Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Jogja Dance Community Ruang Negosiasi dalam Jagad Tari di Yogyakarta Paramitha Dyah Fitriasari; Galih Prakasiwi
Jurnal Kawistara Vol 10, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.49816

Abstract

Kesenian Yogyakarta memiliki identitas yang kuat dengan upaya preservasi seni tradisi berbasis kuasa dominan Kraton Yogyakarta sebagai sentralnya. Aturan seni tradisi yang mengikat, memunculkan peluang pengembangan maupun inovasi baru berdasar kebebasan. Tulisan ini melihat perwujudan kebebasan dan strategi dalam memposisikan diri pada jagad tari di Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Data tersebut dikelindankan dengan pengamatan pada 2016 hingga 2018. Jogja Dance Community merupakan jaringan yang menaungi kelompokkelompok tari di Yogyakarta. Beberapa kelompok yang tergabung diiniasiasi oleh anak-anak muda dalam pengejawantahan kebebasan melalui kekontemporerannya. Pilihan tersebut memerlukan strategi untuk dapat bernegosiasi dengan jagad tari di tempatnya bernaung. 
‘Being Contemporary’: Proses Ari Ersandi Dalam Karya Lalube Galih Prakasiwi; Rr. Paramitha Dyah Fitriasari; Sal Murgiyanto
Jurnal Kajian Seni Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Kajian Seni Vol 6 No 2 April 2020
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (987.951 KB) | DOI: 10.22146/jksks.53834

Abstract

Artikel ini melihat bagaimana perspektif kekontemporeran seorang koreografer muda, yakni Ari Ersandi, melalui pengalaman serta prosesnya berkarya Lalube. Pelabelan tari kontemporer secara ekplisit maupun implisit pada festival maupun pergelaran karya tari. Produksi karya terus dihasilkan namun tidak seturut dengan produksi wacananya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memperhatikan fenomena yang terjadi melalui proses latihan dan pengalaman koreografer. Pewacanaan rasionalitas, kebebasan, kreativitas, dan kemanusiaan oleh Sal Murgiyanto dipadukan dengan konsep kekontemporeran Giorgio Agamben. Ari Ersandi, koreografer urban yang datang dari Lampung ke Yogyakarta mulai belajar tari di perguruan tinggi. Keterbatasannya menari tarian tradisi dan pengalaman hidupnya membuat Ari terpacu untuk mencari teknik gerak sendiri. Lalube menjadi ungkapan resistensi dan eksistensi Ari Ersandi. Kata Kunci : Kekontemporeran, Koreografer, Muda
Jogja Dance Community Ruang Negosiasi dalam Jagad Tari di Yogyakarta Paramitha Dyah Fitriasari; Galih Prakasiwi
Jurnal Kawistara Vol 10, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.49816

Abstract

Kesenian Yogyakarta memiliki identitas yang kuat dengan upaya preservasi seni tradisi berbasis kuasa dominan Kraton Yogyakarta sebagai sentralnya. Aturan seni tradisi yang mengikat, memunculkan peluang pengembangan maupun inovasi baru berdasar kebebasan. Tulisan ini melihat perwujudan kebebasan dan strategi dalam memposisikan diri pada jagad tari di Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Data tersebut dikelindankan dengan pengamatan pada 2016 hingga 2018. Jogja Dance Community merupakan jaringan yang menaungi kelompokkelompok tari di Yogyakarta. Beberapa kelompok yang tergabung diiniasiasi oleh anak-anak muda dalam pengejawantahan kebebasan melalui kekontemporerannya. Pilihan tersebut memerlukan strategi untuk dapat bernegosiasi dengan jagad tari di tempatnya bernaung. 
Rabam Jawa: transcultural performance and aesthetic transformation of Javanese identity in Thai Dance Prakasiwi, Galih; Sasongkroh, Navee; Nurvijayanto, Ribeth
Gelar: Jurnal Seni Budaya Vol. 23 No. 1 (2025)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v23i1.7046

Abstract

This research investigates Rabam Jawa (ระบำชวา) as a case to show a complex case of cultural representation blending Java and Thai culture. It is not just a replication of Javanese dance, but such an act of cultural appropriation and aesthetic transformation where a Thai mode of Javanese-imaginary is constructed. The study integrates Maruska Svasek’s theory of cultural transit and Julie Sander’s concept of appropriation that employs a qualitative and interpretive analysis. Through Svasek and Sanders, this research analyzes how cultural product is not just transferred into another style, but actively recreated, which enriches the aesthetic paradigm of cross-cultural identity. The primary fieldwork was started in 2016 through interviews with senior dancers and a Thai national artist, and focus group discussions with teachers from Lopburi, Angtong, and Suphanburi College of Dramatic Art. This data was supplemented by ongoing choreographic observation and literature studies. The findings reveal the aesthetic domestication of Javanese performing elements (movement, music, and costume), mixed and transformed into Thai performance. This research contributes to transcultural performance studies by showing how Thai culture appropriates and styles foreign elements.
Cemplang: Koreografi Berbasis Kecemasan Cahya, Oktavia Dwi; Subawa, Y; Prakasiwi, Galih
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 18, No 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/idea.v18i2.13562

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kecemasan menjadi pijakan karya tari. Cemplang merupakan koreografi kelompok dengan tujuh penari yang berpijak dari pengalaman empiris saat mengalami kecemasan. Secara spesifik, kecemasan tersebut berasal dari faktor internal dan faktor eksternal ketika dirasa tidak mampu melakukan suatu hal yang tidak biasanya (wagu: Bahasa Jawa). Kecemasan merupakan bagian dari emosi manusia yang merespons saraf somatic, pada saat mengalaminya muncul ketegangan pada area bahu, sehingga gerak utama dalam karya ini bersumber dari bahu. Penciptaan karya tari ini menggunakan metode Moving from Within: A New Method for Dance Making oleh Hawkins. Metode tersebut terdiri dari 5 tahap, yaitu merasakan, menghayalkan, eksplorasi, pembentukan, dan evaluasi. Karya tari Cemplang sebuah karya baru yang berpijak pada gerak bahu ke depan, ke samping kanan, ke samping kiri, ke belakang, dan memutar. Dinamika pertunjukan dibangun melalui pembagian segmen dengan pengembangan pola gerak dasar, ruang, tenaga, dan waktu. Proses latihan sebanyak 58 kali menghasilkan sembilan motif unik yang berpijak dari teknik gerak bahu. Struktur penyajian karya ini terdiri dari 4 segmen. Setiap segmen memiliki intensitas gerak yang kuat dengan pengolahan variasi motif dasar. Karya ini ingin menyampaikan perasaan cemas yang berakibat area bahu menegang dengan kuat dan tubuh bergerak rileks agar tidak terjadi cemas berlebihan. Cemplang: Anxiety-Based ChoreographyThe research aims to see how anxiety becomes the basis for creating dance work. Cemplang is a group choreography with seven dancers based on empirical experiences when experiencing anxiety. Specifically, this anxiety comes from internal factors and external factors when one feels unable to do something that is not usual (wagu: Javanese). Anxiety is part of human emotions that responds to the somatic nerves, when experiencing it tension appears in the shoulder area, so the main movement in this work originates from the shoulders. This dance work was created using the Moving from Within: A New Method for Dance Making method by Hawkins. This method consists of 5 stages, namely feeling, imagining, exploring, forming and evaluating. The Cemplang dance work is a new work that is based on moving the shoulders forward, to the right, to the left, backwards and in circles. The dynamics of the performance are built through segment division with the development of basic movement patterns, space, energy and time. The exercise process 58 times resulted in nine unique motifs based on shoulder movement techniques. The presentation structure of this work consists of 4 segments. Each segment has a strong movement intensity with variations in the basic motif. This work wants to convey a feeling of anxiety which results in the shoulder area tightening strongly and the body moving to relax so that excessive anxiety does not occur.
SIH : Karya Tari yang Berpijak dari Analisa Psikis Tokoh Wayang Ramabargawa Saputro, Okky Bagas; Heryadi, Dindin; Prakasiwi, Galih
Joged Vol 23, No 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v23i1.12761

Abstract

RINGKASANKarya tari berjudul Sih terinspirasi dari cerita wayang Jawa pada lakon Ramabargawa yang memiliki jiwa yang teteg, tatag, tanggon, dan tangguh. Sebuah peristiwa tragis yang menyebabkan seluruh anggota keluarganya dibantai oleh golongan kesatria tanpa sepengetahuan Ramabargawa, berdampak pada psikis (kejiwaan) Ramabargawa yang menjadi brutal, pendendam, dan bersumpah untuk membunuh para kesatria di muka bumi. Dari peristiwa lakon di atas terdapat rangsang visual dari bentuk wayangnya dan rangsang gagasan dari fenomenanya. Dramatik dalam karya ini menggunakan cara ungkap simbolik. Koreografi tunggal dijadikan sebagai perwujudan karya dengan metode; Eksplorasi, Improvisasi, dan Komposisi. Tema yang diusung adalah kasih sayang. Judul karya tari yaitu Sih dari kata asih. Karya tari Sih terbagi menjadi empat bagian antara lain karakter, psikis (kejiwaan), kesadaran, dan pertanggungjawaban. Karya ini disajikan dalam format tari video/dance on camera dengan menambahkan sinematografi sebagai bingkainya. Penggunaan beberapa kamera untuk mengambil detail-detail gerak tertentu.ABSTRACTThe dance work entitled Sih is inspired by the Javanese wayang story in the play Ramabargawa which has a tough, tough, tough and tough soul. There was a major event, namely that his entire family was massacred by the knights without Ramabargawa's knowledge. This tragic event had an impact on Ramabargawa's psychology, who became brutal, vengeful and vowed to kill the knights on earth. Looking at the events of the play above, there are visual stimuli from the form of the wayang and ideas from the phenomena. The drama in this work uses symbolic expression. Single choreography is used as an embodiment of work with methods; Exploration, Improvisation, and Composition. The theme carried is love. The title of the dance work is Sih from the word asih. Sih's dance work is divided into four parts, including character, psychology, consciousness and responsibility. This work is presented in a dance video/dance on camera format by adding cinematography as a frame. The use of several cameras to capture certain details of movement.