiempat yang terdapat pada atap lopo. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan mereduksi data atau penyederhanaan data hasil observasi dan wawancara dan menghasilkan gambar penampang lopo beserta ukuran-ukurannya, kemudian peneliti mengkaji data yang ada untuk menemukan konsep-konsep matematika yang terdapat dalam konstruksi atap lopo dan akhirnya melakukan penarikan. Dari penelitian ini ditemukan beberapa konsep geometri yang dapat dijadikan media dalam mempelajari himpunan dan perbandingan serta konsep-konsep ini dapat digunakan sebagai media untuk memperkenalkan hubungan matematika dalam budaya.
Hubungan material dan bentuk ume kbubu (rumah masyarakat Fatumnasi) Benediktus Boli; Apridus Kefas Lapenangga; Donatus Arakian
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 4 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v4i2.466

Abstract

Bentuk sebuah arsitektur tradisional merupakan ekspresi dari budaya yang berpadu dengan kearifan lokal masyarakat di suatu tempat serta dipengaruhi oleh ketersediaan material alam yang ada disekitarnya. Bagi masyarakat Fatumnasi, umek bubu merupakan rumah tempat berteduh, menyimpan bahan makanan, dan tempat memulai kehidupan (bersalin dan merawat wanita pasca melahirkan). Bangunan ini dibangun dengan material alam sekitar yang memiliki karakter fleksibel, kuat, ringan namun tetap mudah dibentuk menjadi dinamis dan dapat merespon perubahan iklim yang terjadi. Motede yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk mendiskripsikan secara kualitatif hubungan antara material dan bentuk. Jenis material dan karakteristiknya dijelaskan secara detail sesuai fungsinya dalam membentuk elemen konstuksi pada bangunan tersebut. Objek yang dikaji adalah ume kbubu milik narasumber yangditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui pengamatan langsung, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa material yang digunakan untuk konstruksi ume kbubu memiliki keterkaitan dengan bentuknya yang kerucut. Karakter  material yang  fleksibel, kuat, ringan dan  mudah dibentuk  menghasilkan bentukume kbubu yang dinamis danrespon terhadap kondisi iklim yang ada
EKSPLORASI KONSEP BERKELANJUTAN PADA ARSITEKTUR UMA FAFOE DI KABUPATEN MALAKA, NTT Regina C. C. Maliatie; Agustino Monemnasi; Apridus Kefas Lapenangga
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v12i1.005

Abstract

Zaman modern dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi eksistensi arsitektur tradisional karena terbatasnya material alami akibat pembukaan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan ini juga dirasakan oleh masyarakat di kampung Umakota, kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur yang masih memiliki rumah tradisional tetapi mulai dianggap ketinggalan zaman. Salah satu rumah tradisional di kampung Umakota adalah uma fafoe yang merupakan salah satu dari 6 rumah adat yang berperan sebagai tempat dilaksanakannya ritual adat. Uma fafoe yang telah beradaptasi dengan lingkungan selama ini dapat menjadi referensi berkelanjutan bagi bangunan baru yang akan dibangun di lingkungan yang sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model  deskripsi eksploratif untuk menggali informasi secara mendalam tentang arsitektur uma fafoe. objek ditentukan dengan purposive sampling yang merujuk langsung pada rumah kepala suku di kampung Umakota ini untuk diobservasi, didukung dengan wawancara kepala suku sebagai narasumber yang dilengkapi dengan studi literatur. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi konsep keberlanjutan  dari keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial pada uma fafoe. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uma fafoe sangat adaptif dengan lingkungan dan bila ditinjau dari 3 prinsip dasar arsitektur berkelanjutan maka uma fafoe juga memenuhi ketiga aspek keberlanjutan yang disyaratkan yakni keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan sosial. Modern times with technological advances and population growth affect the existence of traditional architecture because of the limited natural materials due to the opening of new land to meet the needs of the community. This development is also felt by the people in Umakota village, Malacca district, East Nusa Tenggara who still have traditional houses but are starting to be considered outdated. One of the traditional houses in Umakota village is uma fafoe which is one of 6 traditional houses that act as a place for carrying out traditional rituals. Uma fafoe which has adapted to the environment so far can be a sustainable reference for new buildings to be built in the same environment. The method used in this study is a qualitative method with an exploratory description model to explore in-depth information about the uma fafoe architecture. The object is determined by purposive sampling which refers directly to the house of the chief of the tribe in Umakota village for observation, supported by interviews with the chief of the tribe as a resource person who is equipped with a literature study. The purpose of this study is to explore the concept of sustainability from environmental, economic and social sustainability in uma fafoe. The results of this study indicate that uma fafoe is very adaptive to the environment and when viewed from the 3 basic principles of sustainable architecture, uma fafoe also fulfills the three required sustainability aspects, namely environmental, economic and social sustainability.
EVALUASI KENYAMANAN KOS-KOSAN SEHAT DAERAH DUSUN 1, DESA PENFUI TIMUR, KABUPATEN KUPANG Stella Malelak; Yanuarius Kaspar Tupeng; Martin Lukas Nuak; Didakus Pati Kelen; Karbinianus Triatnomaji Mei; Petrus Jemparu; Apridus Kefas Lapenangga
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2023.v12i3.002

Abstract

Kos-kosan merupakan hunian sewa paling ekonomis bagi mahasiswa yang memilih tinggal di sekitar kampus. Daerah Dusun 1 Penfui Timur, kabupaten Kupang memiliki 498 kos-kosan, menjadi dusun yang padat dengan bangunan kos-kosan namun tidak semua bangunan sudah memenuhi tingkat kenyamanan ruang yang baik bagi penghuni. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi eksisting kos-kosan yang di daerah ini yang kemudian menjadi acuan untuk merumuskan rekomendasi desain kos yang nyaman bagi penghuni. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menghimpun data eksisting kos-kosan, dideskripsikan dan dievaluasi dengan membandingkan standar kenyamanan yang disyaratkan. Sampel penelitian yang ditentukan adalah 80 kos (16% dari 498 jumlah kos). Hasil dari penelitian ini menunjukan evaluasi kenyamanan kondisi eksisting kos-kosan, kemudian diusulkan rekomendasi bentuk dan penataan ruang kos yang nyaman bagi penghuni.
PENGAJARAN BACA TULIS HITUNG PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN OENESU KABUPATEN KUPANG Apridus Kefas Lapenangga; Yuliana Nona; Tessa Neves; Aprianus Haru; Norberius Kehi
Jurnal Abadimas Adi Buana Vol 7 No 01 (2023): Jurnal Abadimas Adi Buana
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/abadimas.v7.i01.a6833

Abstract

Pendidikan yang layak merupakan hak semua anak bangsa, sehingga perlu didukung sarana prasarana yang baik serta kesiapan guru yang cakap dalam mengajar, namun pada kenyataannya masih banyak anak-anak usia sekolah dasar yang rendah kemampuan baca, tulis dan hitung. Pelajar di Sekolah Dasar Negeri Nait, Kabupaten Kupang juga memiliki sejumlah anak-anak yang belum bisa baca, tulis dan hitung sekalipun sudah berusia kelas besar. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di SDN Nait selama ini untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis dan berhitung. Metode yang digunakan pada pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah pengajaran intens, pendampingan belajar anak dan lomba untuk mengukur kemampuan anak setelah menerima pengejaran dan pendampingan selama satu bulan. Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian ini antara lain: persiapan perangkat mengajar (soal-soal latihan, rancangan pelajaran), sosialisasi kegiatan PKM, kegiatan pembelajaran, lomba dan evaluasi. Kesimpulan dari kegiatan ini menunjukan perubahan yang sangat signifikan bagi kemampuan anak dalam membaca, menulis dan berhitung. Anak-anak yang sebelumnya berkemampuan rendah bisa menunjukan peningkatan kemampuan dan secara keseluruhan anak-anak juga belajar berkompetisi untuk menunjukan prestasi maupun semangat untuk belajar. Dari kegiatan ini, beberapa hal yang perlu diperbaiki: perlu adanya alat evaluasi yang diterapkan pada setiap pertemuan dan waktu belajar mengajar dapat diperpanjang