Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

PENINGKATAN KOMPETENSI KADER DAN MONITORING TERHADAP FAKTOR RISIKO PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) DESA KARANGGINTUNG, KECAMATAN SUMBANG, KABUPATEN BANYUMAS Gumintang Ratna Ramadhan; Dika Betaditya; Yovita Puri Subardjo; Friska Citra Agustia
Dinamika Journal : Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 4 (2019)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.dj.2019.1.4.912

Abstract

Currently there has been a change in causes from infectious diseases to non-communicable diseases (NCD). Posbindu NCD aims to increase community participation in early detection, monitoring and follow-up of NCD risk factors. To be able to achieve these objectives, a large role for cadres is needed. This activity increases the competence of posbindu cadres about the knowledge and skills of posbindu cadres in monitoring risk factors for non-communicable diseases in Karanggintung Village, Sumbang District. The method used in this activity is a participatory method that refers to activities that involve the intended audience for active activities with the aim that an increase in knowledge and special skills in post cadres. Based on the results of evaluations and evaluations that occur skill enhancement is that most cadres are correct in assessing, filling in the monitoring book and having conducted a consultation session. One of the cadres was also quite confident in conducting an assessment using the autocheck tool. Thus, the implementation training in Posbindu Sehat Mulia III Karanggintung Village, Sumbang District, Banyumas Regency, which can improve competence as seen from the cadres knowledge and skills so that it will be improved in optimizing early non-communicable risk factor monitoring.Keywords: cadres, posbindu, non-communicable disease, knowledge, skills
Formulasi Flake Mohiro dari Mocaf-Beras Hitam dengan Penambahan Kacang Koro Pedang sebagai Alternatif Sarapan Tinggi Protein dan Serat Friska Citra Agustia; Yovita Puri Subardjo; Gumintang Ratna Ramadhan; Dika Betaditya
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 8, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.999 KB) | DOI: 10.17728/jatp.3009

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan formula terbaik dan menganalisis alternatif sarapan yang tinggi protein dan serat dalam bentuk flakes dari bahan lokal yang terdiri dari mocaf, beras hitam, kacang koro pedang. Perlakuan terdiri atas proporsi mocaf:beras hitam:tapioka masing-masing sebesar 85:10:5; 75:20:5; dan 65:30:5; dan persentase penambahan tepung kacang koro pedang sebanyak 10–30%.Variabel yang dikaji adalah kadar air, kadar abu, lemak total, protein total, kadar karbohidrat, serat pangan,dan nilai energi. Sifat sensori berupa warna, tekstur, aroma kacang dan flavor juga dianalisis. Perlakuan terbaik terdapat pada proporsi mocaf:beras hitam:tapioka dengan rasio 65:30:5 dan dengan penambahan tepung kacang koro pedang sebanyak 10%. Kandungan air, kadar abu, protein total, lemak total, karbohidrat, serta serat pangan yang dihasilkan dari perlakuan terbaik ini masing-masing sebesar 9,43; 1,43; 5,21; 4,48; 79,44; dan 15,46%. Hasil uji hedonik diperoleh nilai berkisar dari 3,6 sampai 3,8. Kesimpulannya, formulasi flakes Mohiro dari mocaf-beras hitam dengan penambahan kacang koro pedang dapat ditentukan formulasinya dengan baik dan dapat digunakan sebagai alternatif sarapan tinggi protein dan serat pangan.Formula of Mohiro Flakes Made of Mocaf-Black Rice Supplementated with Jack Bean as Alternative Breakfast High Protein and Dietary FiberAbstractThis research was objected to determine the best formula and characterize flakes made of mocaf, black rice, and tapioca suplemented with jack bean flour. The treatments consisted of ratio of mocaf:black rice:tapioca i.e. 85:10:5; 75:20:5; and 65:30:5 and 10-30% of jack bean flour then was added in the dough. Water content, ash content, total fat, total protein,carbohydrate, and dietary fiber were analyzed. Color, texture aroma, and flavor were also analyzed as sensory properties. The best treatment in this study was the flakes with proportion of 65:30:5 with 10% supplementation of jack bean flour. Water, ash, protein, fat, carbohydrate, and dietary fiber content of the best treatment were 9.43; 1.43; 5.21; 4.48; 79.44; and 15.46 %, respectively. The hedonic test value resulted the value between 3.6–3.8. As conclusion, formulation of Mohiro flakes made of mocaf-black rice with jack bean supplementation could be determined and might be used as alternative source of high protein and dietary fiber breakfast.
Development of Mocaf-Wheat Noodle Product with the Addition of Catfish and Egg-White Flours as an Alternative for High-Animal-Protein Noodles Friska Citra Agustia; Yovita Puri Subardjo; Gumintang Ratna Ramadhan
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.45 KB) | DOI: 10.17728/jatp.2714

Abstract

This study aimed to determine the best formula and chemical dan sensory properties of noodles made from mocaf-wheat flour supplemented with catfish and egg-white flours. The factorial randomized trial was used in this experiment. The treatment factors consisted of the types of supplementary flour i.e. catfish flour (T1) and egg white flour (T2). These supplementary flour was applied to the mocaf and wheat flour of 70:30 as follows 5, 10, 15, and 20% (w/w) and assigned as P1, P2, P3, and P4. Chemical properties (water content, total fat, total protein, carbohydrate, and ash contents) and sensory properties were then analyzed. Hedonic test was performed to determine the consumer’s acceptance level of 15 semi-trained panelists. Result showed that the interaction between the two treatments (TxP) had no significant effect on the five chemical variables, while combination of the two treatments (TxP) only had a significant effect on the texture of mocaf-wheat noodles and had no significant effect on other variables. Noodle with the treatment of egg white flour supplementation had higher protein content compared to those of catfish flour. As more flour was supplemented, the higher protein content. As conclusion, the mocaf-wheat noodle product was able to be developed to produce high protein content of noodle.
Pendugaan Umur Simpan Tiwul Instan yang Dikemas dalam Aluminium Foil dan Polietilen dengan Metode Akselerasi Berdasarkan Pendekatan Kadar Air Kritis Friska Citra Agustia; Herastuti Sri Rukmini; Rifda Naufalin; Abdul Mukhlis Ritonga
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 10, No 1 (2021): February 2021
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17728/jatp.7046

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menentukan umur simpan tiwul instan tinggi protein yang dibuat dari tepung ubi kayu dengan perlakuan modifikasi mikrobiawi dan kimiawi yang dikemas dalam kemasan aluminium foil dan plastik polietilen yang dihitung menggunakan metode akselerasi berdasarkan pendekatan kadar air kritis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Modifikasi mikrobiawi dilakukan dengan memfermentasi ubi kayu dengan ragi tape 4% dan diinkubasi selama 6 jam, sedangkan perlakuan kimiawi adalah dengan cara merendam ubi kayu dalam larutan soda kue selama 15 menit. Tiwul instan selanjutnya dibungkus dalam kemasan aluminium foil dan kemasan plastik polietilen. Kadar air tiwul dan tekstur dianalisis selama penyimpanan. Pembuatan pola kurva isotherm sorpsi air dan penghitungan masa simpan produk juga dilakukan pada penelitian ini. Hasilnya, tiwul instan perlakuan modifikasi kimiawi pada ubi kayu mempunyai masa simpan sekitar dua kali lipat dari perlakuan modifikasi mikrobiawi, yaitu masing-masing selama 4,88 tahun dan 2,13 tahun (yang disimpan dalam polietilen) serta 8,55 dan 3,89 tahun (yang disimpan dalam aluminium foil). Kesimpulannya, pendekatan titik air kritis dapat dilakukan untuk mendeteksi masa simpan tiwul instan, baik yang dikemas dalam aluminium foil maupun kemasan polietilen yang dapat menghasilkan masa simpan tiwul instan.“High Protein Instant Tiwul” Shelf Life Packed with Aluminum Foil and Polyethylene Using Critical Moisture Content ApproachAbstractThe research aims to determine the shelf life of high protein instant tiwul made from cassava flour with chemical and microbial modification packed in aluminum foil and polyethylene plastic packaging using the acceleration method with the critical moisture content approach. Fermented cassava (at 4% concentration for 6 hours incubation) was used as microbial modification treatment while cassava immersed in baking soda solution for 15 minutes was also applied as chemical modification. Instant tiwul was then packaged using aluminum foil and polyethylene. Moisture content of instant tiwul was determined during storage while water sorption isotherm curve patterns was also generated. Instant tiwul of cassava with chemical modified treatment had twice in shelf life, longer than those of microbial modification treatment, resulting 4.88 and 2.13 years (using polyethylene package) while 8.55 and 3.89 years (using aluminum foil), respectively. As conclusion, critical moisture approach could be used in the detection of shelf life in instant tiwul with polyethylene and aluminum foil packaging.
Formulasi Tiwul Instan Tinggi Protein dari Tepung Ubi Kayu yang Disubstitusi Tepung Koro Pedang dan Susu Skim Friska Citra Agustia; Herastuti Sri Rukmini; Rifda Naufalin
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.434 KB) | DOI: 10.17728/jatp.2132

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menentukan formula dan karakter tiwul instan terbaik yang dibuat dari tepung mocaf dengan substitusi tepung koro pedang dan susu skim. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak kelompok. Faktor perlakuan terdiri dari proporsi tepung ubi kayu : tepung koro pedang : susu skim (P ; b/b) P1 = 80 : 15 : 5, P2 = 70 : 25 : 5, P3 = 60 : 35 : 5 dan modifikasi tepung ubi kayu (A) yaitu A0 = tanpa modifikasi dan A1 = modifikasi dengan ragi tape. Variabel yang dianalisis adalah sifat fisikokimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan koefisien rehidrasi) dan sifat sensori (tekstur, rasa kacang, flavor dan kesukaan) yang diujikan kepada 25 panelis semi terlatih. Data dianalisis dengan Uji F (anova) dan dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test). Perlakuan terbaik berdasarkan uji indeks efektifitas adalah P3A0 (tepung ubi kayu-tepung koro pedang-susu skim 60 : 35 : 5, tanpa modifikasi) memiliki kandungan protein 8,84 %bk; lemak 1,66 %bk; air 6,68 %bb; abu 1,89 %bk dan koefisien rehidrasi 3,44. Hasil uji hedonic adalah tekstur 2,2 (agak kenyal); rasa kacang 2,9 (agak terasa); flavor 2,6 (agak enak) dan kesukaan 2,4 (agak disukai). To determine the best formula and character of instant tiwul made by mocaf flour subtituted with jack bean flour and skimmed milk, we conducted a  factorial randomized design experiment. Treatments factors consist of proportion of cassava flour-jack bean flour-skimmed milk (P;w/w): P1 = 80 : 15 : 5, P2 = 70 : 25 : 5, P3 = 60 : 35 : 5 and type of cassava flour modification of (A): A0 = unmodified cassava flour, A1 = yeast modified cassava flour. Analyzed variables were 1) phsycochemical properties (water content, ash content, total fat, total protein, rehydration coefficient) and 2) sensory properties. Hedonic test were conducted to determine the level of consumer acceptance of 25 semi-trained panelists. Data were analyzed by F-test and Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The best treatment combination in this study was P3A0 ( cassava flour-jack bean flour-skimmed milk 60 : 35 : 5, unmodified cassava flour). Instant tiwul P3A0 has 8.84% (dry basis/db) protein content, 1.66%db fat content, 6.68%wb water content, 1.89%db ash content, and 3.44 rehydration coefficient.  The hedonic test values were texture 2.2 (somewhat chewy), bean taste 2.9 (rather noticeably), flavor 2.6 (rather good), and preference 2.4 (slightly favored).
Formulasi dan Karakterisasi Cake Berbasis Tepung Komposit Organik Kacang Merah, Kedelai, dan Jagung Santi Dwi Astuti; Nuri Andarwulan; Purwiyatno Hariyadi; Friska Citra Agustia
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.154 KB)

Abstract

Bahan pangan organik memiliki kandungan gizi dan komponen fungsional yang lebih tinggi dibanding non-organik serta tidak mengandung residu kimia dan logam berat. Kacang merah dan kedelai merupakan sumber protein nabati yang kaya serat pangan dan senyawa fungsional serta memiliki Indeks Glikemik rendah. Pati jagung berperan dalam memperbaiki sifat tekstural dan reologi produk pangan. Penelitian ini ditujukan untuk : 1) mengkaji karakteristik tepung komposit organik berbasis kacang merah, kedelai, dan jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan cake; 2) mengkaji sifat fisikokimia dan sensori cake yang dihasilkan. Rasio tepung komposit organik kacang merah : kedelai : jagung yaitu 65% : 25% : 10%. Proporsi tepung komposit organik sebagai pensubstitusi terigu yaitu 0-100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tepung komposit organik memiliki kadar protein, lemak, dan serat pangan yang lebih tinggi dibanding terigu, sedangkan kadar karbohidrat dan patinya lebih rendah. Komposisi tersebut menyebabkan kemampuannya mengikat air yang tinggi pada suhu ruang dibanding terigu; sedangkan terigu memiliki kemampuan gelatinisasi (yang dilihat dari profil pasta dan viskositas) yang lebih baik; 2) Semakin tinggi proporsi substitusi terigu pada pembuatan cake menyebabkan peningkatan kadar air, abu, protein, dan serat pangan; sedangkan kadar karbohidratnya menurun. Secara sensori, terjadi penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan; serta peningkatan pada intensitas warna. Substitusi terigu tidak berpengaruh besar pada sifat tekstural cake (kekerasan, elastisitas, dan daya kohesif); 3) Substitusi terigu dengan tepung komposit organik berbasis kacang-kacangan seperti kacang merah dan kedelai dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai gizi cake terutama protein hingga taraf 50%, dan untuk meningkatkan penerimaan konsumen, produk cake dapat dikembangkan menjadi muffin.
FORMULASI DAN KARAKTERISASI CAKE BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT ORGANIK KACANG MERAH, KEDELAI, DAN JAGUNG Santi Dwi Astuti; Nuri Andarwulan; Purwiyatno Hariyadi; Friska Citra Agustia
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.154 KB)

Abstract

Bahan pangan organik memiliki kandungan gizi dan komponen fungsional yang lebih tinggi dibanding non-organik serta tidak mengandung residu kimia dan logam berat. Kacang merah dan kedelai merupakan sumber protein nabati yang kaya serat pangan dan senyawa fungsional serta memiliki Indeks Glikemik rendah. Pati jagung berperan dalam memperbaiki sifat tekstural dan reologi produk pangan. Penelitian ini ditujukan untuk : 1) mengkaji karakteristik tepung komposit organik berbasis kacang merah, kedelai, dan jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan cake; 2) mengkaji sifat fisikokimia dan sensori cake yang dihasilkan. Rasio tepung komposit organik kacang merah : kedelai : jagung yaitu 65% : 25% : 10%. Proporsi tepung komposit organik sebagai pensubstitusi terigu yaitu 0-100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tepung komposit organik memiliki kadar protein, lemak, dan serat pangan yang lebih tinggi dibanding terigu, sedangkan kadar karbohidrat dan patinya lebih rendah. Komposisi tersebut menyebabkan kemampuannya mengikat air yang tinggi pada suhu ruang dibanding terigu; sedangkan terigu memiliki kemampuan gelatinisasi (yang dilihat dari profil pasta dan viskositas) yang lebih baik; 2) Semakin tinggi proporsi substitusi terigu pada pembuatan cake menyebabkan peningkatan kadar air, abu, protein, dan serat pangan; sedangkan kadar karbohidratnya menurun. Secara sensori, terjadi penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan; serta peningkatan pada intensitas warna. Substitusi terigu tidak berpengaruh besar pada sifat tekstural cake (kekerasan, elastisitas, dan daya kohesif); 3) Substitusi terigu dengan tepung komposit organik berbasis kacang-kacangan seperti kacang merah dan kedelai dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai gizi cake terutama protein hingga taraf 50%, dan untuk meningkatkan penerimaan konsumen, produk cake dapat dikembangkan menjadi muffin. Kata kunci : cake, tepung komposit organik, kacang merah, kedelai, jagung
PENGARUH BAHAN PENGENYAL KOMERSIAL FOOD GRADE DAN TEPUNG KORO PEDANG PRA GERMINASI TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIWUL INSTAN TINGGI PROTEIN Najmah Istikaanah; Munasib Munasib; Friska Citra Agustia
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 5 No 2 (2021): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.27 KB) | DOI: 10.20884/1.jgipas.2021.5.2.4899

Abstract

The aim of the research was to make high protein instant tiwul from mocaf which was substituted with jack bean flour and given a food grade commercial thickener to improve its sensory aspect. The study used a randomized block design. The factors studied were germination treatment on jack bean (G), without pre germination (G1) and with pre germination (G2); Proportion of mocaf: jack bean flour : tapioca (w/w) (F), P1 = 75:15:10, P2 = 70:20:10 and P3 = 65:25:10 and Addition of Commercial food grade thickening agent (w/w; % to flour weight) (K), K1 = 0.5%, K2 = 0.75% and K3 = 1.0%. The variables studied were physicochemical properties (moisture content, ash content, formol value, rehydration ability, for the best treatment, protein and fat content were tested) and sensory properties. Data were analyzed by F test (ANOVA) and continued with DMRT (Duncan Multiple Range Test). Based on the effectiveness index test, the best instant tiwul was G2P3K3 (with pre germination; proportion of mocaf-jack bean flour-tapioca w/w 65:25:10; commercial food grade thickening agent 1%). This instant tiwul has a water content of 4.39% wb; protein 7.05%db (6.74%wb), fat 6.39% db (6.11%wb), ash 0.98%db (0.93%wb) and carbohydrates (by difference) 85.54% db (81.78% wb), coefficient rehydration 3,67 and formol value 0,0383 ml NaOH 0,1N/g bk.
PENGARUH MODIFIKASI STANDAR MAKANAN NON DIET TERHADAP BIAYA MAKAN YANG TERBUANG PADA PASIEN GERIATRI KELAS III DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Mawar Mawar Lestari; Friska Citra Agustia; Dika Betaditya
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 4 No 1 (2020): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.931 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2020.4.1.2449

Abstract

THE EFFECT OF NON-DIET FOOD STANDARDS MODIFICATION ON WASTED FOOD COSTS IN CLASS III GERIATRIC PATIENTS AT RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN ABSTRACT Background: Decreasing food intake in geriatric patients due to physical and psychological conditions has an impact on the high percentage of food plate waste and wasted food costs. This study aims to determine the effect of non-diet food standards modification on the cost of food wasted on class III geriatric patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Methods: This experimental study used a post test only with control group design. The sample consisted of 34 people divided into 2 groups, the treatment group that received food standard modification and the control group that received food according to hospital standards. The food plate waste of each group was observed for 2 days using the Comstock visual estimation method. Wasted food costs were calculated by multiplying the percentage of food plate waste per menu item with food prices. The effect of non-diet food standards modification on wasted food costs was analyzed using the Mann Whitney test with a confidence degree of 95% (α = 0.05) Results: The average wasted food cost in the treatment group was Rp 2.806,34 and the control group was Rp 3.443,43. The results of the analysis of the effect of non-diet food standards modification on wasted food cost by the Mann Whitney test showed a p-value of 0.109 (> 0.05) Conclusion: There is no significant effect of non-diet food standards modification on wasted food costs in class III geriatric patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG gina sela; Indah Nuraeni; Friska Citra Agustia
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 1 No 01 (2017): Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.878 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2017.1.01.342

Abstract

ABSTRACT To examine the association between the level of food quality satisfaction with energy and macronutrient intake in adolescents at Balai Perlindungan Sosial Anak (BPSAA) Pagaden Subang. This was a cross sectional study included 45 respondents selected by simple random sampling. Respondents fill the questionare of the level of food quality satisfaction and recall 24 hours. Bivariate analysis used Rank-Spearman test. Most of respondents were satisfied with food appeareance (95.2%), food flavor (95.7%) and a food variation (93.3%). The average intake of energy and macronutrients of respondents are lower than normal value (energy = 1207.15 kcal; Protein = 42.97 g; Fat = 56.4 g; KH = 131.90 g). The results of the bivariate analysis showed no relationship between the level of food quality satisfaction with energy and macronutrient intake (p> 0.05). There was no association between level of food appearance, food flavor and food variation with energy and macronutrient intake in adolescents at BPSAA Pagaden Subang. Keywords : Food Satisfaction Level, Energy intake, Macronutrient intake, Adolescence, Ophranage ABSTRAK Penyelenggaraan makanan di panti asuhan melayani anak asuh yang masih berada dalam masa pertumbuhan. Remaja memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak karena pada masa tersebut merupakan masa dimana percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Tingkat konsumsi energi dan zat gizi salah satunya ditentukan oleh kuantitas dan kualitas hidangan. Mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan mutu hidangan sebagai salah satu output dari penyelenggaraan makanan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien pada remaja di BPSAA Pagaden Subang. Desain penelitian cross sectional. Sampel sebanyak 45 remaja yang diambil secara random sampling mengisi kuesioner tingkat kepuasan mutu hidangan dan recall 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji Rank-Spearman. Hampir seluruh responden merasa puas dengan penampilan makanan (95,2%), cita rasa makanan (95,7%) dan variasi makanan (93,3%). Rata-rata asupan energi dan makronutrien responden tergolong kurang (energi = 1207,15 Kkal; Protein = 42,97 gr; Lemak = 56,4 gr; KH = 131,90 gr). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan mutu hidangan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien (p > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepuasan penampilan makanan, cita rasa makanan dan variasi makanan dengan tingkat konsumsi energi dan makronutrien pada remaja di BPSAA Pagaden Subang. Kata Kunci : Tingkat Kepuasan Mutu Hidangan, Tingkat Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Makronutien, Remaja, Panti Asuhan