Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH ART THERAPY (MENGGAMBAR) TERHADAP STRES PADA LANSIA Uun Kurniasih; Muslimin Ali; Endah Dwi Lestari; Nuniek Tri Wahyuni
Jurnal Kesehatan Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38165/jk.v12i1.234

Abstract

Proses menua atau menjadi tua suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan dalam melakukan fungsi serta memenuhi kebutuhan hidup. Lansia adalah suatu periode dimana organ–organ tubuh sudah mengalami atau sudah mencapai kemunduran ataupun penurunan ukuran serta fungsi yang sejalan dengan waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh art therapy (menggambar) terhadap stres pada lansia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi eksperimen dan dengan menggunakan pendekatan one group pretest and posttest design. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret sampai 01April 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Lebakwangi Kabupaten Kuningan. Teknik Sampel yang digunakan adalah total sampling sebanyak 22 responden yaitu lansia yang mengalami stres. Instrumen pada penelitian ini adalah DASS (Depression Anxiety Stress Scale). Hasil penelitian dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test memiliki nilai probabilitas p value 0,000. Dimana nilai probabilitas p value lebih kecil 0,05 (p – value ≤ 0,05).  Yang berarti ada pengaruh art therapy (menggambar) terhadap   stres   pada   lansia   di   Wilayah   Kerja Puskesmas Lebakwangi Kabupaten Kuningan Tahun 2019. Dengan 22 responden. Hasil   penelitian   ini   di   harapkan   dapat   menjadi   masukan   serta pertimbangan dan menjadikan kegiatan di setiap pertemuan posbindu dalam upaya pencegahan atau menghindari serta untuk mengalihkan stres pada lansia dengan menggunakan metode art therapy (menggambar).  Hasil penelitian ini disarankan untuk   peneliti   selanjutnya agar dapat   melakukan penelitian ulang yang berbeda seperti pengembangan instrumen yang lebih baik lagi.Kata Kunci: Lansia, Stres, Art Therapy AbstractThe process of aging or getting old is a process where the gradual disappearance of network capabilities in performing functions and fulfilling life needs. Elderly is a period in which the body’s organs have experienced or have reached a decline or a decrease in sizes and function that is in line with time. The purpose of study is knowing the effect of art therapy (drawing) on stress in the elderly. This type of research is quantitative research using a quasi-experimental design and using an approach one group pretest and posttest design.  This research was conducted on March 25, until April 1, 2019 at Wilayah Kerja Puskesmas Lebakwangi Kabupaten Kuningan. Samples taken using a total sampling of 22 respondents namely elderly who experience stress. The research instrument used was DASS (Depression Anxiety Stress Scale). The results of the research were obtained using Wilcoxon Signed Rank Test obtained a probability value p value 0,000. Where the probability value of p value is smaller 0,05 (p – value ≤ 0,05). Which mean there is an effect of art therapy (drawing) on   stress in the elderly at Wilayah Kerja Puskesmas Lebakwangi Kabupaten Kuningan Tahun 2019. With 22 respondents. The results of the research are expected to be input and consideration and make the activities at each posbindu meeting in an effort to prevent or avoid and to divert stress to the elderly using the art therapy (drawing) method. The results if research is recommended for future researchers, it is recommended to conduct different research such as developing a better instrument. Keywords: Elderly, Stress, Art therapy
HUBUNGAN FAKTOR PEKERJAAN TERHADAP KEJADIAN KATARAK NUKLEARIS Uun Kurniasih; Lien Herlina; Siti Ni'mawati
Jurnal Kesehatan Vol 5, No 1 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38165/jk.v5i1.167

Abstract

Pekerjaan  dengan paparan sinar matahari merupakan faktor risiko terjadinya katarak. Paparan sinar matahari yang lama cenderung menderita katarak khususnya nuklearis.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan faktor pekerjaan terhadap kejadian katarak nuklearis.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional study.Jumlah sampel sebanyak 52 orang penentuan sampelnya dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti, dengan cara observasi dan wawancara dan dianalisa secara statistika menggunakan uji Chi Square (X2). Dari hasil uji statistika didapatkan bahwa dari hasil tabulasi silang ada kecenderungan faktor pekerjaan karena paparan sinar matahari dengan katarak nuklearis, sedangkan berdasarkan uji Chi Square tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan karena paparan sinar matahari dengan katarak nuklearis dengan nilai    p = 0,795 (p > 0,1).Kata Kunci          : Faktor pekerjaan  katarak nuklearis ABSTRACTWork with exposure to sunlight is a risk factor for cataracts. Long exposure to the sun tend to suffer from cataracts, especially nuklearis.The purpose of this study is to prove the correlation between the incidence of cataracts nuklearis work.This research is a descriptive study with cross -sectional correlation study. Total sample of 52 people who were taken through the large sample formula in which the determination of the sample by using purposive sampling. The data obtained by observation and interviews, and analyzed statistically using Chi Square ( X2 ).while based on Chi Square test was no association between occupational factors as sun exposure with cataract nuklearis with p = 0.795 ( p > 0.1 ).Keywords             : Occupational factors, cataract nuklearis
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS TENS DAN TERAPI LATIHAN DI KOTA CIREBON TAHUN 2022 Teki Mahasih; Kusiyono Kusiyono; Gina Fazrina; Dindin Hardi Gunawan; Uun Kurniasih; Fakhira Nawal Syifa
Jurnal Kesehatan Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38165/jk.v13i2.316

Abstract

Cervical root syndrome adalah sindrom defisit sensorimotor yang menyebabkan nyeri dan kaku pada leher. Penyebab dari cervical root syndrome karena adanya kompresi akar saraf servikal. Tujuan penulisan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi menggunakan modalitas transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dan terapi latihan pada cervical root syndrome tahun 2020. Penelitian karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan penatalaksanaan terapi 6 kali. Pelaksanaan meliputi segala tindakan fisioterapi yaitu, nyeri dengan VAS, pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT, pemeriksaan LGS dengan goneometer, pemeriksaan fungsional dengan NDI. Setelah dilakukan 6 kali terapi terdapat hasil adanya penurunan nyeri diam T1 = 5 menjadi T6 = 2, nyeri tekan T1 = 6 menjadi T6 = 3 dan nyeri gerak T1=8 menjadi T6 = 4, bertambahnya nilai kekuatan otot Pada T5 pada gerakan fleksi dan ekstensi nilainya menjadi 5 yaitu dapat melawan tahanan maksimal. Kemudian ada peningkatan pada T6 gerakan side fleksi dekstra dan sinistra manjadi nilai 5 yaitu dapat melawan tahanan maksimalpeningkatan LGS aktif T1 = (S 40-0-30, F 40-0-45, R 40-0-40) menjadi T6 = (S 40-0-35, F 45-0-45, R 40-0-40), sedangkan LGS pasif T1 = (S 40-0-30, F 40-0-45, R 40-0-40) menjadi T6 = (S 40-0-35, F 45-0-45, R 40-0-40). Dan peningkatan fungsional dari score NDI T1= 32% menjadi T6= 15,5%. Pasien dengan diagnosis cervical root syndrome dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher, dengan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) dan penurunan kekuatan otot. Diberikan program fisioterapi dengan TENS dan Terapi Latihan, setelah menjalani terapi 6 kali dengan hasil meningkatnya aktifitas fungsional, berkurangnya nyeri, bertambahnya lingkup gerak sendi bahu dan meningkatnya kekuatan otot. Pasien disarankan untuk melakukan terapi secara rutin dan melakukan latihan-latihan yang telah diberikan oleh fisioterapis.Kata Kunci: Penatalaksanaan Fisioterapi; Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan Terap Latihan; Cervical Root Syndrome Abstract  Cervical root syndrome is a condition of defisite sensorymotor syndrome that causes pain and limited motion in the cervical joint. The cause of cervical root syndrome is compression of rootlets in cervical, the purpose of writing to determine the physiotherapy treatment using transcutaneous electrical nerve stimulation modalities and therapeutic exercise on the cervical root syndrome in 2020. The study of this paper uses the case study method of salvage therapy for 6 times. Implementation includes all acts of physiotherapy is the assesment of pain by VAS, assesment of muscle strength with MMT, assessment ROM by goneometer, examination of functional activity by NDI. After the therapy for 6 times obtained the result assessment of idleness an decrease T1 = 5 to T6 = 2, in tenderness T1 = 6 to T6 = 3, and motion pain T1=8 to T6 = 4, increase in the value of muscle strength On T5 in flexion and extension value to 5 which can resist a maximum custody. Then there was an increase in side flexion dextra and sinistra widened T6 value of 5 is that it can resist the maximum custody, the increase in active ROM T1 = (S 40-0-30, F 40-0-45, R 40- 0-40) to T6 = (S 40-0-35, F 45-0-45, R 40-0-40) while the passive ROM T1 = (S 40-0-30, F 40-0-45, R 40-0-40) to T6 = (S 40-0-35, F 45-0-45, R 40-0-40) and increased functional activity using NDI scores T1= 32% to T6= 15,5%. Patients with a diagnosis of cervical root syndrome with pain and stiffness in his cervical, with limited range of motion (ROM) and a decrease in muscle Power Hidden. Given physiotherapy program with transcutaneous electrical nerve stimulation modalities and exercise therapy, after therapy for 6 times which resulted increased functional activity, decrease in less pain, increase range of motion of the cervical joint and increasing muscle strength. Patients are suggested to therapy regularly and do exercises which had been treated by a physiotherapist.Keywords: Management of Physiotherapy; Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation and Exercise therapy; Cervical Root Syndrome
Hubungan Jenis Insisi Katarak dengan Sindroma Mata Kering pada Pasien Pasca Operasi Katarak di Klinik Mata Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2021 Uun Kurniasih; Nuniek Tri Wahyuni; Sri Lestari; Rokhmatul Hikmah; Agus Sutarna; Muslimin Ali; Deva Mahalini
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.8121

Abstract

Kepala Dinas Kesehatan Majalengka menyampaikan bahwa penderita katarak di Kabupaten Majalengka tercatat sebanyak 1500 orang. Penanganan utama pada penderita katarak adalah dengan teknik operasi. Teknik operasi yang terdapat di Klinik Mata Majalengka adalah Small Incision Cataract Extraction (SICE) dan Phacoemulsification. Insisi yang lebar cenderung mengakibatkan kerusakan lebih besar pada konjungtiva dan kornea, dimana akan terjadi proses trauma dan inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis insisi katarak dengan sindroma mata kering pada pasien pasca operasi katarak di Klinik Mata Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi melalui pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita katarak yang menjalani operasi katarak di Klinik Mata Majalengka dengan teknik fakoemulsifikasi dan SICE pada periode penelitian dengan total populasi per Desember 2021 adalah 306 orang. Jumlah sampel sebanyak 76 pasien. Data dianalisis secara statistic menggunakan uji Chi square pada tingkat kemaknaan 5% (0,05). Hasil uji statistic didapatkan bahwa kurang dari setengahnya (40,7%) pasien pasca operasi katarak mengalami sindroma mata kering dan lebih dari setengahnya (52,6%) pasien pasca operasi katarak dengan jenis insisi SICE. Ada hubungan antara jenis insisi katarak dengan sindroma mata kering pada pasien pasca operasi katarak di Klinik Mata Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2021 (? value=0,012). Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk praktik keperawatan dengan memberikan penyuluhan kepada pasien pasca operasi katarak untuk mengikuti saran selama proses penyembuhan dan berguna untuk penelitian selanjutnya.
PENGAWASAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DI SENTRA VAKSIN Herlinawati Herlinawati; Rokhmatul Hikhmat; Muslimin Muslimin; Sri Lestari; Uun Kurniasih
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan (JIRAH) Vol 1, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.262 KB)

Abstract

Tidak mematuhi protokol kesehatan akan menyebabkan meningkatnya resiko penularan Covid-19, mengakibatkan meningkatnya kembali angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19. Tujuan pengabdian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kapatuhan terhadap penerapan protokol kesehatan. Metode kegiatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan penerapan protokol kesehatan ini menggunakan observasi partisipatif dan penyuluhan. Setelah dilakukan observasi dan pengawasan dalam penerapan protokol kesehatan, masyarakat telah mengerti dan mau menerapkan protokol kesehatan. Namun setelah pengawasan sedikit melonggar, warga pun mulai berkerumun dan tidak menghiraukan jaga jarak lagi. sehingga di perlukan intervensi lain untuk meningkatkan pemahaman yaitu dengan melakukan penyuluhan yang dilakukan setiap sebelum kegiatan vaksinasi dimulai. Upaya penerapan protokol kesehatan sudah cukup baik, namun masih sulit untuk mengatur ratusan orang dalam satu waktu dan satu tempat, sehingga diperlukan koordinasi dengan berbagai pihak.Kata Kunci: Pengawasan, Penerapan, Protokol Covid-19 AbstractViolation towards health protocols will increase the risk of Covid-19 transmission, which further leads to an increase in the morbidity and mortality rates due to Covid-19. The current community service aims to increase knowledge and improve compliance with the implementation of health protocols. The method applied in the monitoring activities for the implementation of health protocols was participatory observation and counseling. After observing and monitoring the implementation of health protocols, the community had understood and was willing to implement the health protocols. However, after the monitoring loosened a bit, the residents began to gather and did not care about keeping their distance anymore. Thus, there should be other interventions to improve community understanding, namely by conducting counseling before every vaccination activity. Efforts to implement health protocols had been quite good, but it was still difficult to manage hundreds of people at certain location simultaneously. Therefore, coordination with various parties.Keywords: Monitoring, the Implementation, Covid-19, Health Protocols
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PLUMBON KABUPATEN CIREBON Sri Lestari; Uun Kurniasih; Nuniek Tri Wahyuni; Rohmatul Hikmah; Sri Ajeng
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i2.14181

Abstract

Lansia mengalami penurunan fungsi sistem muskuloskeletal yang ditandai nyeri sendi. Upaya mengatasi nyeri sendi tersebut adalah senam lansia. Tindakan tersebut untuk meredakan nyeri sendi pada lansia. Masalah yang ada di puskesmas plumbon pada saat posbindun adalah kurangnya ketertarikan lansia terhadap senam karena harus dilakukan sangat pagi dan lansia memilki sifat pemalas untuk melakukan aktiftas seperti halnya senam agar sendi-sendi tidak kaku dan bisa beraktifitas seperti biasanya tanpa adanya rasa nyeri yang menganggu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap skala nyeri sendi pada lansia di puskesmas Plumbon. Penelitian dilakukan dengan metode quasi eksperimen dengan rancangan one group pre-test dan post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami nyeri sendi dengan usia 55-87 tahun di Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon sebanyak 30 orang. Psenelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel senam lansia sebagai variabel bebas, dan skala nyeri pada lansia sebagai variabel terikatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, kuesioner, pre test dan post test. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan Lansia di Puskesmas Plumbon mengalami nyeri sendi. Sebelum dilakukan senam lansia, nyeri berat 6 (20%), nyeri ringan 3 (10%), nyeri sedang 21 (70%). Setelah dilakukan senam lansia di puksesmas Plumbon sebanyak 3 kali dalam seminggu, mayoritas lansia mengalami penurunan skala nyeri sendi di antara nyeri ringan 10 (33,3%), nyeri sedang 20 (66,7). Kesimpulannya senam lansia berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia secara signifikan.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ILIOTIBIAL BAND SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS LOW LEVEL LASER THERAPY (LLLT), STRETCHING EXERCISE, DAN KINESIO TAPING TAHUN 2022 Teki Mahasih; Gina Fazrina; Adijanto Adijanto; Jaenudin Jaenudin; Uun Kurniasih; Ika Dwi Lestari
Jurnal Kesehatan Vol 14, No 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38165/jk.v14i1.368

Abstract

Sebuah studi epidemiologi baru-baru ini di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa insiden cedera lutut akut yang datang ke unit gawat darurat adalah 2,29 per 1000 penduduk dan bukti menunjukkan bahwa mungkin kira-kira setengah dari semua pasien dengan cedera lutut akut akan menunjukkan cedera pada saluran IT pada Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tujuan penulisan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi menggunakan modalitas Low Level Laser Therapy (LLLT), stretching exercise dan kinesio taping pada kondisi Iliotibial Band Syndrome. Subjek dalam penelitian ini adalah An. F berusia 15 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosa Iliotibial Band Syndrome. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 1 klien. Metode pengumpilan data dengan cara pemeriksaan subjektik, pemeriksaan objektif, pemeriksaan gerak, Pemeriksaan kemampuan kognitif, keterampilan personal dan interpersonal, pemeriksaan fungsional dan lingkungan aktivitas, dan pemeriksaan spesifik. Penelitian menggunakan studi kasus deskriptif dengan metode observasi partisipasif. Prosedur intervensi fisioterapi dengan terapi Low Level Laser Therapy (LLT) dan stretching exercise. Teknik analisa data dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan cara tindakan fisioterapi pada pasien An. F di Poli Fisioterapi Klinik Utama Metro Kuningan sebanyak 4 kali terapi. Evaluasi tindakan fisioterapi berupa pemeriksaan nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS), pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dengan Goneometer dan pemeriksaan spasme dengan palpasi. Pasien dengan diagnosa iliotibial band syndrome setelah diberikan program fisioterapi dengan Low Level Laser Therapy (LLLT), stretching exercise dan kinesio taping selama 4 kali terapi dengan hasil berkurangnya nyeri, bertambahnya Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan berkurangnya spasme. Pasien disarankan untuk melakukan terapi secara rutin dan melakukan latihan – latihan yang diberikan oleh fisioterapi seperti melakukan stretching exercise, selama 5-10 menit sebelum beraktifitas, dan menganjurkan mengompres dengan air hangat  jika merasakan nyeri, juga untuk keberlanjutan keberhasilan terapi pasienKata Kunci: iliotibial band syndrome; LLLT; stretching exercise; kinesio tapingAbstract A recent epidemiological study in the United States concluded that the incidence of acute knee injuries presenting to the emergency department was 2.29 per 1000 population and evidence suggests that perhaps approximately half of all patients with acute knee injuries will present an injury to the canal. IT on Magnetic Resonance Imaging (MRI). The purpose of writing is to find out the physiotherapy management using Low Level Laser Therapy (LLLT) modalities, stretching exercise and kinesio taping in the condition of iliotibial band syndrome. The subjects in this study were An. F, 15 years old male with a diagnosis of iliotibial band syndrome. The sample in this study amounted to 1 client. Methods of collecting data by way of subjective examination, objective examination, movement examination, examination of cognitive abilities, personal and interpersonal skills, functional examination, and activity environment. and specific examination This type of descriptive case study research uses participatory observation methods Physiotherapeutic intervention procedures with Low Level therapy Laser Therapy (LLT) and stretching exercises. Data analysis techniques with interview techniques, observation, and documentation studies. This study used a case study method by means of physiotherapy measures in patient An. F at the Metro Kuningan Main Clinic Physiotherapy Polytherapy for 4 times. Evaluation of physiotherapy measures in the form of examination of pain with the Visual Analog Scale (VAS), examination of the Scope of Motion of the Joints (LGS) with a Goneometer and examination of spasms with palpation. The patient diagnosed with iliotibial band syndrome after being given a physiotherapy program with Low Level Laser Therapy (LLLT), stretching exercises and kinesio taping for 4 times of therapy with the results of reduced pain, increased Range of Joint Movement (LGS) and reduced spasms. Patients are advised to do therapy regularly and do exercises given by physiotherapists such as doing stretching exercises, for 5-10 minutes before activity, and recommend compresses with warm water if they feel pain, also for the continued success of the therapy.Keywords: iliotibial band syndrome; LLLT; stretching exercise; kinesio taping
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Temper Tantrum Pada Anak Pra Sekolah Di Paud Nurul Islam Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon Lin Herlina; Uun Kurniasih; Nuniek Triwahyuni; Agus Sutarna; Nina Herlina; Indah Yunita
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 5 (2023): Innovative: Journal of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Temper tantrum atau mengamuk adalah ledakan emosi yang terjadi saat anak merasa lepas kendali. Tingkah laku tantrum ditunjukkan dengan menangis, melempar barang, menjerit, membenturkan kepala, berguling, memukul tembok hingga menghentakkan kaki nya ke lantai. Cara orang tua mendidik anak berperan besar dalam menimbulkan tantrum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum pada anak prasekolah di PAUD Nurul Islam Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon tahun 2023. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua anak prasekolah PAUD Nurul Islam Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon dengan junlah 107 orang. Penelitian ini menggunakan total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan wawancara. Anaisa data ini menggunakan analisis Uji Chi Square untuk menguji hubungan kedua variabel. Hasi penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden menerapkan pola asuh otoriter sebanyak 77 (54,5%) dan lebih dari sebagian anak mengalami temper tantrum kategori tinggi sebanyak 51 (47,7%) . Hasil diperoleh p value = 0,000 artinya bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum pada anak prasekolah di PAUD Nurul Islam. Tenaga Pendidik PAUD sebagai orang tua kedua di sekolah, diharapkan bisa menerapkan pola asuh yang baik kepada murid bekerjasama dengan puskesmas untuk melakukan penyuluhan terkait pola asuh dan temper tantrum dan bisa melaksanakan program parenting secara rutin dengan materi yang sistematis dan struktur.
SOSIALISASI TENTANG PENYAKIT STROKE DAN RESIKO STROKE PADA LANSIA Teki Mahasih; Gina Fajrina; Kusiyono Kusiyono; Jaenudin Jaenudin; Uun Kurniasih; Dewi Sri Nur Susilawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan (JIRAH) Vol 2, No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stroke is a symptom of a deficit in the function of the nervous system which is caused by brain blood vessel disease and nothing else (WHO). The World Health Organization shows that every year there are 13.7 million new cases of stroke, and around 5.5 million Death occurs due to stroke. Meanwhile, stroke cases increased by 12.1% in 2020 to 14.9% in 2021. The number of people with disabilities is increasing, people with disabilities are more likely to be physically inactive, which can cause chronic diseases, namely stroke. , stroke is the leading cause of disease and death worldwide, the highest risk of death from stroke is found among people with dementia and multiple disabilities. The task of this service is to increase knowledge and improve functional movement abilities in stroke sufferers. The activity methods used include counseling and showing videos, practicing exercise therapy, and discussions. After being given counseling and the practice of exercise therapy, the elderly and their families understand about stroke and the risk of stroke as well as ways to improve movement ability and body function. So it is recommended for the elderly to carry out regular exercise activities in the morning as an effort to prevent stroke and improve movement ability and body function.Keywords: Socialization, Stroke Risk, ElderlyAbstrak:Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan syaraf yang di akibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan yang lain dari itu (WHO).World Health Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5, juta kematian terjadi akibat penyakit stroke.Sementara itu, kasus stroke meningkat 12,1% pada tahun 2020 menjadi 14,9% pada tahun 2021umlah penyandang disabilitas semakin meningkat, orang dengan disabilitas lebih mungkin menjadi tidak aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan penyakit kronis yaitu stroke, stroke penyabab utama penyakit dan kematian diseluruh dunia, risiko kematian tertinngi akibat stroke ditemukan di antara orang-orang dengan demensia dan cacat multiple. Tugas pengabdian ini untuk dapat menngkatkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan gerak fungsi pada penderita stroke. Metode kegiatan yang digunakan dengan penyuluhan dan penayangan video, mempraktekkan terapi latihan, serta diskusi. Setelah dibeikan penyuluhan dan praktek terapi latihan, lansia dan keluarga mengerti tentang penyakit stroke dan resiko stoke serta cara untuk meingkatkan kemapuan gerak dan fungsi tubuh. Sehingga disarankan kepada lansia untuk melakukan aktifitas olahraga dipagi hari secara terartur sebagai salah satu upaya penceganan stroke dan peningkatan kemampuan gerak dan fungsi tubuh.Kata Kunci: Sosialisasi, Resiko Stroke, Lansia