Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PARENT EDUCATION PROGRAM MENGGUNAKAN VIDEO ANIMASI DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE) BAGI ANAK DOWN SYNDROME DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI SELAMA PANDEMI COVID renie kumala dewi; Beta Widya Oktiani; Hilyatul Auliya; I Wayan Arya Krishnawan Firdaus; Ika Kusuma Wardani; Irham Taufiqurrahman
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.66 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1361

Abstract

Latar belakang. Anak dengan down syndrome adalah anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mental. Keadaan rongga mulut pada anak down syndrome adalah penyakit periodontal dan karies gigi. Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai yang merupakan wilayah lahan basah. Kandungan air lahan basah bersifat asam dan mengandung bakteri Streptococcus penyebab karies. Kebiasaan menggunakan air lahan basah dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan prevalensi karies gigi. Tindakan yang dapat dilakukan selama pandemi covid dengan memberikan edukasi video animasi interaktif Dental Helath Education (DHE) sebagai parent education program karena orangtua merupakan pusat edukasi pertama dalam mendidik anak. Tujuan. Mengetahui pengaruh parent education program menggunakan video DHE bagi anak terhadap pencegahan karies gigi selama pandemi covid. Metode. Penyuluhan menggunakan video animasi DHE bagi anak down syndrome dalam pencegahan karies gigi selama pandemi covid. kegiatan pengabdian bekerjasama dengan yayasan PIK POTADS (Persatuan Orang Tua dan Anak Down Syndrome) wilayah Kalimantan Selatan yang dihadiri oleh orang tua dengan anak down syndrome sebanyak 48 peserta yang dilaksanakan secara online, sebagai penguatan kembali mengenai penyuluhan, para orang tua diminta untuk mengisi kuesioner setelah pemberian video penyuluhan tersebut, Hasil. Didapatkan kategori baik terhadap parent education menggunakan video animasi DHE terhadap kesehatan gigi dan mulut dalam pencegahan karies gigi selama pandemic covid-19.
The Nationalism of Educators: A Case Study of the Nationalistic Insights of Teachers of MAN Cirebon Regency Noval Maliki; Hilyatul Auliya; Badawi Murai; Lukman Hakim; Karyono Karyono
Jurnal Penelitian Volume 19 Nomor 2 2022
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jupe.v19i2.6293

Abstract

In this piece, the nationality of the Madrasah Aliyah Negeri (MAN) instructors in the Cirebon district is attempted to be captured. It is believed that some people's understanding of the national outlook has been compromised by the rapid flow of information and the waning of nationalism as an ideology. Teachers have emerged as crucial circles for inquiry from many national viewpoints as educated circles and agents of knowledge and values to pupils. This study employed qualitative approaches as its methodology. The findings indicated that MAN teachers in the Cirebon district had a very high nationality insight. In contrast, a teacher revealed in an interview that he was unfamiliar with the idea of the caliphate, which had been used to criticize the democratic system.
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK Munawir Haris; Hilyatul Auliya
MASILE Vol 1 No 1 (2019): MASILE
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Ali Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.924 KB) | DOI: 10.1213/masile.v1i1.7

Abstract

Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak menerima pendidikan dan pembinaan. Meskipun sekolah mengkhususkan diri dalam kegiatan pendidikan, namun tidak dimulai dari ruang hampa. Sebab sekolah menerima anak setelah melalui berbagai pengalaman dan sikap serta pola tingkah laku dan keterampilan yang diperolehnya dari lingkungan keluarga. Penerapan pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga secara dini memiliki tingkat urgensitas yang sangat besar, mengingat peranan yang dimainkan oleh lembaga pendidikan formal tidak mampu menggantikan lembaga keluarga dalam penanaman nilai-nilai moral keagamaan terhadap anak. Begitu pula materi kurikulum pendidikan, termasuk kurikulum pendidikan agama pada lembaga pendidikan formal masih cenderung hanya berorientasi pengisian otak saja dengan sejumlah pengetahuan ketimbang penanaman nilai-nilai moral keagamaan. Fenomena tersebut menjadikan penerapan pendidikan agama dalam keluarga menempati posisi strategis, yaitu disamping menanamkan modal dasar nilai-nilai moral keagamaan bagi anak juga melengkapi kekurangan-kekurangan sistem pendidikan formal. Pemberian modal dasar pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga dapat melahirkan implikasi-implikasi sebagai berikut : a) anak memiliki pengetahuan dasar-dasar keagamaan, b) anak memiliki pengetahuan dasar akhlak, c) anak memiliki pengetahuan dasar sosial. Pengetahuan-pengetahuan dasar tersebut mempunyai arti penting dalam pencapaian tujuan utama pendidikan Islam, yaitu penanaman iman dan akhlkakul karimah.
The Nationalism of Educators: A Case Study of the Nationalistic Insights of Teachers of MAN Cirebon Regency Noval Maliki; Hilyatul Auliya; Badawi Murai; Lukman Hakim; Karyono Karyono
Jurnal Penelitian Volume 19 Nomor 2 2022
Publisher : LPPM UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.002 KB) | DOI: 10.28918/jupe.v19i2.6293

Abstract

In this piece, the nationality of the Madrasah Aliyah Negeri (MAN) instructors in the Cirebon district is attempted to be captured. It is believed that some people's understanding of the national outlook has been compromised by the rapid flow of information and the waning of nationalism as an ideology. Teachers have emerged as crucial circles for inquiry from many national viewpoints as educated circles and agents of knowledge and values to pupils. This study employed qualitative approaches as its methodology. The findings indicated that MAN teachers in the Cirebon district had a very high nationality insight. In contrast, a teacher revealed in an interview that he was unfamiliar with the idea of the caliphate, which had been used to criticize the democratic system.
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK Munawir Haris; Hilyatul Auliya
MASILE Vol 1 No 1 (2019): MASILE
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Ali Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1213/masile.v1i1.7

Abstract

Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak menerima pendidikan dan pembinaan. Meskipun sekolah mengkhususkan diri dalam kegiatan pendidikan, namun tidak dimulai dari ruang hampa. Sebab sekolah menerima anak setelah melalui berbagai pengalaman dan sikap serta pola tingkah laku dan keterampilan yang diperolehnya dari lingkungan keluarga. Penerapan pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga secara dini memiliki tingkat urgensitas yang sangat besar, mengingat peranan yang dimainkan oleh lembaga pendidikan formal tidak mampu menggantikan lembaga keluarga dalam penanaman nilai-nilai moral keagamaan terhadap anak. Begitu pula materi kurikulum pendidikan, termasuk kurikulum pendidikan agama pada lembaga pendidikan formal masih cenderung hanya berorientasi pengisian otak saja dengan sejumlah pengetahuan ketimbang penanaman nilai-nilai moral keagamaan. Fenomena tersebut menjadikan penerapan pendidikan agama dalam keluarga menempati posisi strategis, yaitu disamping menanamkan modal dasar nilai-nilai moral keagamaan bagi anak juga melengkapi kekurangan-kekurangan sistem pendidikan formal. Pemberian modal dasar pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga dapat melahirkan implikasi-implikasi sebagai berikut : a) anak memiliki pengetahuan dasar-dasar keagamaan, b) anak memiliki pengetahuan dasar akhlak, c) anak memiliki pengetahuan dasar sosial. Pengetahuan-pengetahuan dasar tersebut mempunyai arti penting dalam pencapaian tujuan utama pendidikan Islam, yaitu penanaman iman dan akhlkakul karimah.
Controversy and Voluntarism Among the Elite: An Ethnographic Study of the Sufi Community in Cibingbin, Indonesia Ayub Wahyudin; Noval Maliki; Hilyatul Auliya; Raharjo, Raharjo; Najahan Musyafak; Mohammad Fahmi bin Abdul Hamid; Muhammad Nurkhanif
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 1 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/ibda.v22i1.10064

Abstract

This article explores the intricate dynamics among Sufi elites in Cibingbin, highlighting the significant tensions within this distinctive group. The Sufi community is deeply divided, engaging in intense debates and frequent confrontations with each other. Central to these disputes are issues surrounding the Nasab dialectics, an ideology associated with the habaib that stresses the concept of voluntarism among the Sufi elite. These internal debates are most intense between the habaib faction, known as Kanzus Sholawat Cibingbin, and the local religious authorities, referred to as Kyai Kampung. As each group digs in and solidifies their doctrinal positions, the struggle for dominance in the public sphere becomes more pronounced. This phenomenon, which aligns with Habermas's theories regarding the legitimacy of power in public spaces, has unexpectedly fueled the momentum of the Laskar Walisongo movement. Despite the apparent weakening of the habaib's defensive stance, both the habaib and the Kyai Kampung have maintained considerable local influence. The ongoing power struggle highlights the complex interplay between belief, influence and control within this segment of the Sufi community. Ultimately, they have made public spaces an arena not just for collective imagery, but also the most vital part of the organisation’s sustainability or spirit.