Deddy Effendy
Fakultas Hukum, Universitas Islam Bandung

Published : 30 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Masuknya Syarat Kerja Baru di Luar yang diperjanjikan oleh Pengusuha di PT. X Padalarang Kabupaten Bandung Barat ditinjau dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Hilman Fauzan M; Deddy Effendy
Jurnal Riset Ilmu Hukum Volume 1, No. 1, Juli 2021, Jurnal Riset Ilmu Hukum (JRIH)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.886 KB) | DOI: 10.29313/jrih.v1i1.58

Abstract

Abstract. The work agreement stipulated in Article 1601 a Civil Code states the qualifications so that an agreement can be called an employment agreement. Qualifications in this case refer to the existence of work, under orders, a certain time and the existence of wages, while Article 1 number 14 of Law No. 13 of 2003, an employment agreement is an agreement between the worker or laborer with the employer or employer containing work conditions the rights and obligations of both parties. This research method uses the juridical-normative approach, which examines secondary data by conducting a literature study. Data collection techniques used are secondary data using primary, secondary, tertiary legal materials. Conclusions from the study The terms of the new work entered beyond those promised by the West Bandung Regency Company were entered by the Employer without the knowledge of the Company the terms of the new work were directly provided to the Workers without any involvement from the workers. Breaking the provisions in force in Act No. 13 of 2003 concerning Manpower. Abstrak. Perjanjian kerja yang di atur dalam Pasal 1601 a KUH Perdata menyebutkan kualifikasi agar suatu prjanjian dapat disebut perjanjian kerja. Kualifikasi yang di maksud adalah adanya pekerjaan, dibawah perintah, waktu tertentu dan adanya upah, sedangkan Pasal 1 angka 14 Undang –Undang Nomor 13 Tahun 2003, Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat–syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan Yuridis-Normatif, yang meneliti data sekunder dengan melakukan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder, tersier. Simpulan dari kajian Syarat kerja baru masuk diluar yang diperjanjikan oleh Perusahaan Kabupaten Bandung Barat dimasukan oleh pihak Pengusaha tanpa sepengetahuan pihak Perusahaan syarat kerja baru itu langsung diberikan kepada para Pekerja tanpa adanya kepakatan dari pihak pekerja, tentu itu melangaggar ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Pemotongan Upah Secara Sepihak pada Masa Pandemi Covid-19 di PT. X Kota Bandung Ditinjau dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor M/3.HK.04/III/2020 Tahun 2020 Nouval Rivaldi Putra; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.323 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i2.2564

Abstract

Abstract. Within the scope of the companya, the workforce has a fairly fundamental position in the operational activities and business continuity of a company. In its fairly fundamental role, workers should receive proper and guaranteed protection. With the occurrence of the Corona Virus Disease 2019 (Covid-2019) pandemic in indonesia at beginning of 2020, it resulted in unilateral wage cuts carried out by companies against workers without an agreement and not based on current government regulations. The incident occurred in one of the companies PT. X Bandung which engaged in the service and hospitality business. The research method used is normative juridical namely an approach based on the main legal basis by examining theories, concepts, legal principles and laws and regulations related to this research with descriptive analytical research specifications and also interviews. Primary, secondary and teritary legal data sources. The data analysis used is qualitative data analysis. Based on the results of this study, it can be concluded that workers who affected by wage cuts during the Covid-19 pandemic at PT.X Bandung have not received the fulfillment of their rights from the company regarding the wages that were cut and also the wages they should have. Obtained by the workers, this certainly not in accordance with the provisions of Law No.13 of 2003 concerning Employment Jo. Circular Letter of the Minister of Manpower No.3 of 2020 concerning Protection of Workers/Labourers and Business in the Context of Prevention and Control of Covid-19. Abstrak. Dalam lingkup perusahaan, tenaga kerja memiliki kedudukan yang cukup fundamental dalam kegiatan operasional dan keberlangsungan usaha sebuah perusahaan. Dalam perannya yang cukup fundamental, tentunya tenaga kerja seharusnya mendapatkan perlindungan yang layak dan juga terjamin. Dengan terjadinya peristiwa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia pada awal tahun 2020, menimbulkan mengenai pemotongan upah secara sepihak yang dilakukan oleh perusahaan terhadap pekerja tanpa adanya kesepakatan dan tidak didasari dengan peraturan pemerintah yang berlaku saat ini. Peristiwa tersebut terjadi di salah satu perusahaan PT.X Bandung yang bergerak dalam bidang usaha jasa dan perhotelan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normative yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan dasar hukum utama dengan metode menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis dan juga wawancara. Sumber data hukum primer, sekunder. Dengan analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif.Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pekerja yang terkena pemotongan upah di masa pandemi Covid-19 di PT X Kota Bandung belum mendapatkan pemenuhan hak dari perusahaan terkait upah yang di potong dan juga upah yang seharusnya didapatkan oleh para pekerja, hal ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.3 Tahun 2020 Tentang Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19.
Pelaksanaan Keselamatan Kerja di PT. Kanza Sejahtera berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 M Fauzi Rachman Yusuf; Deddy Effendy.
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.18 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.480

Abstract

Abstract. Work safety is something that is really needed by every company in order to create a safe environment and can prevent accidents that might occur. Where every company is obliged to apply the name K3, especially companies engaged in the construction construction sector. However, in reality, there are still many workers from PT. Kanza Sejahtera is still disobedient and undisciplined in using K3 equipment on the grounds that the K3 equipment used reduces the productivity of the worker. Based on this phenomenon, the problems in this study are formulated as follows (1) How is the application of work safety at PT. Kanza Sejahtera based on the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing Number 21/PRT/M/2019 concerning Guidelines for Construction Safety Management Systems linked to Law Number 1 of 1970 concerning Work Safety? (2) What is the form of corporate responsibility towards the implementation of work safety at PT. Kanza Sejahtera?. With the aim of this study, namely to determine work safety at PT. Kanza Sejahtera is based on the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing Number 21/PRT/M/2019 concerning Guidelines for Construction Safety Management Systems linked to Law Number 1 of 1970 concerning Work Safety. In addition, the purpose of this study is to determine the form of corporate responsibility for the implementation of work safety at PT. Kanza Sejahtera. This study uses a normative juridical approach, which is an approach based on the main legal material by examining theories, concepts, legal principles and laws and regulations related to this research with a research specification that is descriptive analytical. Sources of primary and secondary legal material data are based on laws and regulations as well as books related to work safety and to support the fulfillment of secondary data, interviews were conducted with related parties. The tertiary legal material in this study is related to the implementation of work safety. The data analysis used is qualitative data analysis. The conclusion is that based on the results of the first research, it shows that the application of this company's work safety is in accordance with Article 7, Article 8, Article 9, Article 10, Article 11, Article 12, Article 15 paragraph (1), Article 17 paragraph (1) and Article 18 paragraph (1) Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing Number 21/PRT/M/2019 concerning Construction Safety Management System Guidelines. If connected with Law no. 1 of 1970 concerning Occupational Safety is in accordance with Article 3 letters a, b, e, f, and h, Article 5 paragraph (1), Article 9, and Article 14. However, the reality on the ground is that there are still some workers who always reminded to use K3 equipment, namely the use of PPE. Second, the company's responsibility for the implementation of work safety, the company always provides PPE equipment that is in accordance with SNI and registers workers in the social security program. Keywords: Work Safety, Corporate Responsibility for the Implementation of Work Safety, Personal Protective Equipment. Abstrak. Keselamatan kerja merupakan hal yang sangat diperlukan oleh setiap perusahaan demi menciptakan lingkungan yang aman dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang mungkin akan terjadi. Dimana setiap perusahaan wajib menerapkan yang namanya K3 terutama perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi pembangunan. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak pekerja dari PT. Kanza Sejahtera masih tidak patuh dan tidak disiplin dalam menggunakan peralatan K3 dengan alasan peralatan K3 yang digunakan tersebut mengurangi produktivitas dari si pekerja. Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut (1) Bagaimana penerapan keselamatan kerja di PT. Kanza Sejahtera berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja? (2) Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap penerapan keselamatan kerja di PT. Kanza Sejahtera?. Dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keselamatan kerja di PT. Kanza Sejahtera berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Selain itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap penerapan keselamatan kerja di PT. Kanza Sejahtera. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini dengan spesifikasi penelitian yaitu deskriptif analitis. Sumber data bahan hukum primer dan sekunder berdasarkan peraturan perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan untuk mendukung terpenuhinya data sekunder, maka wawancara dilakukan kepada pihak terkait. Bahan hukum tertier pada penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Dengan analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Simpulan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang pertama menunjukkan bahwa Penerapan keselamatan kerja perusahaan ini sesuai dengan Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 15 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Jika dihubungkan dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja sudah sesuai dengan Pasal 3 huruf a, b, e, f, dan h, Pasal 5 ayat (1), Pasal 9, dan Pasal 14. Akan tetapi kenyataan di lapangan bahwa tetap saja masih ada beberapa pekerja yang selalu diingatkan untuk memakai peralatan K3 yaitu berupa penggunaan APD. Kedua tanggung jawab perusahaan terhadap penerapan keselamatan kerja, perusahaan selalu menyediakan peralatan APD yang sesuai SNI serta mendaftarkan pekerja ke dalam program jaminan sosial. Kata Kunci: Keselamatan Kerja, Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Penerapan Keselamatan Kerja, Alat Pelindung Diri.
Pembayaran Upah Lembur di Pt X Kabupaten Bandung berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan Hasna Yasyfa; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.547

Abstract

Abstract. Employment is what every worker needs to earn income and income. Work, an activity that everyone does to make ends meet also continues life. So it is appropriate for workers to get wages because it is an award for services that have been given. Overtime wages are wages received by workers for their work based on the amount of overtime worked. The difference between wages and overtime wages, if the remuneration given is in accordance with the results of their work based on a work agreement, while the overtime pay is given outside their working hours where the working hours have expired but they are still working. However, currently there are still many companies that have not implemented overtime wages properly. Therefore, this study aims to determine the payment of overtime wages at PT X Bandung Regency based on Law no. 13 of 2003 concerning Manpower in conjunction with PP No. 36 of 2021 concerning Wages. The research method used is normative juridical law research with analytical descriptive research specifications, the research phase used is library research, data sources and data collection techniques used is library research with secondary data sources consisting of primary, secondary and tertiary legal materials, and analytical methods. The data used is a systematic interpretation method. Based on the results of the study, it is known that PT X Bandung Regency has not changed its company regulations according to the applicable laws and regulations due to the pandemic and the company is currently making a worker assessment system application that is associated with overtime work. And the enforcement of sanctions law at PT X Bandung Regency is not carried out in accordance with Article 187 Paragraph 1 of Law no. 13 of 2003 concerning Manpower. Abstrak. Lapangan pekerjaan hal yang dibutuhkan setiap pekerja untuk memperoleh penghasilan dan pendapatan. Bekerja, kegiatan yang dilakukan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan juga melanjutkan hidup. Maka sudah sepantasnya pekerja mendapatkan upah karena merupakan penghargaan jasa yang sudah diberikan. Upah lembur upah yang diterima pekerja atas pekerjaannya berdasarkan jumlah waktu lembur yang dilakukan. Perbedaan upah dan upah lembur, jika upah imbalan yang diberikan sesuai dengan hasil kerjanya berdasakan perjanjian kerja, sedangkan upah lembur imbalan yang diberikan diluar jam kerjanya dimana jam kerjanya sudah habis namun mereka masih bekerja. Namun saat ini masih banyak perusahaan yang belum menerapkan upah kerja lembur sebagaimana mestinya. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembayaran upah lembur di PT X Kabupaten Bandung berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan jo PP No. 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normative dengan spesifikasi penelitian deskritif analitis, tahap penelitian yang digunakan studi kepustakaan, sumber data dan teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan dengan sumber data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier, serta metode analitis data yang digunakan metode penafsiran sistematis.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa PT X Kabupaten Bandung belum mengubah peraturan perusahaannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku karena adanya pandemi juga perusahaan sedang pembuatan aplikasi sistem penilaian pekerja yang dikaitkan dengan kerja lembur. Dan Penegakan hukum sanksi di PT X Kabupaten Bandung tidak dijalankan sesuai Pasal 187 Ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Pemberian Hak Hak yang Timbul terhadap Pekerja Akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di PT X Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2021 Ranti Amya Qalbia; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.265 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.845

Abstract

Abstract. Workers are part of society whose welfare must be improved through improving workers' rights, especially during this pandemic condition which makes workers' welfare levels decrease.As in the case of termination of employment,workers must receive an amount greater or at least the same amount as regulated by the previous law, namely the Manpower Act. As a means of implementing development, Workers must receive guarantees and fulfill their rights and obligations. Termination of Employment (PHK) is basically a complex problem, both the causal factors and the impact it will cause, because it will be related to the problem of unemployment, crime, and job opportunities along with the increasing number of the workforce. Based on this phenomenon, the problems in this research are formulated as follows (1) How do companies perform layoffs for reasons of efficiency according to Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation in conjunction with Government Regulations (PP) concerning Specific Time Work Agreements, Outsourcing, Working Time and Rest, and Termination? (2) How are the rights that arise for workers due to layoffs carried out by companies according to Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation? Abstrak. Pekerja adalah bagian dari masyarakat yang harus ditingkatkan kesejahterahaan melalui perbaikan hak-hak pekerja apalagi kondisi pandemik ini yang membuat pekerja semakin menurun tingkat kesejahterahaannya. Seperti dalam kasus terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) maka pekerja seharus mendapatkan jumlah yang lebih besar atau minimal sama jumlahnya sebagaimana diatur oleh undang-undang terdahulu yakni Undang-undang Ketenagakerjaan. Sebagai sarana pelaksana pembangunan, Pekerja harus mendapat jaminan dan pemenuhan atas hak serta kewajibannya. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks, baik faktor penyebabnya maupun dampak yang akan ditimbulkannya, karena akan terkait dengan masalah pengganguran, kriminalitas, dan peluang kesempatan kerja seiring dengan laju jumlah angkatan kerja yang semakin meningkat. Berdasarkan fenomena tersebut,maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut (1) Bagaimana perusahaan melakukan PHK karena alasan efisiensi menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja juncto Peraturan Pemerintah (PP) tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja? (2) Bagaimana pelaksanaan hak-hak yang timbul bagi pekerja karena adanya PHK yang dilakukan perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja?
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Wanita Hamil yang Dipekerjakan di Tempat yang Beresiko di PT X Bekasi Ditinjau dari Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Salsabila Aura Putri; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.064 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.846

Abstract

Hubungan kerja tidak selalu berjalan dengan lancar sehingga memungkinkan adanya perselisihan antara pekerja dan perusahaan dalam hal Wanita Hamil. Fenomena yang menarik untuk dibahas terkait wanita hamil dalam penelitian ini, yaitu dilatarbelakangi oleh faktor perusahaan yang menempatkan Wanita hamil di tempat yang beresiko, aturan mengenai Wanita hamil yang diatur dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan Wanita hamil di jadikan alasan untuk dipekerjakan ditempat yang beresiko ditinjau dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan untuk mengatahui Tanggung Jawab Perusahaan di Bekasi dihubungkan dengan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Metode Penelitian ini adalah yuridis normative dengan menggunakan spesifikasi penelitian deskritif analitis. Teknik pengumpulan data ini melalui studik kepustakaan dengan menggunakan sumber data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,sekunder dan tersier. Metode analitis data ini adalah metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum di perusahaan X di bekasi wanita yang sedang hamil diberikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kondisi. Tanggung jawab di perusahaan X tersebut juga tidak maksimal. Dampaknya adalah tingginya kasus bayi meninggal dan keguguran janin akibat tekanan kerja bagi pekerja wanita . The working relationship does not always run smoothly, thus allowing for disputes between workers and the company in terms of pregnant women. An interesting phenomenon to be discussed regarding pregnant women in this study, which is motivated by the company's factors that place pregnant women in risky places, the rules regarding pregnant women which are regulated in Law No. 13 of 2003 concerning Employment. This study aims to find out the reasons for pregnant women to be used as an excuse to be employed in a risky place in terms of Law No. 13 of 2003 concerning Employment and to find out the Company's Responsibilities in Bekasi related to Law No. 13 of 2003 concerning Employment. This research method is normative juridical using descriptive analytical research specifications. This data collection technique is through library research using secondary data sources consisting of primary, secondary and tertiary legal materials. This data analytical method is a qualitative method. Based on the results of the study, it can be concluded that the legal protection at company X in Bekasi is for pregnant women to be given jobs that are not in accordance with the conditions. The responsibility in company X is also not optimal. The impact is the high number of infant deaths and miscarriages due to work pressure for female workers
Hak-Hak Pekerja yang di PHK Akibat Pandemi Covid-19 di PT.X Kota Bandung Ditinjau dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Delfian Januar Ramadhan; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.539 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.853

Abstract

Abstract. The workforce can be said to be the backbone of a company, labor is also often used as a benchmark for the success of a company. With a fairly large role in a company, of course, workers must be guaranteed and protected their rights and obligations. Every year, the event of Termination of Employment (PHK) has become a fairly complicated problem due to the underlying factors and the post-event impact. the layoffs. During the Covid-19 pandemic, many companies used the Covid-19 factor as a justification for taking layoffs for workers. This is reinforced by the issuance of Presidential Decree No. 12 of 2020 concerning the Determination of Corona Virus Disease (Covid-19) Non-Natural Disasters as National Disasters. An interesting phenomenon to discuss is whether the Covid-19 pandemic can be used as a reason for company force majeure in carrying out layoffs and whether the company has fulfilled the rights of post-layoff workers based on a case study at PT. X Bandung City in terms of Law No. 13 of 2003 concerning Manpower and Law No. 11 of 2020 concerning Job Creation. This research method is normative juridical using descriptive analytical research specifications. This data collection technique is through library research using secondary data consisting of primary, secondary, tertiary legal materials. This data analysis method is a systematic interpretation method. Based on the results of the study, it was concluded that the layoff procedure at PT. X Bandung City cannot be categorized as a force majeure event because it is not an act of god and the company must fulfill the rights of post-layoff workers in accordance with Law No. 13 of 2003 concerning Manpower jo. Law No. 11 of 2020 concerning Job CreationAbstrak. Tenaga kerja dapat dikatakan sebagai tulang punggung sebuah perusahaann, tenaga kerja juga kerap dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan sebuah perusahaan. Dengan adanya peran yang cukup besar dalam sebuah perusahaan, tentunya tenaga kerja harus dijamin dan dilindungi hak-hak serta kewajibannya.Pada setiap tahun, peristiwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah menjadi masalah yang cukup rumit dikarenakan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dan dampak pasca peristiwa PHK tersebut. Masa pandemi Covid-19, banyak sekali perusahaan yang menjadikan faktor Covid-19 sebagai suatu alasan pembenar dalam melakukan tindakan PHK terhadap pekerja. Hal tersebut diperkuat dengan terbitnya Keppres No.12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Corona Virus Disease (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional. Fenomena yang menarik untuk dibahas adalah mengenai apakah pandemi Covid-19 dapat dijadikan sebagai alasan force majeur perusahaan dalam melakukan PHK dan apakah perusahaan telah memenuhi hak pekerja pasca PHK berdasarkan studi kasus di PT.X Kota Bandung ditinjau dari Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Metode penelitian ini adalah yuridis normative dengan menggunakan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data ini melalui studi kepustakaan dengan menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, tersier. Metode analisis data ini adalah metode penafsiran sistematis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prosedur PHK di PT.X Kota Bandung tidak dapat dikategorikan sebagai peristiwa force majeur karena bukan sebuah act of god dan perusahaan harus memenuhi hak-hak pekerja pasca PHK sesuai dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Akibat Hukum Ijarah dengan Akad Lisan Ditinjau dari Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Perjanjian Sewa Menyewa Ruko (Rumah Toko) di Kabupaten Sumedang Pandang Muhammad; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.792 KB) | DOI: 10.29313/bcsls.v2i1.948

Abstract

Abstract. Ijarah (rent) is a type of contract to take benefits by way of replacement. So, the essence of the lease is the sale benefits. So leasing is taking the benefits of an object, so in this case the object is not reduced at all, in other words, with the occurrence of a rental event, only the benefits of the object being leased will move. Ruko (shophouse) rental is a contract for taking benefits rights to shophouse bye authorizing the use of land belonging to another party with obligation to pay the rent at a predetermined time at the beginning of the agreement between the two parties this study aims to determine the legal consequences of ijarah with lease agreement / ijarah with an oral contract in terms of Islamic Laaw and the Civil code in Sumedang Regency. The result of thus study conclude that the community in entering into an ijarah/lease agreement, still does not understand because there are still many people who misinterpret how the ijarah is orally and writing. many also do not know how the right and obligation of the parties are in accordance with the applicable regulations in Islamic Law and the Civil Law. Most of the agreement made verbally where in practice in the field the problem that often occurs is a violation of the right and obligations of the parties. And also agreements made orally in terms of proof and work references will have difficulty dealing with violations in the lease agreement has weak legal force Keyword : Agreement , Ijarah , lease Abstrak. Ijarah (Sewa Menyewa) adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi, hakikatnya sewa adalah penjualan manfaat. Maka sewa menyewa adalah pengambilan manfaat sesuatu benda, jadi dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali , dengan perkataan lain dengan terjadinya peristiwa sewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari benda yang disewakan. Sewa menyewa ruko (rumah toko) merupakan akad pengambilan hak manfaat atas ruko. dengan memberi wewenang untuk menggunakan bangunan milik pihak lain dengan kewajiban membayar uang sewa pada waktu yang telah ditentukan diawal perjanjian antar kedua belah pihak. Penelitian i ni bertujuan untuk mengetahui perjanjian sewa menyewa ruko dengan akad lisan ditinjau dari hukum islam dan kitab undang undang hukum perdata dan mengetahui akibat hukum ijarah dengan akad lisan ditinjau dari hukum islam dan kitab undang undang hukum perdata. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat dalam melakukan akad ijarah/sewa menyewa masih tidak paham karena masih banyak dari masyarakat mengartikan bagaimana akad ijarah secara lisan dan tertulis. serta banyak juga tidak mengetahui bagaimana hak dan kewajiban dari para pihak sesuai dengan Hukum islam dan kitab undang undang hukum perdata. akad ijarah di Kabupaten Sumedang masih dibuat secara lisan masalah yang sering terjadi ialah pelanggaran hak dan kewajiban. perjanjian Ijarah dengan akad lisan dalam hal pembuktian maupun pelaksaannya akan mengalami kesulitan menangani pelanggaran yang terjadi. dan memiliki kekuatan hukum yang lemah meskipun diakui secara hukum. Kata Kunci : Perjanjian, Akad Ijarah , Sewa Menyewa
Pengaruh Perkawinan Dini terhadap Kesehatan Mental Anak di Desa Mangunreja Kab. Tasikmalaya Dihubungkan dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Nida Muron Heriandini; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsls.v3i1.4894

Abstract

Abstract. Teenage marriage or at a very young age is now a serious problem. Marriages carried out by adolescents aged 15–19 years are known to be a focus of attention because they will have an impact on both the mother and the baby. Psychologically, the impact of early marriage is that someone who is not old enough or underage can potentially become a trauma. The high number of early marriages and their impact on children's mentality, which is related to the Marriage Law Number 16 of 2019 concerning amendments to Law Number 1 of 1974 concerning Marriage as explained above, shows that the empowerment of law enforcement in marriage law is still low. Youth or childhood is very beautiful it should be filled with positive things, especially education. Based on this, the purpose of this study is to determine legal protection for husbands and wives who engage in early marriage in relation to Law No. 16 of 2019 concerning Amendments to Law No. 1 of 1974 concerning Marriage, efforts to prevent early marriage which causes health problems husband and wife mentality. The research method used is normative juridical, namely an approach based on the main legal basis by examining theories, concepts, legal principles and laws and regulations related to this research with descriptive analytical research specifications and interviews. Sources of primary and secondary legal data based on statutory regulations related to early marriage and to fulfill secondary data, interview sessions with related parties were carried out. Based on the results of this study, it can be interpreted that in Article 9 paragraph 1 it is stated that every child has the right to receive education and teaching in the context of developing his personality and level of intelligence in accordance with his interests and talents. Every child has the right to get protection in an education unit from sexual crimes and violence committed by educators, education staff, fellow students, and/or other parties. Efforts to prevent early marriages are carried out by various parties, not only the KUA but also the Puskesmas, which can work together with the village administration and even with religious leaders. Efforts being made are counseling and youth coaching, providing knowledge to prospective brides about reproductive health, safe sex and improving psychology and emotional maturity. Abstrak. Perkawinan remaja atau di usia yang sangat belia kini menjadi masalah serius, perkawinan yang dilakukan remaja berusia 15–19 tahun diketahui menjadi fokus perhatian karena akan berdampak bagi ibu maupun bayi. Secara psikologis dampak dari perkawinan dini ini adalah seseorang yang masih belum cukup usia atau di bawah umur dapat berpotensi menjadi sebuah trauma. Tingginya angka pernikahan usia dini dan pengaruhnya terhadap mental anak yang dikatikan dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagaimana telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa pemberdayaan law enforcement dalam hukum perkawinan masih rendah, masa muda atau masa anak-anak yang sangat indah itu seharusnya diisi dengan hal-hal yang positip terutama pendidikan. Berdasarkan hal tersebut Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap suami istri yang melakukan perkawinan dini dihubungan dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, upaya agar tidak terjadi perkawinan dini yang menyebabkan terganggunya kesehatan mental suami istri. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normative yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan dasar hukum utama dengan metode menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis dan juga wawancara. Sumber data hukum primer dan sekunder berdasarkan peraturan perundang-undangan berhubungan dengan perikawinan dini dan untuk memenuhi data sekunder maka dilakukan sesi wawancara terhadap pihak terkait. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pada Pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain. Upaya yang untuk mencegah terjadinya perkawinan dini dilakukan oleh berbagai pihak, bukan saja KUA namun juga dilakukan oleh Puskesmas yang dapat bekerja sama dengan pemerintahan desa bahkan dengan tokoh agama. Upaya yang dilakukan adalah penyuluhan dan pembinaan remaja, pemberian bekal ilmu pengetahuan bagi calon pengantin tentang kesehatan reproduksi, seksual yang aman serta memperbaiki kejiwaan dan kematangan emosional.
Penundaan Upah oleh PT. X Kota Bandung Terhadap Pekerja Karena Perusahaan dalam Kondisi Ekuitas Negatif Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Farraz Arsyeila Denanti; Deddy Effendy
Bandung Conference Series: Law Studies Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Law Studies
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsls.v3i1.4902

Abstract

Abstract. In discussing labor, it cannot be denied that there is a discussion about wages. Employees have the definition of everyone who works by receiving wages and other forms of compensation. Law No. 11 of 2020 concerning Job Creation explains in Article 88 paragraph (1) that every worker/laborer has the right to a life that is worthy of humanity. However, in reality, the problem is PT. X delays the wages of his employees. As known PT. X is a State-Owned Enterprise (BUMN) engaged in telecommunications equipment in Bandung. In this study, of course, the aim is to find out the postponement of wages by PT X Kota Bandung against workers and also to find out the legal protection from the government regarding the unilateral delay in wages for workers at PT X Kota Bandung in connection with Government Regulation No. 36 of 2021 concerning Wages jo. Law No. 11 of 2020 Concerning Job Creation. The research method used is normative juridical, namely an approach based on the main legal basis by examining theories, concepts, legal principles and laws and regulations related to this research with descriptive analytical research specifications and interviews. Sources of primary and secondary legal data are based on statutory regulations and books relating to the protection of wage rights and to fulfill secondary data, interview sessions with related parties are carried out. The tertiary legal material in this study relates to delays in wages. The data analysis used is qualitative data analysis. Based on the results of this study it can be concluded that the delay in wages for workers carried out by PT. X Bandung City is not in accordance with the principle of remuneration in Government Regulation no. 36 of 2021 concerning Wages and Law no. 11 of 2020 Concerning Job Creation and Islamic Law. The payment of wages that is postponed by the employer is actually not without reason, but the negative financial condition of the company is the reason for the delay in paying wages for workers. Abstrak. Dalam membahas tenaga kerja tidak dapat dipungkiri adanya pembahasan tentang upah. Pekerja memiliki definisi setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja menjelaskan dalam Pasal 88 ayat (1) bahwa setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Akan tetapi dalam kenyataannya, adapun yang menjadi permasalahan adalah PT. X menunda upah pekerjanya. Sebagaimana diketahui PT. X adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi di Bandung. Dalam penelitian ini tentunya bertujuan untuk mengetahui penundaan upah yang dilakukan PT X Kota Bandung terhadap pekerja dan juga untuk mengetahui perlindungan hukum dari pemerintah mengenai penundaan upah pekerja secara sepihak di PT X Kota Bandung dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan jo. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normative yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan dasar hukum utama dengan metode menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis dan juga wawancara. Sumber data hukum primer dan sekunder berdasarkan peraturan perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan dengan perlindungan hak upah dan untuk memenuhi data sekunder maka dilakukan sesi wawancara terhadap pihak terkait. Bahan hukum tersier dalam penelitian ini berhubungan dengan penundaan upah. Dengan analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penundaan upah terhadap pekerja yang dilakukan oleh PT. X Kota Bandung tidak sesuai dengan prinsip pengupahan pada Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja maupun pada Hukum Islam. Pembayaran upah yang ditunda oleh pihak pengusaha sejatinya bukan tanpa alasan melainkan kondisi keuangan perusahaan yang sudah negatif menjadi alasan tertundanya pembayaran upah bagi para pekerja.