Dinda Satya Upaja Budi
Institut Seni Budaya Indonesi (ISBI) Bandung

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Modifikasi Angklung Sunda Dinda Satya Upaja Budi
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts) Vol 18, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.646 KB) | DOI: 10.24821/resital.v18i1.2445

Abstract

Artikel ini menguraikan hasil modifikasi terhadap angklung yang telah dilakukan oleh para seniman Sunda. Metode lintas disiplin dengan pendekatan organologis digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh dengan pengamatan terhadap proses modifikasi yang telah dilakukan pada angklung. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya modifikasi yang dilakukan terhadap angklung merupakan langkah pengembangan yang meliputi tangga nada, teknik permainan, bahan, bentuk, serta ornamen atau aksesoris. Modifikasi ini merupakan upaya termutakhir yang telah berhasil dilakukan oleh para seniman Sunda sampai saat ini.
Tiwika: Kolaborasi Musik Kaleran dalam Aransemen Kacapi Maryana Darsim Sutisna; Lili Suparli; Dinda Satya Upaja Budi
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 5, No 2 (2020): Kolaborasi Seni Desain, Film, dan Media Digital
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v5i2.1422

Abstract

"Tiwika" is a form of musical composition taken from a variety of Karawang typical arts. The arts meant are banjet mask, kacapian, and bajidoran. The process of working on the musical composition is using Kacapi waditra as a medium of expression packaged into a single unit work on a musical composition in the form of a kacapi arrangement, entitled Tiwika (Tina Wirahma Kaleran). The theoretical basis used is the theory of Atik Soepandi's Karawitan Function: Panca Pramaksara namely arkuh songs, anceran wiletan, amardawa songs, anggeran wiletan, and adumanis songs. In addition, it also adopts Rahayu Supanggah’s Garap theory. The basic concept of this work is a manifestation of traditional art which have existed into different forms with after the creativity. Tiwika's work aims to create and raises a new genre of Waditra Kacapi, especially in Karawang Regency. A waditra Kacapi in this composition can be said to be multifunctional because it can function as carrier of rhythmic, melodic, tempo, and dynamics. Although this work is based on the existing Kacapi instruments, the results show musical characteristics which are different from those in the previous arts.Keywords: Kacapi, Collaboration, Arts in Karawang
Kreatifitas Pengrajin Dalam Pengembangan Kerajinan Bambu Desa Selaawi Kecamatan Garut Sandi Rediansyah; Wanda Listiani; Dinda Satya Upaja Budi
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 7, No 2 (2022): Keragaman Seni Tradisional & Media Baru
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v7i2.2257

Abstract

Bamboo crafts in Garut area, more precisely in Selaawi District, are a picture of empowering surrounding natural products to become something playing a very important role for Selaawi community. In addition to being used for personal needs, bamboo is also a source of livelihood for the surrounding community. The bamboo craft which becomes the pride of Selaawi people is a large bird cage. Some of the things becoming a problem in this study are how big the influence on the development of the shape and variety of lampshade decorations, both from the outside community and from the people of Selaawi Region itself. This study uses qualitative methods with interviews. The data analysis is conducted inductively from important themes to common themes. The expected contribution of this study is to encourage the creativity of the craftsmen to create a new and diverse form of crafts. Moreover, it is significant to introduce bamboo handicrafts to the wider community as a characteristic or identity originating from Selaawi District Region.Keywords: Selaawi, Bamboo Crafts, Decorative Lamp Covers, Creativity ABSTRAKKerajinan bambu di daerah Garut, lebih tepatnya di Kecamatan Selaawi merupakan gambaran pemberdayaan hasil alam yang ada di sekitar menjadi sesuatu yang sangat berperan penting untuk masyarakat Selaawi. Bambu selain dimanfaatkan untuk keperluan pribadi juga menjadi salah satu mata pencaharian bagi masyarakat sekitar. Kerajinan bambu yang menjadi suatu kebanggaan masyarakat Selaawi ialah sangkar burung yang berukuran besar. Beberapa hal yang menjadi masalah pada kajian ini adalah seberapa besar pengaruh terhadap pengembangan bentuk dan ragam hiasan tutup lampu, baik dari masyarakat luar maupun dari masyarakat Daerah Selaawi itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara. Kemudian analisis data secara induktif dari tema-tema yang penting ke tema yang biasa, serta mengartikan makna dari data. Hasil yang diharapkan pada kajian ini ialah kreativitas para pengrajin ini menjadi modal utama dalam menciptakan suatu kerajinan bentuk baru dan beragam sekaligus memperkenalkan kerajinan bambu ke masyarakat luas sebagai ciri khas atau identitas yang berasal dari Daerah Kecamatan Selaawi.
Intensitas Pacaduan dalam Pola Hidup Masyarakat Kampung Sarkanjut Hadianto Hadianto; Retno Dwimarwati; Dinda Satya Upaja Budi
PANTUN: Jurnal Ilmiah Seni Budaya Vol 7, No 2 (2022): Keragaman Seni Tradisional & Media Baru
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v7i2.2254

Abstract

The patern of community life is the result of ancestral ideas for the future life of the community. This lifestyle is agreed upon by certain communities as a way of life and is passed on to the next generation. The patern of life in the Sundanese people is passed down from karuhun or ancestors to their descendants through oral tradition. This is intended to facilitate the process of inheritance. One of the oral traditions found in the lifestyle of the people of Sarkanjut village is pacaduan. Pacaduan or prohibition in the life of Sarkanjut people consists of cadu beunghar and cadu nyinghareup kaler. Those two pacaduan or prohibition have a deep message to convey. The method used in this study was qualitative by using the intensity approach of representation theory. This approach is aimed to reveal the reasons why cadu beunghar and cadu nyinghareup kaler exist in Sarkanjut community. This research tries to understand the conventions or rules mentioned in the races so that they can be understood and be implemented by the people of Sarkanjut todays.Keywords: Patern of life, oral tradition, competition, intensity, representation  ABSTRAKPola hidup masyarakat merupakan hasil pemikiran leluhur untuk kehidupan masyarakat yang akan datang, pola hidup ini disepakati oleh masyarakat tertentu sebagai pegangan hidup dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Pola hidup pada masyarakat Sunda diwariskan dari karuhun atau leluhur kepada keturunannya melalui tradisi lisan, hal ini dimaksudkan untuk dapat mempermudah proses pewarisannya. Tradisi lisan yang ditemukan dalam pola hidup masyarakat kampung Sarkanjut salah satunya adalah pacaduan, pacaduan atau larangan dalam kehidupan masyarakat Sarkanjut terdiri dari cadu beunghar dan cadu nyinghareup kaler, dari kedua pacaduan tersebut tentunya memiliki pesan mendalam yang ingin disampaikan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan intesitas dari teori representasi, pendekatan ini dimaksudkan agar dapat diketahui dapat ditemukan alasan-alasan mengapa hadirnya cadu beunghar dan cadu nyinghareup kaler pada masyarakat Sarkanjut. Penelitian ini diharapkan dapat memahami konvensi atau aturan yang sebutkan dalam pacaduan hingga dapat dipahami secara logis dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Sarkanjut saat ini.
Angklung Dogdog Lojor pada Upacara Seren Taun Upaja Budi, Dinda Satya; Soedarsono, R. M.; Haryono, Timbul; Narawati, Tati
Resital: Jurnal Seni Pertunjukan Vol 15, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v15i2.848

Abstract

Tujuan penelitian ini menjelaskan pertunjukan Angklung Dogdog Lojor dalam siklus upacara Seren Taun pada masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, Kasatuan Adat Banten Kidul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui pengamatan di lapangan dan wawancara mendalam. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa pertunjukan Angklung Dogdog Lojor dalam upacara Seren Taun bukan semata-mata hanya sebagai seni pertunjukan dalam paradigma Barat atau kelengkapan ritual, akan tetapi merupakan salah satu media do’a dalam upacara ritual ngadiukeun pare sebagai upacara pokok dalam rangkaian upacara Seren Taun. Pertunjukan Angklung Dogdog Lojor merupakan ekspresi budaya masyarakat Kasepuhan Ciptagelar. Bagi para pemainnya, Ngangklung merupakan tugas pokok atau kewajiban sebagai anggota masyarakat adat. Angklung Dogdog Lojor Performance in Seren Taun Ritual Ceremony. This paper describes Angklung Dogdog Lojor performance in Seren Taun ritual ceremony on Kasepuhan Ciptagelar community. The method used in this paper is a qualitative method that is based on the data in the form of text, the analysis in the form of interpretation, and the prototype in the form of in-depth interviews. The conclusion is that Angklung Dogdog Lojor in Seren Taun ritual ceremony is not solely as an art performance in the Western paradigm or completeness of any rituals. Angklung Dogdog Lojor is one of the ‘prayer’ media of various ‘prayer’ media in Seren Taun rituals, especially in ritual of ‘ngadiukeun pare’ as the main ritual in a series of Seren Taun ceremonies. Angklung Dogdog Lojor performance is an expression of culture Kasepuhan Ciptagelar Communities. Ngangklung, for the players, is a kind of the main duty or obligation to their community as indigenous people.
Proses Regenerasi Angklung di Saung Angklung Udjo Daryana, Hinhin Agung; Upaja Budi, Dinda Satya
PANGGUNG Vol 34 No 4 (2024): Dekonstruksi dan Rekonstruksi Identitas Budaya
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i4.3577

Abstract

Faktor-faktor kunci meningkatnya status angklung di Jawa Barat adalah tertatanya pengelolaan sumber daya dan model pewarisan efektif yang dilakukan oleh Udjo Ngalagena. Perwujudan pewarisan tersebut dibuktikan dengan didirikannya sebuah perusahaan yang bernama Saung Angklung Udjo yang pada perkembangannya menjadi tonggak penting kemajuan seni angklung di Indonesia. Dengan sistem pemasaran yang baik Saung Angklung Udjo mewujud menjadi perusahaan yang mampu melakukan penetrasi, inovasi alat, pertunjukan, kemitraan, dan sarana yang lebih layak bagi pengunjung dan penampil pertunjukan. Studi ini menelusuri model pewarisan seni angklung yang dilakukan oleh Udjo Ngalagena. Secara khusus, kajian ini berpusat pada analisis model pewarisan, peran penting ahli waris, dan efektivitas transmisi pengetahuan dalam menjaga warisan budaya takbenda Indonesia, melalui perspektif transmisi budaya Cavalli-Sforza. Analisis penelitian ini mengungkap bahwa pewarisan yang dilakukan Udjo meliputi pengetahuan musikal dan nonmusikal, yang difasilitasi dengan penerapan model pewarisan vertikal, horizontal, dan miring. Studi ini berkontribusi pada pemahaman praktik pelestarian budaya dan regenerasi seni tradisional, dengan menekankan pentingnya pewarisan terstruktur dan pengelolaan sumber daya yang efektif dalam mempertahankan warisan budaya.
Fungsi, Instrumentasi dan Pertunjukan Kesenian Bangkong Réang di Desa Lebak Muncang Mulya, Satria; Suparli, Lili; Upaja Budi, Dinda Satya
Awilaras Vol 8 No 1 (2021): FUNGSI, INSTRUMENTASI, DAN PERTUNJUKAN
Publisher : LPPM ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jal.v8i1.2611

Abstract

Abstrak Bangkong Réang merupakan salah satu kesenian tradisional dan termasuk seni musik bambu di Jawa Barat. Kesenian ini berkembang di beberapa daerah di Jawa Barat salah satunya adalah di Desa Lebak Muncang, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung. Kesenian Bangkong Réang merupan kesenian sederhana namun syarat akan makna. Kajian penelitian ini difokuskan pada fungsi, instrumentasi, serta pertunjukan dari kesenian Bangkong Réang di Desa Lebak Muncang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesenian Bangkong Réang dapat berkembang di masyarakat, serta instrumen apa saja yang dipakai dalam kesenian Bangkong Réang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, studi pustaka dan wawancara kepada pelaku seni Bangkong Réang di Desa Lebak Muncang. Kesenian Bangkong Réang pada awalnya berasal dari permainan tradisional anakanak di Desa Lebak Muncang. Pada akhirnya kebiasaan anak-anak tersebut berkembang menjadi kesenian tradisional “kalangenan” sebagai hiburan pelepas lelah. Sumber bunyi dalam kesenian Bangkon Réang ini dihasilkan melalui instrumen yaitu berupa alat musik bambu, yang pada umumnya dibunyikan dengan cara memukulkan instrumen tersebut pada telapak tangan pemain. Maka,selain sebagaisarana hiburan, kesenian ini juga berfungsisebagaisarana ritual. Kata Kunci: Bangkong Réang, fungsi, instrumentasi, pertunjukan
Kreativitas Asep Nurbudi Dalam Seni Toleat Kabupaten Subang Pangestu, Deara Jembar; Suparli, Lili; Upaja Budi, Dinda Satya
Awilaras Vol 9 No 1 (2022): INOVASI BUDAYA LOKAL
Publisher : LPPM ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/jal.v9i1.2619

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada proses kreatif Asep Nurbudi dalam mengeksplorasi seni toleat Kabupaten Subang. Kreativitas Asep Nurbudi dianalisis menggunakan teori kreativitas eksploratori Marget Boden, kreativitas eksploratori adalah suatu kebaruan yang tidak hanya dirasakan oleh penggagasnya saja, tetapi dapat dirasakan oleh semua orang. Aturan dari konvensi yang sudah ada sebelumnya digunakan untuk menghasilkan ide baru. Kreativitas Asep Nurbudi dalam seni toleat merupakan bentuk revitalisasi seni dengan mengangkat atau mengembangkan hal-hal yang dipandang vital sehingga memberikan warna baru dari seni toleat sebelumnya. Kata Kunci: Kreativitas, Asep Nurbudi, Seni Toleat.