YUNIANTA YUNIANTA
Unknown Affiliation

Published : 41 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) METODE ULTRASONIK (KAJIAN JENIS PELARUT DAN UMUR DAUN) Zita Puti Karina; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No. 4 (2016)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

abstrak
EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS BETASIANIN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) (KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN SUHU EKSTRAKSI) Indah Ayu Adina; Yunianta Yunianta; Nur Ida Panca Nugrahini
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No. 4 (2016)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

abstrak
PENGARUH FORMULASI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK EFFERVESCENT JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava var. pomifera) Triana Rebecca Tampubolon; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam proses pengolahan effervescent, maka diperlukan jumlah agent sparkling yang tepat pada pembuatan serbuk effervescent jambu biji merah. Metode penelitian yang digunakan adalah RAK yang terdiri atas 9 formula. Modifikasi dilakukan terhadap jumlah agent sparkling (asam sitrat dan natrium bikarbonat) dan jumlah zat pengisi (sukrosa). Hasil yang didapatkan dari penelitian yakni faktor fomula berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap pH, kadar air, total asam, vitamin C, waktu larut, total padatan terlarut, dan kelarutan. Formulasi tidak berpengaruh nyata (α=0,05) pada derajat kecerahan (L*), derajat kemerahan (a*), derajat kekuningan (b*). Perlakuan terbaik didapatkan pada effervescent F7 (jumlah asam sitrat sebesar 1 g, natrium bikarbonat sebesar 0,5 g, dan sukrosa sebesar 2,25 g) yang memiliki waktu larut 0,04 g/s, total padatan terlarut 5,27 %oBrix, derajat kecerahan (L*) 73,17, derajat kemerahan (a*) 10,53, derajat kekuningan (b*) 15,60, tingkat kelarutan 70,04%, kadar pH 4,40, kadar air 5,84%, total asam 10,65%, dan vitamin C 114,65 mg/100g. Kata Kunci: Formulasi, Jambu Biji, Serbuk Effervescent.
PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN SUHU BEKU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA IKAN PATIN (Pangasius hypoptalmus) Rulyta Aprita Sari; Yunianta Yunianta; Harsojo Harsojo
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 4 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan patin (Pangasius hypoptalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar. Ikan patin berpotensi besar sebagai komoditas ekspor dikarenakan memiliki daging yang berwarna putih yang sangat disukai konsumen. Saat ini teknik iradiasi dikembangkan pada produk pangan karena proses iradiasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Metode penyimpanan suhu beku dengan teknik iradiasi dapat menjadi kombinasi yang baik, terutama untuk jenis bahan pangan dengan pengolahan minim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis iradiasi tertentu dan lama penyimpanan pada suhu beku terhadap jumlah mikroorganisme ikan patin (Pangasius hpoptalmus). Penelitian ini dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta Selatan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kuantitaf dengan 2 faktor. Faktor I yaitu dosis iradiasi gamma (0; 2.0; 4.0 kGy) pada laju dosis 1 kGy/jam, dan faktor II yaitu lama penyimpanan suhu beku (0, 7, 14 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi dosis iradiasi dan penyimpanan pada suhu beku dapat mereduksi jumlah cemaran mikroorganisme hingga ambang batas SNI, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air dan pH pada ikan patin segar. Kata kunci: Ikan Patin, Iradiasi, Pembekuan 
MODIFIKASI PATI GARUT (Marantha arundinacea) METODE GANDA (IKATAN SILANG – SUBSTITUSI) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGENTAL PADA PEMBUATAN SAUS CABAI Husnul Latifah; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 5 No. 4 (2017)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Umbi garut memiliki potensi besar tetapi masih perlu dilakukan modifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pati garut modifikasi ganda ikatan silang - substitusi yang dapat memperbaiki kelemahan pati alami sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengental saus. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu konsentrasi MSP (0.5, 1, 1.5 %) (b/v) dan konsentrasi asam asetat (1, 2, 3 %) (v/v). Kombinasi 2 faktor akan diperoleh 9 perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Data kemudian dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT atau DMRT dengan selang kepercayaan 95%. Perlakuan terbaik terdapat pada saus cabai yang ditambahkan pati garut modifikasi dengan konsentrasi MSP sebesar 0.5% dan asam asetat sebesar 1% dengan nilai kejernihan (transmitansi) sebesar 52.97, daya serap air sebesar 1.24 (g/g), indeks kelarutan 0.035 (g/ml), dan konsistensi gel 14.73 (mm). Sedangkan saus cabai sendiri memiliki tingkat kecerahan sebesar 41.33, tingkat kemerahan sebesar 30.9, tingkat kekuningan sebesar 27.53 dan viskositas sebesar 9.950 cp. Kata kunci: asam asetat, monosodium fosfat, pati garut modifikasi
PENGARUH PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK SUSU KEDELAI (KAJIAN JENIS KEDELAI DAN KONSENTRASI ENZIM PAPAIN) Mar'atus Soleha; Jaya Mahar Maligan; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 3 (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2018.006.03.3

Abstract

Susu kedelai sering digunakan sebagai alternatif pengganti susu sapi, karena memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah dengan susu sapi serta harganya lebih terjangkau. Kedelai memiliki kandungan antigizi yang dapat mengganggu tercernanya protein di dalam tubuh. Penambahan enzim papain diharapkan mampu menghidrolisis protein dalam kedelai menjadi asam amino sederhana sehingga mudah dicerna oleh tubuh. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan Nested Design dengan 2 faktor. Faktor I jenis kedelai (kedelai sayur, kedelai hitam, kedelai kuning), faktor II konsentrasi enzim papain (100 ppm, 200 ppm, 300 ppm). Berdasarkan karakteristik kimia dan fisik, susu kedelai terbaik adalah perlakuan jenis susu kedelai hitam dengan konsentrasi enzim papain 300 ppm (K2P3). Nilai protein terlarut 0,34%, N Amino 0,02%, pH 6,6; viskositas 5,00; kecerahan (L) 77,1; kehijauan (a) -3.4 dan kekuningan (b) 14.3. Sedangkan perlakuan terbaik berdasarkan karakteristik organoleptik diperoleh pada perlakuan jenis kedelai kuning dengan konsentrasi enzim papain 200 ppm Kata Kunci : Enzim papain, Hidrolisis enzimatis, Kedelai, Susu kedelai
STUDI PEMBUATAN FRUIT LEATHER PISANG KEPOK MERAH (KAJIAN KONSENTRASI KARAGENAN DAN SUKROSA) Devia Fajar Haqsari Faradina; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 4 (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2018.006.04.6

Abstract

Fruit Leather adalah jenis olahan makanan berbasis convectionary terbuat dari buah buahan, berbentuk lembaran tipis dan rasanya khas tergantung dari jenis buah yang digunakan. Pisang merupakan komoditas unggulan di Indonesia namun buah pisang mudah mengalami kerusakan fisik, kimia dan mkrobiologi karenanya pisang memiliki masa simpan yang pendek.sebab itu perlu diversifikasi produk menjadi fruit leather. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua factor. Faktor pertama yaitu konsentrasi sukrosa 20%; 30%; 40% dan faktor kedua yaitu konsentrasi karagenan 0.5%, 1%, 1.5%. Hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan uji BNT/DMRT 5%. Perlakuan terbaik dihasilkan dari kombinasi perlakuan karagenan 1.5% dan sukrosa 20% dengan kadar air sebesar 11.08%, total asam 0.85%, total gula 28.74%, serat kasar 1.80%, pH 4.50%, nilai kecerahan 63.40, nilai kemerahan 3.73, nilai kekuningan 22.90, nilai kesukaan parameter warna 2.68, nilai kesukaan parameter rasa 2.88, nilai kesukaan parameter aroma 3.03, nilai kesukaan parameter tekstur 2.95 dan nilai kesukaan keseluruhan karakteristik 2.93. Kata kunci: Fruit Leather, Karagenan, Pisang Kepok Merah, Sukrosa
KAJIAN ANALISIS SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KADAR ALKOHOL KEFIR SUSU SAPI Azizah Edy Setiawati; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 6 No. 4 (2018)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2018.006.04.9

Abstract

Kefir adalah susu fermentasi dengan aroma yeasty. Kefir diproses melalui susu pasteurisasi menggunakan starter biji kefir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar alkohol kefir susu sapi. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor dan tiga level. Faktor yang digunakan adalah lama penyimpanan selama 7, 14 , dan 21 hari serta suhu penyimpanan pembekuan(-10°C), pendinginan (15°C), dan suhu ruang (20°C). Analisis menggunakan ANNOVA, uji lanjut DMRT 95%, Zeleny. Hasil menunjukkan bahwa adanya interaksi antara lama penyimpanan dengan suhu penyimpanan yang nyata (α = 0.05). Hasil perlakuan terbaik adalah penyimpanan suhu (-10°C) hari ke 7 dengan karakteristik pH sebesar 4.47 , TPT sebesar 10.00 %Brix, total gula sebesar 3.07%, total asam sebesar 0.26%, kadar alkohol sebesar 0.04%, total bakteri asam laktat sebesar 5.91 Log CFU/ml dan total khamir sebesar 6.56 Log CFU/ml  Kata kunci: Alkohol, Kefir, Lama Penyimpanan, Suhu Penyimpanan
PENGARUH PERBEDAAN FORMULASI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK PADA MUFFIN NON TERIGU Astien Iftahul Fauziyah; Yunianta Yunianta
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 7 No. 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2019.007.02.1

Abstract

Muffin adalah produk bakery yang tidak dapat dikonsumsi oleh semua orang karena adanya gluten dalam tepung terigu. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan formulasi non terigu seperti memanfaatkan tepung mocaf dan tepung ampas tahu serta kuning telur dan putih telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung mocaf, tepung ampas tahu, kuning telur dan putih telur pada pembuatan muffin non terigu. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan 9 formulasi (F) dan diulang 3 kali. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Perlakuan terbaik diperoleh pada muffin dengan formulasi tepung mocaf 85 g, tepung ampas tahu 15 g, kuning telur 100 g dan putih telur 50 g dengan hasil (L*) crust dan crumb sebesar 43.03 ± 1.29 dan 61.80 ± 0.30, (a*) crust dan crumb sebesar 12.33 ± 1.9 dan 1.60 ± 0.17, (b*) crust dan crumb sebesar 10.50 ± 0.53 dan 31.93 ± 2.37, tekstur 9.40 ± 0.95, porositas (mm2) 5.94 ± 0.04, volume pengembangan (%) 79.14 ± 4.21, kadar air (%) 19.01 ± 1.36, kadar serat (%) 9.89 ± 0.59, kadar protein (%) 7.77 ± 0.68, kadar lemak (%) 27.68 ± 3.34, kadar abu (%) 2.13 ± 0.72, serta total gula (%) 1.18 ± 0.08.  
PENGARUH KADAR AIR AWAL TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR DAN KONTAMINASI AFLATOKSIN PENYIMPANAN JAGUNG Yunianta Yunianta; Khusnan Khusnan; Ali Agus; Nuryono Nuryono; Zuprizal Zuprizal
Agros Journal of Agriculture Science Vol 15, No 2 (2013): Edisi Juli
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v15i2.4430

Abstract

Agricultural products tropical countries generally sensitive to fungal growth and aflatoxin contamination. Research evaluate fungal growth and Aflatoxin B1 production on corn with different level of beginning moisture content at different storage length. Corn sample taken from farmer in Tulung Distric, divided nine sacs 60 kg respectively, sun dried to get moisture content 13, 15, and 18 percent. Each group stored six months. Sample 300 g per sac from each group taken every month,  analyzed aflatoxin B1 content, fungus spore’s and colony,  A. flavus identification and counted of moisture and starch content. Aflatoxin B1 content significantly differences, highest aflatoksin B1 content in 18 percent. Fungal spore’s growth during first month of storage and grow fast until fourth month. Highest fungal spores during storage was in 18 percent. Moisture content during storage showed significantly differences, while starch not significant. From microscophis identification A. flavus showed that 60.32 percent samples infected, especially during storage. Importance moisture contend at drying stage to control fungal growth and further AFB1 production.  Key-words: corn; moisture;  aflatoxin. INTISARIProduk pertanian negara tropis sensitif terhadap pertumbuhan jamur dan kontaminasi aflatoksin. Penelitian ini mengevaluasi pertumbuhan jamur dan produksi Aflatoksin B1 jagung dengan tingkat kadar air awal dan lama penyimpanan berbeda. Sampel jagung diambil dari petani, dibagi sembilan kantung 60 kg, dengan pengeringan matahari untuk mendapatkan kadar air 13, 15, dan 18 persen. Lama penyimpanan enam bulan. Sampel 300 g per kantung diambil setiap bulan, dianalisis kadar aflatoksin B1, spora jamur dan koloni, A. flavus identifikasi dan dihitung dari kelembaban dan kadar pati. Kadar aflatoksin B1 berbeda signifikan, kadar aflatoksin B1 tertinggi dalam 18 persen. Spora jamur tumbuh selama bulan pertama penyimpanan dan tumbuh subur sampai bulan keempat. Spora tertinggi berada di 18 persen. Total koloni tertinggi juga pada kadar air 18. Kadar air selama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang bermakna, sedangkan pati tidak signifikan. Hasil identifikasi microscophis A. flavus menunjukkan 60.32 sampel persen terinfeksi, terutama selama penyimpanan. Perlu kelembaban bersaing pada tahap pengeringan untuk mengontrol pertumbuhan jamur dan produksi AFB1 lanjut. Kata kunci: jagung, kelembaban, aflatoksin.