This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Sri Budi Lestari
Unknown Affiliation

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DAN TINGKAT KEDEKATAN FISIK TERHADAP INTIMATE RELATIONSHIP Desy Nurulita; Agus Naryoso; Sri Budi Lestari; Nurriyatul Lailiyah
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.493 KB)

Abstract

Background of this research is caused by the condition in this modern era, when both parents working that makes low intensity of communication in family. Modern society work very hard and have a very little time to gather with family. This is why so many parents don’t have a good phisical proximity even emotional proximity to their children. Whereas communication during adolescence ia a significant challenge for parents. The result shows that intensity of family communication has the effect to intimate relationship which influenced by some factors like frequency and duration of meet, call and send message to their family. Phisical proximity has the effect to intimate relationship which influenced by some factors like frequency of  gather, eat, hang out, doing hobby, holiday, sleep, and pray together with family. And intensity of family communication and phisical proximity has the effect to intimate relationship as many as 33,2%.
MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADI PERMAINAN MODERN BERBASIS TEKNOLOGI (Studi pada anak-anak di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten S Yossie Chrity Thenu; Sri Budi Lestari; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.764 KB)

Abstract

1ABSTRAKJUDUL : MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITANDENGAN PERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADIPERMAINAN MODERN BERBASIS TEKNOLOGI (Studi pada anak-anak di Dukuh Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang)NAMA : YOSSIE CHRISTY THENUNIM : D2C009003Permainan adalah salah satu media komunikasi antarpribadi yang erat kaitannya dengan anak-anak. DiIndonesia, banyak terdapat permainan tradisional yang mengandung nilai positif dan memungkinkan terjadinyakomunikasi antarpribadi yang baik antar pemainnya. Namun, perubahan lingkungan yang terjadi di Dukuh Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang membawa perubahan pula padakebiasaan dan kegemaran anak terhadap permainan. Anak-anak yang semula bermain dengan jenis-jenis permainantradisional, kemudian lebih banyak bermain permainan berbasis teknologi atau permainan gadget. Perbedaan nilaidan aspek komunikasi yang terkandung pada permainan ini tentu saja membawa pengalaman komunikasi yangberbeda pula terhadap pemainnya.Penelitian ini mencoba memahami dan mendeskripsikan pengalaman komunikasi anak berkaitan denganpermainan yang dimainkan dan mendeskripsikan proses perubahan kebiasaan dan kegemaran anak dalam bermainpermainan tradisional menjadi permainan modern berbasis teknologi di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo,Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakanpendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini melibatkan enam orang responden yaitu tiga orang anak dan tigaorang tua anak. Teori Hubungan Antarpribadi dan Teori Efek Media Komputer (The Impact of Computer Media)adalah teori yang digunakan dalam penelitian ini.Studi ini menemukan bahwa anak yang bermain dengan permainan tradisional dan anak yang bermainpermainan modern berbasis teknologi memiliki pengalaman komunikasi yang berbeda yang dilihat melaluikuantitas dan kualitas komunikasi. Permainan modern berbasis teknologi membawa dampak negatif pada perilakuanak saat bermain maupun berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka menunjukan sikap egois,individualistis, kemalasan, kekerasan dan perilaku tidak afiliatif. Selain itu, mereka tidak mampu memeliharakeakraban dengan teman yang ditunjukan dengan rendahnya keinginan mereka untuk menjaga kebersamaan.Waktu yang awalnya banyak digunakan untuk bermain dan berinteraksi dengan teman menjadi semakin berkurangdan digantikan untuk bermain gadget dan aktifitas individu lainnya. Komitmen mereka terhadap pertemanan jugamelemah yang dapat dilihat dari pelanggaran-pelanggaran harapan dan melemahnya keinginan untuk membangunhubungan yang lebih dalam lagi. Sementara itu, permainan tradisional yang mengharuskan keterlibatan orang lainmembuat anak memiliki kesempatan berkomunikasi yang lebih banyak. Anak yang memainkan permainan ini jugatidak menunjukan sikap dan perilaku negatif seperti yang terlihat pada anak yang bermain permainan modernberbasis teknologi dan mampu memelihara keakraban dan komitmen pertemananya.Kata kunci : Penyingkapan diri, permainan berbasis teknologi, anak2ABSTRACTTITLE : UNDERSTANDING CHILDREN'S INTERPERSONAL COMMUNICATION RELATED TOCHILDREN BEHAVIOR CHANGES TO PLAY FROM TRADITIONAL GAMES TOMODERN TECHNOLOGY BASED GAMES (Study for children in Paren Hamlet, SidomulyoVillage, East Unggaran Sub District, Semarang District)NAME : YOSSIE CHRISTY THENUNIM : D2C009003The game is one of interpersonal communication media that is closely related to the children. In Indonesia,there are many traditional games that contain positive values and give a good chance for interpersonalcommunication among the players. However, the environmental change in Paren Hamlet, Sidomulyo Village, EastUnggaran Sub-District, Semarang District bring the change in children's behavior to play game. Children whopreviously played with traditional types of games , then play with modern technology based games or gadget games .Differences in values and communication aspects contained in this game certainly brings different communicationexperience to the players .This research tried to understand and describe the experience of children's interpersonal communicationrelated to the game they played and to describe the process of change in the child's behavior and indulgence fromplaying traditional games to modern technology based games in Paren Hamlet, Village Sidomulyo, UnggaranDistrict East, District Semaran. This study is a qualitative research using phenomenological approach. Subject ofthis study involved six respondents that are three children and three parents. Interpersonal Relations Theory and TheImpact of Computer Media Theory is the theory used in this study.The study found that children who play traditional games and children who play modern technology basedgames have a different experience as seen through the quantity and quality of communication . Modern game -basedtechnologies have a negative impact on the child's behavior during the play and during the communication with thepeople around them. Children indicate negative behavior such as egoistic , individualistic , laziness , violence andnon affiliative behavior . Moreover , they are not able to maintain intimacy with their friends. It indicated by theirlack of desire to keep their togetherness with friends . A lot of time initially used to play and interact with friendsbecome more and more diminished and replaced for playing gadgets and other individual activities. Theircommitment to the friendship also weakened which can be seen from violations of their expectations to each otherand the lack of the desire to build a deeper relationship . Meanwhile , traditional games that require the involvementof other people, make children have a lot of chance to communicate. Child who play this game do not show negativeattitudes and behaviors as seen in children who play modern technology based games and more able to maintainintimacy and friendship commitment.Keywords : self- disclosure , technology based game , children.3MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITAN DENGANPERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADI PERMAINANMODERN BERBASIS TEKNOLOGILatar BelakangPermainan modern berbasis teknologi umumnya berkembang di daerah perkotaan yang tingkat perkembanganekonomi dan teknologinya cukup tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa permainan modern jugamulai dijangkau oleh masyarakat di daerah-daerah sekitar perkotaan, salah satunya Dukuh Paren yang adalahsalah satu dusun di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur yang dijadikan arus keluar masuk tolSemarang-Ungaran. Pembangunan jalan tol ini menyebabkan perubahan lingkungan pada tempat ini yangkemudian berpengaruh pula pada kehidupan masyarakat di tempat ini. Adapun sisi negatif yang muncul dariperubahan lingkungan ini yaitu mulai pudarnya permainan tradisional anak-anak di tempat ini Paren. Perubahan inikhususnya nampak pada maraknya penggunaan laptop, komputer, dan tablet PC sebagai sarana bermain anak ditempat ini. Di Dusun Paren mulai sulit ditemui anak-anak bermain congklak, petak umpet, atau layangan danpermainan tradisional sejenisnya. Hal ini tak lepas juga dari hilangnya lahan tempat bermain anak yang telahdigunakan untuk proyek pelebaran jalan. Kecelakaan yang terjadi di sekitar Dusun Paren juga makin sering terjadikarena jalan kampung yang sempit digunakan untuk keluar masuk kendaraan proyek dan kendaraan pribadi setelahtol tersebut dibuka. Karena keterbatasan lahan bermain dan bahaya lalu lintas ini pula, banyak orang tua yangmenganjurkan anak-anaknya untuk melakukan aktifitas di dalam rumah. Akhirnya, berbagai permainan tradisionalyang awalnya masih sering dimainkan oleh anak-anak di tempat ini berganti dengan permainan modern sepertigame online, Play Station, dll. Pemandangan seperti ini biasanya terjadi di kota-kota besar yang sudah banyaktersentuh teknologi.Maraknya penggunaan gadget sebagai sarana bermain anak tentu saja menyebabkan kekhawatiran bagi eksistensipermainan tradisional anak. Keberadaan permainan modern berbasis tekknologi atau permainan denganmenggunakan gadget ini dapat meniadakan permainan tradisional anak-anak yang menjadi ciri khas bangsaIndonesia. Padahal seperti yang diketahui, permainan tradisional seperti bentengan, congklak, engklek, bekel,rumah-rumahan, masak-masakan, cublak-cublak suweng, petak umpet dan masih banyak lagi yang mengajarkannilai-nilai kepribadian seperti rasa gotong royong, bertanggung jawab, kejujuran, serta belajar menghargai satusama lain. Interaksi dinamis yang berpengaruh positif yang pada kejiwaan itu tak lagi ditemukan pada permainanelektronik. Padahal, usia anak-anak adalah masa yang rentan dimana saatnya awal untuk mengenal lingkungan,danbelajar berinteraksi dengan orang-orang dan teman sebayanya. Permainan tradisioal juga menjadikan anak lebihterlatih berkomunikasi dengan sesama, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kefasihan berbahasayang berpengaruh terhadap kemampuan dan kualitas komunikasi anak. Bertolak belakang dengan itu, permainanmodern berbasis teknologi atau permainan gadget. meskipun ada yang melibatkan lebih dari satu orang dalampermainannya, namun dalam permainan modern tidak terdapat nilai-nilai kelokalan, gotong-royong, dan tolongmenolong.Di dalam prosesnya, permainan modern berbasis teknologi lebih bersifat individual dan komunikasiyang terjadi antar pemainnya lebih terbatas.Perumusan Masalah dan TujuanPerubahan sosial yang terjadi sebagai dampak perubahan lingkungan membawa pengaruh pula pada kegemarananak terhadap permainan. Anak-anak yang semula bermain dengan jenis-jenis permainan tradisional, kemudianbergeser menjadi permainan-permainan berbasis teknologi. Dalam permainan tradisional erat dengan karakteristik4kelokalan, gotong-royong, dan tolong-menolong dan memungkinkan terjadi komunikasi yang baik antarpemainnya. Sementara itu permainan modern berbasis teknologi lekat dengan nilai individual dan kekerasan.Selain itu, komunikasi yang terjadi antar pemainnya lebih terbatas. Hal ini akhirnya dapat menyebabkan perbedaanpengalaman komunikasi anak yang bermain kedua jenis permainan ini yang pada gilirannya membawa kuantitasdan kualitas komunikasi yang berbeda pula.Penelitian ini bertujuan untuk 1). Memahani pengalaman komunikasi antar pribadi anak di Dusun Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang dengan temannya berkaitan denganpermainan yang mereka mainkan dan 2). Mendeskripsikan fenomena pergeseran kegemaran anak terhadappermainan tradisional menjadi permainan modern berbasis teknologi yang terjadi di Dusun Paren, KelurahanSidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.Kerangka Teori dan Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan Teori Hubungan Antarpribadi dan Teori Efek Media Komputer (The Impact ofComputer Media). Teori hubungan interpersonal berasumsi bawa kualitas merupakan hal pokok dalam sebuahhubungan antarpribadi. Kualitas ini dapat dilihat melalui beberapa variabel yaitu: Penyingkapan diri, Keakraban,Afiliasi dan Komitmen, Dominasi, status, dan kekuasaan. Sementara Teori Dampak Media Komputer (The Impactof Computer Media) menyatakan bahwa komputer dan internet membawa dampak negatif pada perilaku manusiaseperti perilaku antisosial (antisocial behaviour), kegelisahan (computer anxiety), dan kecanduan (addiction).Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung di antara dua orang. Miller dan Steinberg(dalam Tubbs dan Moss 2005:11-13) mengemukakan konsep penting mengenai kualitas komunikasi antarpribadi.Yang pertama adalah penyingkapan diri. Adalah memberikan informasi tentang diri sendiri. Banyak sekali yangdapat diungkapkan tentang diri kita, melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakainan, nada suara,dan isyarat nonverbal lainnya. Elemen lain yang tidak kalah penting dalam menilai kualitas komunikasi antarpribadi adalahkeakraban. Hubungan akrab ditandai oleh kebersamaan, kesalingtergantungan, rasa percaya, komitmen , dan salingmemperhatikan. Variabel penting lainnya dalam kualitas hubungan adalah afiliasi dan komitmen. Keinginanberafiliasi dapat dilihat sebagai suatu kontinum dari perilaku amat afiliatif sampai ke perilaku antisosial. Afiliatoryang tinggi akan lebih suka bersama orang lain daripada sendirian, menikmati dan mencari kebersamaan. Karenaperilaku ini tidak memikat bagi orang lain , mereka yang kurang afiliatif biasanya digambarkan sebagai orangorangyang tidak bersahabat atau tidak ramah (Tubbs dan Moss, 2005: 22). Variabel selanjutnya yang penting dalammenilai komunikasi antarpribadi adalah dominasi, status, dan kekuasaan. Seperti keinginan untuk berafiliasi,keinginan untuk mendominasi dapat dibayangkan seperti sebuah kontinum. Ujung pertama adalah orang yangselalu mengendalikan orang lainnya, ujung yang satu lagi adalah orang yang memiliki gaya komunikasi yang amatpengalah. (Tubbs dan Moss, 2005: 25).Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusahamemahami peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.Fenomenologi berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek penelitian sedemikian rupa untuk mengertiapa dan bagaimana pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Teorifenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasikan pengalaman-pengalamanya danmencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. (Littlejohn, 2009: 57).5Deskripsi Tekstural dan StrukturalTemuan penelitian dalam studi fenomenologi dimulai dengan deskripsi pengalaman setiap informan secaratekstural maupun struktural. Deskripsi tekstural dari masing-masing informan dikonstruksikan dari pengalamanyang tampak ketika mereka melakukan komunikasi antarpribadi dalam bermain permainan tradisional danmodern. Dengan ini peneliti dapat mengetahui pengalaman komunikasi antarpribadi masing-masing informanberkaitan dengan permainan yang dimainkannya. Sedangkan deskripsi struktural didapat dari kualitas-kualitasunik tentang pengalaman yang menonjol dari tiap informan. (Raharjo, 2005:135).Deskripsi tekstural dan struktural individu yang terbagi dalam lima subbab sebagai berikut: 1) PengalamanBermain. Sub bab ini menjelaskan tentang kebiasaan bermain anak yang meliputi waktu bermain anak, permainanapa saja yang dimainkan dan perilaku informan berkaitan dengan permainan yang dimainkan. Informan yangmemiliki kegemaran bermain permainan modern berbasis teknologi cenderung memiliki kebiasaan main yanghampir sama. Mereka bersifat individualistis dalam bermain, terlibat konflik dengan teman bermain, lebih seringmelakukan permainan dan aktifitas individual lainnya. Sementara anak yang bermain permainan tradisional lebihsering berinteraksi dengan teman dan mencari kebersamaan.Dalam subbab 2) Penyingkapan diri, dijelaskan tentang keterbukaan informan dalam menceritakan halmengenai dirinya, masalah dan rahasia pribadinya kepada teman, tujuan menyingkapkan diri dan bagaimana caramenyingkapkan diri dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam menyingkapkan diri. Pada saat bermainpermainan modern, anak menyadari bahwa mereka lebih sulit untuk terbuka dengan teman karena terlaluberkonsentrasi dengan permainan. Namun saat bermain permainan tradisional, mereka merasakan suasana nyamandan akrab sehingga mereka lebih mudah untuk menyingkapkan diri satu sama lain. Namun ada beberapa hambatanyang dihadapi saat menyingkapkan diri, yaitu perasaan malu, ketidak percayaan terhadap teman, danketidakterbukaan yang disebabkan oleh konsep diri yang negatif.Pada subbab 3).Keakraban, akan dijelaskan tentang kualitas hubungan yaitu mengenai kebersamaan,kesalingbergantungan, rasa percaya, saling memperhatikan dan komitmen. Tingkat keakraban yang tinggi denganteman terlihat pada anak yang bermain permainan tradisional dibanding dengan anak-anak yang bermainpermainan modern. Anak yang bermain permainan modern lebih sulit untuk mempertahankan kebersamaan dankesalingbergantungan karena sudah terbiasa tidak berinteraksi dengan teman.Dalam subbab 4) Afiliasi dan Komitmen akan dijelaskan mengenai tingkat keinginan anak untukberafiliasi, usaha apa yang dilakukan untuk berafiliasi, dan komitmen terhadap hubungan antarpribadi denganteman. Afiliasi adalah keinginan untuk mencari kebersamaan dengan orang lain. Anak yang bermain permainanmodern tingkat afiliasinya sangat rendah. Keinginan mereka untuk memulai komunikasi sangat rendah. Akhirnyamereka tidak mampu menjaga komitmen pertemanan yang dimiliki. Berbeda dengan anak yang bermainpermainan tradisional. Karena permainan tradisional mengharuskan anak untuk melibatkan orang lain, maka anakmemiliki tingkat afiliasi yang lebih tinggi.Dalam subbab terakhir, 5) Dominasi,Status dan Kekuasaan, akan dijelaskan tentang konsep diri anak,status sosial dan ekonomi informan dibandingkan dengan temannya dan kekuasaan anak atas temannya dalambermain. Dominasi, status dan kekuasaan adalah aspek yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi. Statusmenentukan bagaimana seseorang berkuasa dan mendominasi orang lain. Dalam penelitian ini, setiap informanmemiliki keunikannya sendiri dalam mendominasi permainan. Respon yang ditunjukan saat mereka didominasijuga berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh karakter individu, dan secara tidak langsung juga dipengaruhi olehpermainan yang mereka mainkan. Seorang informan misalnya, lebih memilih bermain sendiri daripada opininyaditolak saat bermain bersama teman-temannya.6Sintesis Makna Tekstural dan StrukuturalPenelitian ini mendeskripsikan pengalaman komunikasi dengan menggunakan teori hubungan interpersonalStewart Tubbs dan Sylvia Moss yang melihat kualitas hubungan melalui beberapa variabel yaitu penyingkapan diri,keakraban, afiliasi dan komitmen, serta dominasi, status dan kekuasaan. Variabel-variabel ini digunakan dalam subbab pada Bab II dan Bab III untuk mendeskripsikan pengalaman komunikasi anak berkaitan dengan permainan yangdimainkan yaitu permainan modern berbasis teknologi dan permainan tradisional.Penyingkapan diri adalah memberikan informasi mengenai diri kita kepada orang lain baik melaluikomunikasi verbal maupun non verbal. Setiap orang memiliki motivasi tersendiri untuk menyingkapkan diri. Padapenelitian ini, motivasi untuk menyingkapkan diri kepada teman adalah untuk mendapatkan solusi dari masalah danmendapatkan dukungan emosional. Namun dalam menyingkapkan diri masih terdapat kendala yaitu ketakutan akandampak buruk informasi yang disampaikan, perasaan maul, dan suasana yang tidak mendukung. Konsep diri yangnegatif juga menjadi penyebab seseorang menjadi tertutup dan menghindar untuk menyingkapkan diri.Kualitas komunikasi juga dapat dilihat melalui keakraban. Keakraban ditandai dengan kebersamaan,kesalingtergantungan, rasa percaya, dan komitmen, dan memberi perhatian. Pada penelitian ini, kebersamaan anakdengan temannya mengalami perubahan yang signifikan. Anak yang awalnya sering melalukan permainan danaktivitas lain bersama-sama menjadi lebih individualis. Selain itu mereka juga tidak memilikikesalingbergantungan lagi dengan temanya. Karena sudah terbiasa melakukan aktivitas yang bersifat individu,mereka akhirnya tidak mengandalkan teman untuk memberi solusi dan dukungan terhadap permasalahan yangmereka alami.Afiliasi dan komitmen juga merupakan kualitas penting dalam sebuah hubungan. Seorang afiliator adalahorang yang menikmati dan mencari kebersamaan. Pada penelitian ini, anak masih menunjukan afiliasi yang rendah.Mereka hanya menikmati kebersamaan tanpa berusaha untuk mencari kebersamaan. Mereka justru cenderung pasifdan lebih sering menunggu teman untuk mengajak bermain. Tingkat afiliasi berhubungan erat dengan komitmen.Orang yang memiliki afiliasi tinggi adalah orang yang ingin menjalin komitmen lebih kuat. Melemahnya komitmenanak pada penelitian ini diindikasikan dengan berkurangnya keinginan anak untuk berafiliasi. Ini menjadi buktibahwa anak tidak memiliki keinginan untuk membina hubungan yang lebih dalam lagi.Dominasi, status, dan kekuasaan juga merupakan konsep penting dalam sebuah hubungan antarpribadi.Status merupakan hal yang berkaitan erat dengan dominasi. Status adalah posisif seseorang dibanding dengan oranglain. Orang yang menganggap statusnya lebih tinggi dari orang lain akan cenderung mendominasi sebuahhubungan. Dominasi apabila tidak diikuti dengan tingkat afiliasi yang tinggi akan membuat seseorang menjadievaluatif terhadap orang lain. Hal ini juga didapati pada penelitian ini. Sikap evaluatif ditandai dengan mengkritikorang lain, menolak, dan bersikeras bahkan menarik diri.KesimpulanDengan melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan enam orang informan, yaitu tiga orang anak dansatu orang tua dari masing-masing anak, maka di dapatkan hasil penelitian sebagai berikut:1. Anak yang memainkan permainan tradisional dan permainan modern berbasis teknologi memilikipengalaman komunikasi yang berbeda dengan temannya. Permainan tradisional memberikan kesempatanberkomunikasi dengan baik antar pemainnya. Permainan ini melibatkan lebih dari satu orang sehinggamengharuskan anak berinteraksi dengan teman atau lawan bermain. Komunikasi juga muncul melaluiperundingan peraturan permainan dan pemberian saran saat bermain. Permainan tradisional jugamemberikan perasaan nyaman dan akrab antar pemainnya sehingga mengurangi perasaan segan untuk7menyingkapkan diri. Sebaliknya, permainan modern berbasis teknologi menawarkan kesempatanberkomunikasi yang sedikit. Karena didisain untuk dimainkan secara individu, permainan ini tidakmenuntut orang lain untuk terlibat secara langsung. Meskipun terjadi diskusi antar pemain dan partisipanatau orang yang menonton jalannya permainan, namun diskusi yang dilakukan lebih mengarah padapermainan yang sedang dimainkan, bukan pada teman yang diajak bicara. Selain itu, karena konsentrasiterarah kepada gadget yang sedang dimainkan, pemain menjadi tidak peka dengan keadaan di sekitarnya.2. Pengalaman komunikasi yang dialami saat anak sedang bermain membentuk perilaku komunikasi anaksehari-hari dengan temannya. Kebiasaan dalam menggunakan gadget sebagai alat bermain membuatkebutuhan anak untuk berinteraksi dan berafiliasi dengan temannya menjadi berkurang sehingga hal inikemudian mengarahkan hubungan antarpribadi pada tahap perusakan.3. Komunikasi antarpribadi yang baik adalah komunikasi yang berkualitas. Buruknya kualitas komunikasianak di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang ditandaidengan hubungan yang tidak akrab. Hal ini dapat dilihat dengan menurunya rasa kebersamaan dan salingmemberi perhatian serta tidak adanya rasa saling bergantung dengan teman. Selain itu, perubahan kualitaskomunikasi anak di tempat ini juga ditandai dengan penyingkapan diri yang rendah dan tidak mendalam.Perubahan kualitas komunikasi antarpribadi juga ditunjukan dengan melemahnya komitmen pertemananyang ditandai dengan pelanggaran-pelanggaran harapan dan melemahnya keinginan untuk membangunhubungan.4. Fenomena pergeseran kegemaran anak terhadap permainan di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo,Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah anak-anak yangmasih memainkan permainan tradisional. Selain karena faktor lingkungan, kesulitan mencari alatpermainan juga menjadi penyebab hilangnya minat anak-anak terhadap permainan tradisional.5. Orang tua anak sudah melakukan pengawasan terhadap anak, baik dalam bermain permainan modernberbasis teknologi maupun permainan tradisional. Hal ini dilakukan melalui pengarahan kepada anak untuklebih berinteraksi dengan teman, pemberian batas waktu dan tempat bermain serta memberi sanksi padaanak apabila batas tersebut dilanggar. Namun anak yang memainkan permainan modern berbasis teknologimemiliki kecenderungan untuk melanggar peraturan bahkan melawan perintah orang tua.DAFTAR PUSTAKABukuC. Ariani . (1998). Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat DaerahIstimewa Yogyakarta. Yogyakarta: DepdikbudDeddy Mulyana. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif;Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu SosialLainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)Devito, Joseph A. (1997). Komunkasi Antar Manusia (Edisi Kelima). Jakarta: Profesional BooksEko A Meinarno, Bambang Widianto, Rika Halida. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta:Salemba HumanikaJalaluddin Rackhmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja RosdakaryaJ. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. (2004). Sosiologi-Teks dan Terapan. Jakarta: Prenada Media8Littlejohn, Stephen W. (2009). Teori Komunikasi (Edisi 9). Jakarta: Salemba HumanikaMoleong, Lexy J .(2007). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: RosdakaryaMoreale, Sherwyn P. dkk . (2004). Introduction to Human Communiction. Belmont: Thomson WadsworthSoerjono Soekanto. (2012). Sosiologi - Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo PersadaStraubhaar, Joseph D dan Robert LaRose .(2000). Media Now:Understanding Media, Culture, and Technology(Fifth Edition). Belmont: Thomson WadsworthTubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. (2005). Human Communication (Buku kedua). Bandung: PT.RemajaRosdakaryaTurnomo Rahardjo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka PelajarWest, Richard dan lynn H. Turner. (2008) Pengantar Teori Komunikasi-Analisis dan Aplikasi (Buku 2). Jakarta:Salemba HumanikaJurnalAnawati, Yunitavia Sri. (2006). Kajian Fenomena Urbanisme pada Masyarakat Kota Ungaran, KabupatenSemarang . eprint.undip.ac.idFitria Susanti, Siswati, dan Prasetyo Budi Widodo (2010). Pengaruh Permainan Tradisional terhadap KompetensiInterpersonal dengan Teman Sebaya Pada Siswa Sekolah Dasar. eprint.undip.ac.idMuhammad Ziad Ananta. (2011). Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern. repository.usu.ac.idNovi Kurnia (2005). Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi terhadap Teori KomunikasiSeriati, Ni Nyoman dan Nur Hayati. (2008). Permainan Tradisional Jawa Gerak dan Lagu Untuk MenstimulasiKeterampilan Sosial Anak Usia Dini Diakses 28/10/2012Jurnal Gambaran mengenai kreativitas pada siswa yang bermain video game di SMP Negeri 7 Medan”repository.usu.ac.idInternetwww.republika.co.id (Minggu, 06 Mei 2012) Permainan Moderen Berpotensi Buruk Bagi Anak . Diakses: Pukul11.30www.beritasatu.com (Senin, 23 Juli 2012) Hilangnya Permainan Tradisional Anak Dikhawatirkan TumbuhkanSikap Malas dan Individual Diakses 08/12/12 pukul 13.50http://afkareem.smam1gresik.sch.id. Homo Ludens. Diakses 28/10/2012
Resepsi Pemirsa Tentang Diskriminasi Gender dalam Tayangan Kakek-Kakek Narsis di Trans TV Angga Widhi Saputro; Sunarto Sunarto; Sri Budi Lestari
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.048 KB)

Abstract

ABSTRAKSINama : Angga Widhi SaputroNIM : D2C007006Judul : Resepsi Pemirsa Tentang Diskriminasi Gender dalam Tayangan Kakek-KakekNarsis di Trans TVPenelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bentuk diskriminasi gender yang ada di media.Hal ini tidak terlepas dari adanya budaya patriarki yang ada di balik produksi teks danwacana yang ada dalam media. Media kerap menampilkan perempuan sebagai objek seks danlaki-laki sebagai subjeknya. Tayangan talk show bernama Kakek-Kakek Narsis diduga turutmempengaruhi dalam menampilkan perempuan yang hanya sebagai objek dari laki-lakidengan mengeksploitasi seksualitas yang dimilikinya.Penelitian ini menggunakan analisis resepsi penonton perempuan yang menyaksikantayangan Kakek-Kakek Narsis terhadap bentuk diskriminasi yang muncul, sebagai suatubentuk perlawanan terhadap kekuasaan laki-laki dimedia. Pada penelitian ini menggunakanteori pemaknaan Stuart Hall dengan model encoding-decoding untuk menganalisisresepsinya. Sedangkan teori utamanya yakni menggunakan teori Feminisme Radikal, jugadigunakan teori Standpoint sebagai pendukung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan metode wawancara mendalam. Subyeknya adalah para perempuan yang menyaksikantayangan Kakek-Kakek Narsis berkalangan menengah keatas.Hasil penelitian menunjukan, para pemirsa meresepsi ke dalam tiga tipe pemaknaanyang diantaranya yaitu dominan, negosiasi dan oposisi. Informan yang berada dalam posisidominan, memaknai sama seperti yang ditawarkan oleh media bahwa tindakan atau tayangandalam acara Kakek-Kakek Narsis tidak menampilkan bentuk-bentuk diskriminasimenganggap bahwa adegan yang dilakukan perempuan dalam tayangan ini adalah sikapprofesionalisme dalam bekerja. Sedangkan informan yang berada pada posisi negosiasimenyatakan, pengarahan seksualitas perempuan dalam tayangan ini adalah sebagai daya tarikacara. Namun, mereka juga menyebutkan bahwa perempuan juga mengalami tindakdiskriminasi seperti colekan, pelukan, kritikan fisik, dan penindasan oleh presenter laki-laki.Sementara bagi mereka yang masuk dalam posisi oposisi menjelaskan bahwa, semua yangditayangkan dalam acara Kakek-Kakek Narsis adalah merupakan bentuk diskriminasi danpenindasan terhadap kaum perempuan. Hasil penelitian ini telah memperkuat tentangpenyebaran ideologi patriarki yang dilakukan pihak pengelola melalui media massa yaknitelevisi sebagai alat kekuasaan (laki-laki) dalam mempertahankan status quo-nya dalambudaya patrirki di Indonesia.Keywords : talk show, diskriminasi, penindasan, patriarkiABSTRACTName : Angga Widhi SaputroNIM : D2C007006Title : Audience Reception of Gender Discrimination in Program Kakek-Kakek Narsis inTrans TVThis research based on many forms of gender discrimination in the media. It is not spite ofpatriarchal culture that is behind the production of text and discourse in the media. The mediaoften show women as sex objects and men as subjects. Programs talk show called Kakek-Kakek Narsis alleged also affect in presenting women as the object of male by exploiting itssexuality. This research used analysis reception that appears, as a form of resistance to malepower in the media.On this research using the theory of the meaning of Stuart Hall encoding-decodingmodel to analyze the reception. Whereas main theory which uses the theory of RadicalFeminism, Standpoint theory is also used as a support. This research use method a qualitativein-depth interviews. The subject is the women who watch the show Kakek-Kakek Narsismiddle class and above.The results showed, the audience make reception to the three types interpretationamong the dominant, negotiation and opposition. Informants who are in a dominant position,interpret the same as that offered by the media that the actions or impressions in the showKakek-Kakek Narsis did not show other forms of discrimination, assume that women doscenes in this show is the attitude of professionalism in work. Whereas informants who are ina position negotiating states, directing female sexuality in this show is as an attraction event.However, they also said that women also experience discrimination such as pokes, hugs,physical criticism, and oppression by the male presenter. While for those who are in theposition opposition of explaining that, all of which shown on the show Kakek-Kakek Narsiswas a form of discrimination and oppression of women. The results of this research hasstrengthened deployment of a patriarchal ideology that made the manager through the mediaof television as a tool of power (men) in maintaining the status quo in patriarchy culture inIndonesia.Keywords : talk show, discrimination, suppression, patriarchyPENDAHULUANDewasa ini bentuk-bentuk diskriminasi gender marak sekali bermunculan baik dilingkungansekitar maupun dalam dunia pertelevisian entah itu dalam bentuk verbal atau non verbal.Kondisi ini cukup mencemaskan yang mana kebanyakan diskriminasi tersebut ditujukan olehkalangan perempuan. Sangat memperhatinkan memang, ditengah-tengah masyarakat yangharusnya sudah „modern‟, secara prinsip rasionalitas, demokrasi, dan humanisme yang manajika dipandang melalui teori dapat mengurangi tindak diskriminasi, justru budaya tersebutkian menjamur di kehidupan masyarakat. Sangat jelas, akhir-akhir ini berita mengenaiketidakadilan, pelecehan seksual, dan lain-lain dirasakan betul oleh kaum perempuan.Bahkan media elektronik menggunakan wanita untuk kepentingan bisnis semata denganhanya menonjolkan kemolekan tubuhnya yang dijadikan „mesin‟ dalam meraup keuntungan.Dalam dunia pekerjaan misalnya, dimana sebagian besar lowongan kerja profesiakuntan menginginkan dilakukan oleh perempuan karena dianggap lebih teliti dan ulet, dilainpihak kesempatan untuk menggunakan wewenang ternyata lebih kecil. Sebelum ditentukansebagai pegawai pun ada syarat-syarat atau perjanjian bahwa yang bersangkutan tidak bolehmenikah selama satu tahun. Karena umumnya perempuan pasca menikah akan hamil dankemudian mengambil cuti panjang dengan kontribusi sebagai pegawai yang belum maksimalmenambah kerugian bagi perusahaan.Masih ingat tentunya kasus Rumah Sakit Mitra Internasional yang memecat tigakaryawatinya karena bersikeras memakai jilbab sesuai syariat, yaitu menutup sampai dada.Hal ini mengundang tanya, adakah yang salah bila mengunakan jilbab saat bekerja? bentukbentukdiskriminasi semacam ini membatasi perempuan dalam mencari pekerjaan yang cocokdengan karakternya. Berbeda dengan kasus pemecatan di Rumah Sakit Mitra Internasional,perempuan di Aceh bahkan diwajibkan untuk selalu berkerudung. Ada sanksi tegas bilakedapatan keluar rumah tidak berkerudung. Sanksi itu bisa teguran bahkan hukum cambukbila keluar rumah dengan berpenampilan terbuka (pakaian ketat, seksi, memakai rok mini).Menurut Gubernur Aceh Irwandi, menyebutkan bahwa wajib jilbab bagi perempuan sudahmenjadi hukum positif dan bukan lagi syariat agama. Apabila ada pihak-pihak yangmengkritisi tentang kebijakan tersebut mau tidak mau sudah bersentuhan dengan agama.Sementara dalam Konstitusi, Pasal 28 I (2) UUD 1945 menyatakan bahwa, “Setiaporang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhakmendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Hal iniberarti bahwa secara filosofis, Indonesia menjamin dan melindungi tiap warga negaranya darisikap atau tindakan diskriminatif tanpa membeda-bedakan status sosial, ras, suku, budaya,agama, maupun jenis kelamin. Karena tindakan diskriminatif yang menyebabkan penguasaandan dominasi terhadap salah satu kelompok warga tertentu merupakan sikap yang tidakberperikemanusiaan dan berperikeadilan, sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD1945, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai denganperikemanusiaan dan perikeadilan”.Kondisi ini telah menjalur kedalam industri pertelevisian dimana banyak sejumlahprogram acara yang menayangkan adegan-adegan berbau diskriminasi. Hal ini juga bertolakbelakang dengan pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasiterhadap wanita UU nomor 7 tahun 1984, kemudian juga tentang Undang-Undang PenyiaranPasal 36 nomor 6 tahun 2002 yang menyatakan bahwa, “Isi siaran dilarang memperolok,melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia indonesia, ataumerusak hubungan internasional”.Pada media elektronik sendiri keberadaan diskriminasi telah mewarnai tayanganpertelevisian di Indonesia. Kenyataan ini tampak pada program acara yang kerap kalimenggunakan perempuan sebagai objek seksualitas. Peran perempuan hanya sekedar sebagaifigura belaka, dengan menonjolkan sisi sensualitas. Terbukti dalam acara Talk Show diIndonesia yang kebanyakan memposisikan wanita sebagai bahan yang ditindas. Contoh TalkShow semacam ini adalah acara Empat Mata yang sekarang berubah menjadi Bukan EmpatMata, dalam acara yang dipandu oleh Tukul Arwana itu memperlihatkan bagaimana seorangVega yang juga host dalam acara itu selalu tampil seksi dengan pakaian ketatnya. Kemudianpelecehan terhadap sosok Susi yang juga tidak lain istri dari Tukul sendiri yang mana kerapkali sengaja atau tidak sengaja dihina dan ditertawakan.Semua adalah pernyataan tentang gender, dan didalam perundangan pun secara sahmelarang adanya bentuk diskriminasi gender, menurut aturan yang berlaku mengenaidiskriminasi terhadap perempuan yang juga telah disahkan oleh Undang-Undang no. 7 Tahun1984, yaitu disitu disebutkan “Setiap pembedaan, pengabaian, atau pembatasan yangdilakukan atas dasar jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan,mempengaruhi atau bertujuan mengurangi ataupun meniadakan pengakuan, penikmatanatau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok dibidang politik,ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apa pun lainya kaum perempuan terlepas dari statusperkawinan mereka, atas dasar kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.”Semakin tinggi rating sebuah program acara, maka semakin banyak keuntungan iklanyang didapat. Menyadari hal itu penyelenggara televisi berlomba untuk memperolehsebanyak mungkin keuntungan dari penghasilan iklan, dengan menyajikan tontonan yangmenarik banyak publik. Namun yang disesalkan adalah para pengelola televisimengesampingkan dampak yang terjadi di masyarakat. Masyarakat yang heterogen terdiridari berbagai macam warna dan budaya, hal semacam ini yang perlu diperhatikan oleh parapengelola televisi untuk lebih mencermati program yang tidak bertentangan dengan norma,etika, hukum dan dampak negatif yang ditimbulkanya. Melihat fenomena tersebut penulisberusaha mengangkat kedalam sebuah penelitian yang mana program acara Kakek-KakekNarsis yang begitu banyak dinanti dan dinikmati orang namun disatusisi banyak jugakritikan-kritikan yang masuk mengenai tayangan tersebut. Hal ini yang ingin penulismencoba teliti dalam penelitian ini.Secara empirik banyak sekali masalah gender yang dijumpai lingkungan masyarakatdan media. Kakek-Kakek Narsis adalah bukti nyata bagaimana diskriminasi merambahkedalam suatu program acara yang disaksikan oleh khalayak luas. Hal ini sangat disayangkanmenginggat dalam Undang-Undang pun melarang adanya bentuk-bentuk diskriminasisemacam ini. Didalam lembaga penyiaran secara jelas tertulis bahwa penyiaran melarangmuatan yang memperolok, merendahkan, melecehkan, dan atau mengabaikan martabatmanusia. Disatusisi tayangan ini dikritik namun disisi lain tayangan ini begitu dinantikan. Halini terbukti pada adanya komentar media sosial Kakek-Kakek Narsis Trans TV (Facebook)bahwa kebanyakan dari mereka menanggapi dan mengikuti acara tersebut hingga requestbintang tamu kesayangaannya dituntut untuk hadir dalam memeriahkan acara tersebut.Pertanyaan lain yang timbul disini adalah sudah tahu tayangan ini mendapat kritik danteguran tetapi kenapa masih banyak yang menonton? Dan apakah penonton menerima bahwaobjektifitas seksual yang dilakukan laki-laki dalam tayangan Kakek-Kakek Narsis adalahsuatu hal yang wajar dan menghibur ataukah sebaliknya?Beranekaragamnya kebudayaan dari suatu daerah membentuk persepsi yang berbedapula mengenai pemaknaan suatu makna. Sebenarnya bagaimana proses pemaknaan yangdilakukan khalayak dengan latar belakang yang berbeda mengenai diskriminasi gender dalamtayangan Kakek-Kakek Narsis di Trans TV? Seperti apa resepsi yang ditangkap penonton?Apakah hal yang disajikan oleh laki-laki (produsen, host, crew, kamera-man) sebagaimanamakna dominan dapat diterima oleh kaum perempuan, setujukah perempuan dengan keadaanyang menggambarkan seperti itu. Makna dari sebuah teks televisi, semuanya akan kembalipada khalayak sendiri. Khalayak bebas menentukan keputusan apa yang mereka pilih setelahmenyaksikan acara tersebut.PEMBAHASANPerkembangan identitas gender sangat erat kaitanya dengan aspek biologis, sehingga hal inimerupakan bagian yang esensial dari konsep diri individu. Konsep kesetaraan gendermerupakan suatu konsep yang rumit dan mengundang kontroversi. Apa yang dimaksuddengan kesetaraan antara perempuan dengan laki-laki. Kesetaraan gender dapat juga berartiadanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan sertahak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik,hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional, sertakesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Kesetaraan gender ditandai dengan tidakadanya diskriminasi gender antara perempuan dan laki-laki dalam segala akses. Laki-laki danperempuan memiliki akses berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakansumber daya dan memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan.Bahasa merupakan sistem dari representasi yang diperlukan dalam seluruh prosespengkonstruksian makna. Penyebaraan pemetaan konseptual diterjemahkan dalam bahasaumum sehingga bisa menghubungkan konsep ide dengan kata dan tulisan tertentu, citra(image) suara atau visual. pemahamaan umum yang dipakai seperti kata-kata, suara atauimage yang mengandung makna atau yang disebut dengan simbol. Simbol-simbol yangmengandung makna digunakan untuk merepresentikan konsep. Hubungan antar simbol satudengan yang lainya dibawa dalam pikiran kita dan bersamaanya membuat sistem pemaknaandalam suatu kultur. Citra suara, kata-kata, image, atau objek yang berfungsi sebagai simboldan diorganisasikan bersama simbol lainya dalam sebuah sistem yang mampu membawa danmengekspresikan makna, pada intinya adalah bahasa. Bahasa tidak terbatas pada verbal (katakata,tuturan, dan tulisan), tetapi juga imajinasi visual, bahasa tubuh, dan ekspresi muka(Hall, 1997 : 8).Televisi memang memainkan peran langsung dalam penetrasi kebudayaan oleh sistemmakna dari lain tempat, tapi ia tidak menghapus konsepsi-konsepsi lokal. Proses ini lebihbaik dipahami sebagai penumpukan makna-makna lokal oleh berbagai definisi alternatif,yang membuat keduanya menjadi relatif serta menciptakan pemahaman baru akan abiguitasdan ketidakpastian. Dalam Barker (2005: 360) dijelaskan, bahwa televisi menjadi sumberbagi pembentukan identitas kultural, dan pemirsa juga menggunakan identitas dankompetensi kultural mereka untuk mendekode program dengan cara khas masing-masing.Seiring dengan mengglobalnya televisi, perannya dalam pembentukan identitas-identitas etnisdan nasional menjadi semakin pentingPenulis dalam hal ini memilih paradigma kritis untuk mendasari penelitian inidikarenakan adanya persoalan gender (feminisme) yang kental akan penindasan danketidakadilan dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari yang ditujukan kaum perempuanoleh kaum laki-laki. Tradisi kritis cenderung memandang komunikasi sebagai suatu “socialarrangement of power and oppression”. Artinya didalam kebanyakan realitas sosial yangada, komunikasi lebih didominasi oleh kalangan yang lebih kuat yang bermaksud hendakmenindas yang lemah sementara pihak yang lemah ingin melakukan perlawanan (Parwito,2007: 26). Dalam aliran kritis, dunia positivisme dan empirisme ilmu sosial, struktur memangtidak adil. Karena ilmu sosial yang bertindak tidak memihak, netral, objektif serta harusmempunyai jarak, merupakan suatu sikap ketidakadilan tersendiri, atau bisa dikatakanmelanggengkan ketidakadilan (status quo). Oleh karenanya, paradigma ini menolak bentukobjektivitas dan netralitas dari ilmu sosial. Paradigma mengharuskan adanya bentuksubjektifitas, keberpihakan pada nilai-nilai kepentingan politik dan ekonomi golongantertentu, terutama kaum lemah, golongan yang tertindas dan kelompok minoritas, dimanakeberpihakan ini merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap manusia.Pada teori Stuart Hall yakni Reception Theory mengatakan bahwa makna yangdimaksudkan dan diartikan dalam sebuah pesan bisa terdapat perbedaan. Kode yangdigunakan atau yang disandi (encode) dan yang disandi balik (decode) tidak selamanyaberbentuk simetris. Derajat simetris dalam teori ini dimaksudkan sebagai derajat pemahamanserta kesalahpahaman dalam pertukaran pesan dalam proses komunikasi – tergantung padarelasi ekuivalen (simetri atau tidak) yang terbentuk diantara encoder dan decoder. Selain ituposisi encoder dan decoder, jika dipersonifikasikan menjadi pembuat pesan dan penerimapesan. Ketika khalayak menyandi balik (decoding) dalam suatu komunikasi, maka terdapatposisi hipotekal, yakni : (1) Dominant-Hegemonic Positian, (2) Negotiated Position, (3)Oppositional Position.Reception Analysis merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencobamengkaji secara mendalam proses aktual dimana wacana media diasimilasikan melaluipraktek wacana dan budaya khalayaknya. David Morley pada tahun 1980 mempublikasikanStudi of the Nationawide Audience kemudian dikenal sebagai pakar analisis resepsi secaramendalam. Dalam tulisanya yang dimuat dalam Cultural Transformation : The Politics ofResistence (183, dalam Marris dan Tornham 1999: 474,475). Morley merujuk pada penelitianHall, mengemukakan tiga posisi hipotesis didalam pembaca teks (program acara) yaitu;1. Dominant (atau hegemonic) reading, pembaca sejalan dengan kode-kode program(yang didalamnya terkandung nilai-nilai, sikap, keyakinan dan asumsi) dan secarapenuh menerima makna yang disodorkan dan dikehendaki oleh sipembuat program.2. Negotiated reading, pembaca dalam batas-batas tertentu sejalan dengan kode-kodeprogram dan pada dasarnya menerima makna yang disodorkan oleh sipembuatprogram namun memodifikasikanya sedemikian rupa sehingga mencerminkan posisidan minat-minat pribadinya.3. Oppositional (counter hegemonic) reading, pembaca tidak sejalan dengan kode-kodeprogram dan menolak makna atau pembacaan yang disodorkan, dan kemudianmenentukan frame alternatif sendiri didalam menginterpretasikan pesan atau program.Kerangka Reception Theory pada penelitian ini akan digunakan peneliti untukmemahami dan melihat bagaimana khalayak memaknai pesan yang dikomunikasikan denganpendekatan mendalam. Mengacu pada teori tersebut, peneliti mencoba mendiskripsikan halhalyang terkait dengan proses pemaknaan informan terhadap pesan dalam tayangan Kakek-Kakek Narsis.Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadapkhalayak sesungguhnya menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagaiagen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan maknadari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifatterbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak. Maknasebuah teks pada dasarnya bersifat polisemi dan terbuka sehingga memungkinkan khalayakuntuk memahami dan menginterpretasikan pesan secara berbeda. Analisis resepsi berupayamenganalisisnya dengan apa yang ada ataupun sesuatu yang tersembunyi dibalik penuturanpenuturanaudience tersebut.Dengan menggunakan analisis resepsi, selain mendapat makna atas pemahaman daninterpretasi teks media, juga mendapat penjelasan mengenai :1. Alasan mengapa terjadi perbedaan interpretasi dalam diri pembaca2. Alasan mengapa para pembaca dapat membaca teks yang sama secara berbeda3. Faktor-faktor kontekstual yang memungkinkan perbedaan pembacaan4. Cara teks-teks kebudayaan dimaknai oleh audiens, dan pengaruhnya dalam keseharianmereka.Beberapa teori dalam penelitian ini sangat relevan dalam menaggapi permasalahanyang ada dalam program acara Kakek-Kakek Narsis. Feminisme radikal berpendapat bahwa,ketidakadilan gender bersumber pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan itusendiri. Perbedaan biologis ini terkait dengan peran kehamilan dan keibuan yang selaludiperankan oleh perempuan. Semua ini hanya termanifestasi dalam institusi keluarga, dimanabegitu seseorang menikah dengan laki-laki, maka perbedaan biologis ini akan melahirkanperan-peran gender yang erat kaitanya dengan masalah biologis. Karenanya, para feminisradikal sering menyerang keberadaan institusi keluarga dan sistem patriarki. Keluargadianggap sebagai institusi yang melahirkan dominasi laki-laki, sehingga perempuan ditindas.Feminisme radikal memandang pornografi sebagai bentuk subordinasi, karena menganggappornografi tidak lebih dari propaganda patriarkal mengenai peran perempuan yangseharusnya sebagai pembantu, penolong, perawat, dan mainan laki-laki. Sementara laki-lakiada untuk dirinya sendiri, perempuan ada untuk laki-laki. Laki-laki subjek, perempuan objek(Tong, 2006 : 98).Feminisme radikal pada dasarnya mempunyai 3 pokok pikiran sebagai berikut :1. Bahwa perempuan mengalami penindasan, dan yang menindas adalah laki-laki.Kekuasaan laki-laki ini harus dikenali dan dimengerti, dan tidak boleh direduksimenjadi kekuasaan kapitalis, misalnya.2. Bahwa perbedaan gender yang sering disebut maskulin dan feminim sepenuhnyaadalah konstruksi sosial atau diciptakan oleh masyarakat, sebenarnya tidak atas dasarperbedaan alami perempuan dan laki-laki. Maka yang perlu adalah penghapusanperan perempuan dan laki-laki yang diciptakan oleh masyarakat di atas tadi.3. Bahwa penindasan oleh laki-laki adalah yang paling utama dari seluruh bentukpenindasan lainya, dimana hal ini menjadi suatu pola penindasan.KESIMPULANBerdasarkan analisis dan pembahasan terkait resepsi pemirsa tentang diskriminasi genderdalam tayangan Kakek-Kakek Narsis, ditemukan 3 pemaknaan yang berbeda dari informandalam memaknai teks. Khalayak yang berada dalam posisi dominan, yakni memaknai samaseperti yang ditawarkan oleh media bahwa tindakan atau tayangan dalam acara ini tidakmenampilkan bentuk-bentuk diskriminasi menganggap bahwa adegan yang dilakukanperempuan disini adalah profesionalisme dalam bekerja, jadi sebagai tuntutan pekerjaanselama itu dibayar tidak menjadi masalah. Bahkan sosok wanita seksi dalam tayangan inidigunakan sebagai penarik minat pemirsa untuk menonton serta punya daya jual yang tinggi.Khalayak yang berada dalam posisi negosiasi menganggap bahwa pengarahan seksualitasperempuan dalam tayangan ini adalah sebagai daya tarik masyarakat untuk menonton acaraini, namun mereka juga menyatakan bahwa para perempuan yakni nanny dan bintang tamujuga mengalami tindak diskriminasi. Sedangkan khalayak yang berada dalam posisi oposisimenyatakan, semua yang ditayangkan dalam acara Kakek-Kakek Narsis adalah merupakanbentuk diskriminasi dan penindasan terhadap kaum perempuan. Hasil penelitian ini telahmemperkuat tentang penyebaran ideologi patriarki yang dilakukan pihak pengelola melaluimedia massa yakni televisi sebagai alat kekuasaan (laki-laki) dalam mempertahankan statusquo-nya dalam budaya patrirki di Indonesia.Dalam menanggapi penelitian ini resepsi audience tidak pernah menjadi pihak pasifdalam membaca sebuah teks kebudayaan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa seksualitasdiilustrasikan audience sebagai bentuk pengarahan, pengaturan dan pengekspresianperempuan sebagai bentuk hiburan dalam media. Faktor pendidikan dan budayamempengaruhi keaktifan audience dalam memproduksi makna, ketika menyaksikan sesamaperempuan yang dilecehkan seksualitasnya oleh media membuat mereka berempati, merasamenjadi bagian sesama perempuan yang dilecehkan. Feedback yang diberikan audiencedalam memaknai kontruksi media memberikan jawaban bahwa audience tidak serta mertamenerima apa yang ditontonnya, melainkan memprosesnya yang kemudian disesuaikandengan pengalaman hidup, faktor lingkungan dan pendidikan.Kepada pihak pengelola media disarankan untuk perlu memperhatikan manfaat apayang dapat diberikan kepada masyarakat dalam menayangkan sebuah program acara. Tidakhanya dapat menghibur namun mampu setidaknya memberikan manfaat baik berupa hiburanmaupun dari sisi pendidikan. Dengan begitu diharapkan dalam masa mendatang bentukbentukacara televisi semakin variatif dan berkualitas tidak monoton dan hanya sekedar ikutikutanseperti yang diperlihatkan sekarang. Karena sebenarnya untuk mencapai rating tinggiadalah dengan melihat suatu program acara dapat bertahan lama dan dicintai penontonyakarena mutu dan konsep acara yang menarik, bukan eksploitasi ataupun penindasan terhadappihak tertentu. Adanya faktor pendidikan ini maka diharapkan menjadi kesadaran penontonuntuk dapat meningkatkan kemampuan membaca teks yang baik dan dapat mengambilkeputusan untuk menyikapi tayangan bernuansa gender semacam ini secara lebih dewasa.Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam hal ini harus turun tangan menindak lanjutiprogram tayangan yang mengedepankan unsur gender dan diskriminasi semacam ini. Karenadalam Undang-Undang pun menyebutkan bahwa segala macam bentuk penindasan dandiskriminasi harus segera dihapuskan seperti yang terdapat pada pasal 28 (I) 2 UUD 1945.KPI harus menyiapkan sistem regulasi yang efektif dan memberikan tidakan tegas terhadaptayangan-tayangan yang tidak sesuai dan menonjolkan ketimpangan gender akibatketidakadilan yang ditujukan oleh perempuan baik dalam sikap maupun peran.Menarik atau tidaknya suatu program acara bukanlah dilihat dari artis atau bagaimanacara berpakaiannya, namun melihat secara keseluruhan inti dari konsep acara yang disajikan,bagaimana manfaat dan unsur pendidikan yang bisa diambil setelah melihat tayangan ini.Melalui tayangan Kakek-Kakek Narsis menjadikan pelajaran bagi pengelola lain agar bisamembuat acara yang lebih baik lagi dengan tidak memandang keberadaan gender dandiskriminasi di media, dan untuk masyarakat diharapkan untuk lebih cerdas lagi dalammemaknai isi teks media.DAFTAR PUSTAKAA.MacKinnon, Catharine. (1987). Feminism Unmodified. Havard University Press, USA :Ninth Printing.Agger, Ben. (2003). Teori Sosial Kritis.Yogyakarta : Kreasi Wacana.Alcoff (1989). Reposting Feminism and Education : Perspectives on Educating for SocialChange. London : Greenwood.Arief Budiman. (1982). Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta : Gramedia.Barker, C. (2005). Culture Stadies Teori dan Praktik. London : Sage Publications.Berger, C.R. and S.H., Chaffe. (1983). Handbook Communication Science. Beverly Hills :Sage Publications.Basow, Susan A. (1992). Gender Stereotypes and Roles. USA : Brooks/Cole PublishingCompany.Cott, Nancy F. (1987). The Grounding of Modern Feminism. Yale University Press.New Haven.Creswell. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among FiveTradition. London : Sage Publictions.Croteau, David and William Hoynes (2007). Media/Society. Pine Forge Press, USA :Thousand Oaks.Effendy. O.U. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra AdityaBakti.Fiske, John. (1987). Television Culture. London : Routledge.Fiske, J. (2004). Culture and Communication Studies. Yogyakarta : Routledge.Grant, A.E. & Wilkinson, J.S. (2009). Understanding Media Convergence : The State of theField. NY : Oxford University press (9).Griffin, EM. (2006). A first Look At Communication Theory, 6th Edition, New York :McGraw-Hill, inc.Grossberg, Lawrence, Carly Nelsen, dan Paula A. Treicher. (1992). Culture Stadies.New York, London : Routledge.Guba. Egon (ed.). (1990). The Paradigm Dialog. London : Sage Publications.Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representasions and Signifying Practices. BaverleyHills : Sage Publications.Harris, Marvin. (1968). The Rise of Anthropological Theory. New York : Thomas Y.Cromwell Company.Jackson, Stevi dan Jackie Jones. (2009). Teori-Teori Feminis Kontemporer. Yogyakarta :Jalasutra.Jensen, Klaus, Bruhn & Jankowski, Nicholas W. (2003). A Handbook of QualitativeMethodologies for Mass Communication Research. London : Routledge.Junaedi, F. (2007). Komunikasi Massa (Pengantar Teoritis). Yogyakarta : Santusta.Kasiyan. (2006). Bias Gender Dalam Iklan Televisi. Media Pressindo.Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta :Ombak.Khun, Thomas. (1970). The Structure of Scientific Revolution (cetakan ke-2) Chicago :Chicago University Press.Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. (2008). Theories of Human Communication, USA :The Thomson Corporation.Luhulima. (2002). Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Bandung :Alumni.Sadli, Saparinah. (2010). Berbeda Tetapi Setara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.Silverstone, Roger.(1994). Television : and everday life. London, New York : Routledge.Soekarno (1963). Kawajiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Jakarta :Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Soekarno.Spradley, J.P. (2006). Metode Etnografi (penerjemah : Elizameth, M.Z dari The EtnographicInterview) edisi II. Yogyakarta : Tiara Wacana.Sudibyo, Agus. (2004). Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta : Penerbit LkiSYogyakartaSunarto. (2009). Kekerasan, Televisi & Perempuan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.SuSan A. Basow (1992). Gender Stereotypes and Roles. Pacific Grove, California :Brooks/Cole.Storey, Jhon. (2008). Cultur Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta : Jalasutra.Tong, Rosemerie Putnam (1998). Feminist Thought : Pengantar Paling Konferhensif KepadaArus Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta : Jalasutra.Mansour Fakih. (1997). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta :PustakaPelajarMartadi. (2000). Reposisi Citra Melalui Logo. Jurnal Nirmana.McQuail, Denis. (1991). Teori Komunikasi Massa, Penerbit Erlangga, Jakarta, Edisi kedua.Moelong, Lexy J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.Morley, David (1992). Television Audience and Cultural Studies. London : Routledge.Parwito, (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LkiS.Winship, J. (1981) Woman Become an “induvidual” : Femininity and Consumption inMagazine. Birmingham ; University of Birmingham.
Representasi Freedom dalam ‘The Great Gatsby’ (Analisis Semiotika Pada Tokoh Daisy Buchanan) Fathimatul Muyassaroh; Triyono Lukmantoro; Hapsari Dwiningtyas; Sri Budi Lestari
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.258 KB)

Abstract

The Great Gatsby merupakan sebuah film yang menggambarkan realita kehidupan masyarakat Amerika di tahun 1920an yang penuh hingar bingar. Film ini menarik untuk dikaji karena terdapat penggambaran lain di balik kebebasan perempuan yang ditampilkan. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi kebebasan perempuan tersebut melalui tanda-tanda yang terdapat dalam film serta mengetahui ideologi yang terkandung dalam film.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika untuk menganalisis obyek yang diteliti. Teknik analisis data menggunakan konsep pembacaan tanda-tanda dan kode-kode dari John Fiske, yaitu “The Codes of Television”. Analisis film diuraikan secara sintagmatik pada level realitas dan level representasi. Sedangkan analisis level ideologi diuraikan secara paradigmatik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebebasan perempuan yang ditampilkan merupakan bentuk dari kesewenang-wenangan, sesuai dengan pengertian bentuk-bentuk kebebasan menurut K. Bertens. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kebebasan perempuan yang ditampilkan dalam film, cenderung masih dangkal. Secara fisik perempuan tampak memiliki kebebasan, namun lebih dalam perempuan masih berada di bawah dominasi laki-laki. Adanya upaya konstruksi sistem patriarki, menyebabkan kaum perempuan menjadi subyek representasi yang mengandung stereotip dalam film, serta menjadi obyek dan kelas kedua yang terpinggirkan bagi kaum laki-laki. Secara keseluruhan, kebebasan perempuan yang ditampilkan dalam film ini sengaja dibuat sebagai objek hiburan industri perfilman saja. Kebebasan perempuan yang ditampilkan dalam film, merupakan sebuah upaya ideologi patriarki untuk menjaga dominasinya, yakni dengan menampilkan berbagai konflik serta masalah yang dihadapi dan ditimbulkan oleh perempuan ketika mereka telah mendapatkan kebebasan sebagai individu.
Memaknai Dominasi Maskulin dalam Komedi Situasi Tetangga Masa Gitu Debora Gracia; Dr Sunarto; Sri Budi Lestari; Hapsari Dwiningtyas Sulistyani
Interaksi Online Vol 3, No 4: Oktober 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.669 KB)

Abstract

Komedi situasi merupakan program acara televisi yang saat ini digemari oleh masyarakat. Penelitian ini mengkaji tentang nilai – nilai dominasi maskulin yang terdapat dalam komedi situasi Tetangga Masa Gitu. Penelitian ini dilakukan karena melihat tingginya angka perceraian di Indonesia dan hal tersebut dimulai dari pihak istri yang merasa didominasi oleh laki – laki. Nilai – nilai dominasi maskulin tersebut juga sering terlihat dalam berbagai program – program televisi termasuk program komedi. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu mendeskripsikan teks yang digunakan untuk memaknai nilai – nilai dominasi maskulin dalam tayangan komedi situasi Tetangga Masa Gitu.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis semiotika. Teknik analisis data yang dilakukan untuk mendeskripsikan teks menggunakan teori John Fiske, yakni “The Codes Of Television” dengan menganalisis teks dalam televisi menjadi tiga level, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi.Temuan atas penelitian ini menghasilkan bahwa setiap level yang dianalisis pada tiga episode yang dipilih pada komedi situasi Tetangga Masa Gitu terdapat nilai – nilai dominasi maskulin di dalamnya. Level – level tersebut mendeskripsikan dominasi maskulin dalam Tetangga Masa Gitu meliputi nilai – nilai maskulinitas, konstruksi sosial tubuh laki – laki dan perempuan, peran gender dalam sebuah perkawinan, tatanan sosial pembagian kerja laki laki dan perempuan, kekerasan simbolik pada perempuan, dan perlawanan perempuan terhadap dominasi maskulin.
Memahami Komunikasi Antarpribadi Guru, Orang Tua Karier, dan Anak Remaja dalam Berinteraksi untuk Pencapaian Prestasi Sekolah Eryke Pramestaningtyas; Sri Budi Lestari; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.523 KB)

Abstract

MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU, ORANG TUA KARIER, DAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERAKSI UNTUK PENCAPAIAN PRESTASI SEKOLAHABSTRAKAnak remaja merupakan usia yang memerlukan perhatian ekstra dari orang tua. Perhatian orang tua menjadi satu kendala pada anak-anak yang memiliki orang tua yang bekerja. Prestasi anak remaja di sekolah menjadikan prestige tersendiri. Fenomena komunikasi antara guru dan orang tua pada umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan pihak sekolah. Sedangkan komunikasi antara guru dan siswa pada umumnya berlangsung secara formal. Keadaan ini kurang mendukung terciptanya proses komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara guru,orang tua karier, dan anak remaja.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman komunikasi antarpribadi guru, orang tua karier, dan anak remaja dalam berinteraksi untuk pencapaian prestasi sekolah. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang menjelaskan pengalaman unik guru, orang tua karier, dan anak remaja mengenai interaksi di antara ketiganya menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal untuk pencapaian prestasi sekolah. Penelitian ini menggunakan Teori Interaksi Simbolik yang menjelaskan bahwa makna atas komunikasi verbal dan nonverbal yang dipahami guru, orang tua karier dan anak remaja akan menentukan tindakan yang dilakukan.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sinergi komunikasi antara guru dan orang tua bergantung pada kemauan untuk menjalin kerjasama. Keterbukaan antara guru dan orang tua bermanfaat untuk dapat saling memberikan informasi terkait pendidikan anak remaja khususnya mengenai pengetahuan bakat dan minat anak remaja yang dapat dikembangkan menjadi prestasi. Sikap guru terhadap siswa baik melalui komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal juga merupakan satu hal penting untuk membuat siswa memiliki kedekatan dan keterbukaan terhadap guru. Informasi terkait pendidikan anak remaja di sekolah dan kehidupan pribadi siswa dapat diperoleh dengan adanya kedekatan dan keterbukaan antara guru dan siswa. Selain itu, keberhasilan anak remaja dalam mencapai prestasi sekolah turut dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan kemauan orang tua karier membagi waktu antara pekerjaan dan perhatian kepada anak di rumah membutuhkan kesadaran akan adanya tanggung jawab mengurus anak baik di rumah maupun terkait pendidikan anak remaja.Kata kunci: sinergi komunikasi, komunikasi verbal dan nonverbal, prestasi sekolah3UNDERSTANDING INTERPERSONAL COMMUNICATION BETWEEN TEACHER, CAREER PARENTS, AND ADOLESCENT IN INTERACT FOR ACADEMIC ACHIEVEMENTABSTRACTAn adolescent is the age of requiring extra attention from their parents. Attention from parents would be one obstacle in children have career parents. The achievement of an adolescent in school make more prestigious. Generally, the phenomenon of communication between teachers and parents occurs only in the meetings held the school. While communication between teachers and their students in general place in a formal situation. This situation is less supporting the creation of the process of interpersonal communication between teachers, career parents, and an adolescent.This study aims to describe the experiences of interpersonal communications between teachers, career parents, and adolescent in interact to achievement in school. This research using a research descriptive qualitative by phenomenology approach which explains experience unique between teacher, career parents and adolescent about interactions which use verbal communication and nonverbal communication for scholastic achievement school. This research uses the Symbolic Interaction Theory which explains that the meaning of the verbal and nonverbal communication to understand teachers, career parents and adolescent will determine the actions taken.Based on the results of the study showed that the synergy communication between teachers and parents is dependent on a willingness to establish cooperation. Openness between teachers and parents is beneficial to be able to give information regarding the education of adolescents in particular regarding knowledge of talent and interest adolescent that can be developed into achievements. Attitudes of teachers towards students either through verbal communication and nonverbal communication is also the one thing it is important to make the students have a closeness and openness against the teacher. Related information education an adolescent in schools and personal life students can be obtained by the proximity and transparency between teachers and students. In addition, the success of an adolescent in achieve at school also affected by family environment and volition career parents apportion time among the job and attention to a child at home require a conscious awareness of the responsibility propose at home or related to education an adolescent.Key words: the synergy communication, verbal and nonverbal communication, academic achievement4Memahami Komunikasi Antarpribadi Guru, Orang Tua Karier, dan Anak Remaja dalam Berinteraksi untuk Pencapaian Prestasi SekolahLatar BelakangMasa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Secara psikologis, anak usia remaja merupakan usia munculnya nalar yang berupa akal (ratio) dan kesadaran diri (self consciousness) Dalam masa ini tumbuh rasa keingintahuan dan keinginan untuk mencoba-coba. Periode ini merupakan puncak perkembangan emosi. Anak usia remaja dikategorikan sebagai usia labil atau rentan. Oleh karena itu, anak remaja memerlukan perhatian ekstra dari orang tuanya. (Hidayat, 2012:149)Tak hanya keluarga, lingkungan sekolah juga ikut mempengaruhi perkembangan karakter anak remaja. Sebagai pelajar, anak remaja menghabiskan waktu di sekolah 7 jam sehari atau 42 jam selama seminggu. Selama waktu tersebut, tentunya banyak kegiatan yang dilakukan anak remaja seperti belajar maupun bermain dengan teman-teman sebayanya. Apabila anak remaja mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, waktu yang dihabiskan di sekolah bertambah menjadi kurang lebih 10 jam sehari.Prestasi anak remaja dapat tercapai apabila ada kemauan belajar, dukungan dari orang tua maupun guru di sekolah. Selain dukungan sosial dari orang tua dan guru, konsep diri memiliki peran penting dalam pencapaian prestasi siswa.5Konsep diri dibentuk dari keluarga. Dalam hubungannya dengan perkembangan anak, keluarga sering dikenal dengan sebutan primary group. Bagaimana anak akan melihat dirinya sendiri, dan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya akan menentukan kepribadian anak (Hidayat 2012:154). Proses pembentukan konsep diri akan menjadi satu kendala pada anak-anak yang memiliki orang tua yang berkarier di luar rumah. Adapun beberapa kendala yang umumnya dihadapi anak-anak yang memiliki orang tua yang berkarier di luar rumah meliputi minimnya waktu bertemu secara fisik dengan orang tua yang digantikan melalui media telepon, hingga tidak jarang muncul rasa sepi pada anak-anak tersebut.Kewajiban orang tua adalah untuk mendidik dan mengasuh anak-anak dengan baik. Namun karena kesibukan, kadangkala orang tua lebih mempercayakan pendidikan dan pengasuhan kepada guru di sekolah. Orang tua juga menganggap dengan menyerahkan anak ke sekolah favorit dan ternama, tugas untuk mendidik dan mengasuh mereka sudah selesai. Namun sebenarnya guru di sekolah hanya sekadar membantu karena pelaku utama dalam pendidikan dan pengasuhan anak adalah orang tuanya.Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini pada umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan pihak sekolah saat penentuan uang komite sekolah dan penerimaan hasil belajar (raport). Keadaan ini kurang mendukung terciptanya proses komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara guru dan orang tua. Guru dan orang tua jarang membicarakan6bakat yang dimiliki anak untuk dikembangkan. Hal ini dapat menghambat anak remaja untuk mencapai prestasi.Adanya komunikasi antara guru, orang tua karier, dan anak remaja sangat diperlukan, mengingat untuk mencapai prestasi di sekolah, anak remaja membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua. Dukungan guru dan orang tua dapat tercipta apabila ada relasi yang baik di antara keduanya.Kerangka Teori dan MetodologiKomunikasi adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Kebutuhan individu akan hubungan sosial yang baik hanya dapat terpenuhi apabila membina hubungan yang baik dengan orang lain. Diperlukan rasa saling berbagi dalam menjaga hubungan yang baik antara orang tua karier dengan anak remaja. Begitu juga hubungan dengan guru di sekolah. Cara semuanya berinteraksi dijelaskan dalam Teori Interaksi Simbolik.Interaksi orang tua karier – anak remaja menggunakan komunikasi interpesonal sebagai saluran komunikasi. Komunikasi antar pribadi dapat digunakan bagi dua orang atau lebih. Tindakan yang dipilih sebagai orang tua karier merupakan suatu kenyataan yang disebut realitas yang bermakna secara sosial (socially meaningful reality) Sebagai realitas sosial, menjadi orang tua karier tentu saja didasari dan memiliki alasan –alasan yang berorientasi ke masa lalu maupun berorientasi ke masa depan. Schutz menyebutnya sebagai pengalaman dan perilaku manusia (human being). (Hidayat, 2012:167).7Asumsi dari teori ini, ketika orang tua karier dan anak remaja sudah membentuk keharmonisan keluarga, maka dengan mudah informasi dari orang tua akan mudah diterapkan pada anak remaja terutama dalam pencapaian prestasi sekolah. Begitu pula dengan keberadaan guru yang dapat berinteraksi secara personal dengan baik terhadap orang tua karier dan anak remaja, akan berdampak pada kemauan anak untuk mengembangkan bakat yang dimiliki sehingga dapat mencapai prestasi yang didambakan.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi mengenai suatu hal, situasi, fakta, ataupun kejadian secara sistematis. Peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena ingin mengungkap gambaran pengalaman komunikasi antarpribadi antara guru, orang tua karier, dan anak remaja dalam berinteraksi untuk pencapaian prestasi sekolah.Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman yang diperoleh secara langsung dan memahami perilaku sebagai sesuatu yang dipengaruhi fenomena pengalaman daripada realitas obyektif yang berasal dari luar diri individu. (Tim Fisip Undip 2006:16). Dalam penelitian ini, maka peneliti akan mengungkap pengalaman proses komunikasi antarpribadi dari guru, orang tua karier, dan anak remaja dalam berinteraksi untuk pencapaian prestasi sekolah.8Hasil1) Sinergi Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Anak RemajaKomunikasi yang dilakukan oleh guru dan orang tua siswa pada SMP Islam Al Azhar 14 Semarang seringkali terjadi. Frekuensi pertemuan di antara kedua pihak tak bergantung pada saat terjadi masalah saja pada siswa, melainkan sewaktu-waktu saat diperlukan. Frekuensi pertemuan yang sering antara guru dan orang tua karier di sekolah ini membuat hubungan di antara keduanya menjadi akrab dan tidak segan menceritakan kehidupan pribadi masing-masing. Pada SMP Negeri 40 Semarang, guru melibatkan orang tua siswa hanya saat siswa mengalami kesulitan belajar dan saat siswa melakukan pelanggaran tata tertib saja.2) Komitmen Guru Sebagai Tanggung Jawab ProfesiDalam temuan penelitian ini, baik guru SMP Islam Al Azhar 14 Semarang dan guru BK SMP Negeri 40 Semarang sama-sama menunjukkan sikap empatinya pada siswa dengan komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah dan kontak mata saat berkomunikasi.3) Pentingnya Komunikasi Keluarga sebagai Pijakan Awal dalam Pembentukan Karakter Anak RemajaMasing-masing informan dalam penelitian ini memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anak mereka. Dua informan membiasakan anak untuk bangun pagi agar tidak terlambat ke sekolah. Keduanya juga menyempatkan waktu untuk mengantar jemput anak sekolah. Komunikasi nonverbal berupa cium tangan,9memeluk anak dan mencium kening anak sebelum berangkat sekolah merupakan kebiasaan sehari-hari pada kedua informan ini. Sedangkan pada kedua informan yang lain membiasakan hanya cium tangan saja sebelum anak berangkat sekolah.4) Kepedulian Orang Tua Karier terhadap Pendidikan Anak RemajaDalam penelitian ini, dua informansedari dulu menyuruh anak untuk mengikuti bimbingan belajar dan mendukung apapun kegiatan anak yang bersifat positif. Sedangkan pada dua informan lainnya membebaskan anak untuk memilih akan mengikuti bimbingan belajar atau tidak. Keduanya tidak memaksakan anak untuk mengikuti suatu kegiatan.Kesimpulan1. Guru dan orang tua karier pada SMP Islam Al Azhar 14 Semarang melakukan pertemuan yang relatif sering yang membuat hubungan di antaranya keduanya menjadi terbuka satu sama lain dan baik guru maupun orang tua sama-sama mengetahui bakat dan minat anak remaja yang dapat dikembangkan menjadi prestasi. Suasana informal saat pertemuan guru dan orang tua dibutuhkan dalam menciptakan keterbukaan di antara keduanya. Perbincangan tak hanya mengenai masalah sekolah saja, akan tetapi membicarakan mengenai masalah keluarga. Sedangkan pada guru dan orang tua karier pada SMP Negeri 40 Semarang melakukan pertemuan hanya saat anak mengalami masalah saja. Informan orang tua karier juga enggan bertanya kepada guru bagaimana anak remajanya saat di sekolah.102. Informan guru dari masing-masing sekolah (SMP Islam Al Azhar 14 Semarang dan SMP Negeri 40 Semarang) meluangkan waktu saat jam istirahat untuk berbincang dengan siswa. Guru menghampiri siswa dan bersikap aktif agar siswa tak merasa canggung lagi untuk berbincang dengan guru. Guru menunjukkan kasih sayang kepada siswa melalui komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.3. Keberhasilan anak remaja dalam pencapaian prestasi sekolah turut dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Sikap orang tua dalam menyikapi nilai anak seperti saat anak mendapat nilai bagus, orang tua memuji dengan ucapan “kamu hebat” dan saat anak mendapat nilai jelek, orang tua menyemangati dengan ucapan “tidak apa-apa, lain kali belajar lebih giat” akan memotivasi siswa untuk mendapat nilai baik dibandingkan dengan sikap orang tua dengan cara memarahi anak. Selain itu, bagi orang tua karier membagi waktu antara pekerjaan dan perhatian kepada anak di rumah membutuhkan kesadaran akan adanya tanggung jawab mengurus anak baik di rumah maupun terkait pendidikan anak remaja.DAFTAR PUSTAKACangara, Hafid. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaDeVito, Joseph A. (2006). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional BooksHidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu11LePoire, Beth.A. (2006). Family Communication (Nurturing and Control in a Changing World). California: Sage Publication, Inc.Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya BaktiLiliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : PT. Kencana Prenada Media GroupMoleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja RosdakaryaMoustakas, Clark. (1994). Phenomenologycal Research Methods. California: Sage Publisher.Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaTim Fisip Undip. (2006). Modul Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif. SemarangWest, Richard dan Lynn H. Turner. (2007). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba HumanikaEbook:Hartley, Peter. (1946). Interpersonal Communication 2nd Edition. London: RoutledgeSkripsi:Dessy Christiyanti. (2010). Memahami Komunikasi Antar Pribadi Orang tua-Anak Yang Terlibat Dalam Kenakalan Remaja. Skripsi. Universitas DiponegoroDiah Ayu Berliana. (2010). Memahami Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Dan Remaja Dalam Proses Pendidikan Kepribadian di Keluarga Single Parent. Skripsi. Universitas DiponegoroRetno Primastuti. (2009). Memahami Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua Bekerja dengan Anak Remaja berkaitan dengan Kenakalan Remaja. Skripsi. Universitas DiponegoroInternet:http://psg.uii.ac.id/index.php/RADIO/4-Februari.html waktu akses: 21 April 2013 13:2012http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/download/231/174 waktu akses 25 April 2013 6:45http://www.bppk.depkeu.go.id/webpegawai/attachments/617_Sinergi.pdf waktu akses : 10 September 2013 20:14http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.../Kode_Etik_Keguruan.docx waktu akses : 10 September 2013 20:21
PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA KOMUNIKASI UNTUK MEMPERTAHANKAN KOMITMEN ASMARA PASANGAN LONG DISTANCE RELATIONSHIP Agnesya Putri Winanda; Sri Budi Lestari; Sri Widowati Herieningsih; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.952 KB)

Abstract

ABSTRAKMenjalani hubungan jarak jauh membutuhkan strategi pengelolaan komunikasi yang baik danupaya pertahanan komitmen untuk tetap berada dalam hubungan.Rasa kesepian, menahanrindu, kurangnya kepercayan dan absennya afeksi nonverbal dapat menjadi permasalahandalam long distance relationship.Internet sebagai salah satu media alternatif komunikasipasangan LDR dianggap sebagai jawaban bagi upaya maintaining relationship.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pasangan long distancerelationship melakukan aktivitas komunikasi, penyelesaian konflik, dan mempertahankankomitmen asmaranya melalui internet.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Konsep hyperpersonal model dan social information processing theory digunakandalam konsep CMC sebagai media pengelolaan hubungan asmara khususnya jarak jauh, danjuga konsep self disclosure dan investment model yang menjadi teori dasar terbentuknyakomitmen pasangan.Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalamkepada tiga pasang informan yang telah menjalani hubungan jarak jauh minimal enam bulan.Hasil penelitian menunjukan aktivitas komunikasi melalui internet dapatmenimbulkan kepuasan komunikasi yang diakibatkan dari terjaganya keakraban dansemangat positif dalam hubungan.Pasangan jarak jauh memanfaatkan aplikasi dan fiturinternet untuk saling berkomunikasi, bertukar foto, voicenote, bahkan videocall.Dalammenciptakan suasana komunikasi yang menyenangkan pasangan LDR menggunakanemoticon sebagai perwujudan emosi untuk menunjukan pesan yang lebih tulus. PasanganLDR menciptakan aturan berkomunikasi dalam online media seperti saling berbagipasswordaccount social media, mengontrol interaksi dengan lawan jenis, dan berbagi fotomesra dalam social media. Aturan yang diciptakan oleh pasangan LDR dapat menciptakankeamanan dan kepercayaan dalam hubungan.Kepuasan komunikasi dan kebahagianhubungan yang diciptakan melalui internet dapat mempengaruhi keputusan pasangan untuktetap berada dalam hubungan dan mempertahankan komitmen asmaranya.Kata kunci: hubungan jarak jauh, CMC, pengelolaan hubungan
PENGARUH FREKUENSI AKSES BBM, PATH, FACEBOOK TERHADAP INTENSITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Dinda Dwimanda Wahyuningtias; Agus Naryoso; Sri Budi Lestari; Joyo NS Gono
Interaksi Online Vol 3, No 3: Agustus 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.56 KB)

Abstract

Komunikasi menjadi hal yang tidak dapat dihindari selama kita melakukan aktivitas.Semakin seringnya seseorang berkomunikasi informasi yang dipertukarkan semakin dalam dan luas.Tingginya frekuensi komunikasi melalui alat komunikasi yang disebabkan banyak faktor menjadikan orang lebih sering bertukar informasi melalui aplikasi yang tersedia, terlebih lagi kecanggihan teknologi membuat aplikasi komunikasi semakin baik hanya dengan memiliki smartphone sudah tersedia aplikasi seperti BBM, Path dan Facebook yang dijadikan sebagai media untuk bertukar cerita maupun informasi yang bersifat formal.Penelitian ini menggunakan teori CMC (Computer Mediated Communication) teori dimana program-program suatu aplikasi yang dapat menghubungkan dua orang atau lebih dengan suatu jaringan komputer atau format komputer di berbeda tempat. Sedangkan menurut Fulk dan Collins teori Computer Mediated Communication adalah teori yang dimaksudkan bukan tentang bagaimana dua atau lebih mesin saling berhubungan atau berinteraksi tetapi bagaimana dua atau lebih manusia bisa saling berubungan atau berinteraksi dengan dibantu menggunakan alat komputer pada program aplikasi tertentu yang tersedia pada komputer (Fulk dan Collins, 2001). Computer Mediated Communication juga melihat dan mempelajari cara membentuk kepribadian seseorang dengan pertukaran informasi melalui komputer khususnya pada jaringan internet pada komputer. Computer Mediated Communication memberikan dampak sosial kepada manusia. Rice dan Gattiker (2001) menyatakan bahwa Computer Mediated Communication berbeda dari komunikasi tatap muka. Computer Mediated Communication membatasi tingkat interaksi yang bisa menyebabkan penurunan aktifitas. Computer Mediated Communication dapat mengatasi masalah waktu dan keberadaan. Secara keseluruhan penggunaan Computer Mediated Communication menghasilkan beberapa perbedaan dalam komunikasi tatap muka yang dalam hal ini menjelaskan mengenai frekuensi tingginya orang menggunakan aplikasi BBM, Path, Facebook sehingga mengurangi intensitas komunikasi antar pribadi pada mahasiswa perantau yang ada di Semarang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang.Analisis yang digunakan adalah korelasi kendalls dengan spss. Hasil uji hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel frekuensi akses BBM berpengaruh terhadap variabel intensitas komunikasi antar pribadi dan signifikan (sig.= 0,000) dengan koefisien korelasi -,509. Hasil uji hipotesis kedua menunjukan bahwa variabel frekuensi akses Path berpengaruh terhadap variabel intensitas komunikasi antar pribadi dan signifikan (sig.=0,000) dengan koefisien korelasi -,403. Dan hasil uji hipotesis ketiga menunjukan bahwa variabel frekuensi akses Facebook berpengaruh terhadap variabel intensitas komunikasi antar pribadi dan signifikan (sig.= 0,000) dengan koefisien korelasi -,536.Saran yang diberikan penelitian ini adalah menjadikan aplikasi media sosial seperti BBM, Path dan Facebook sebagai media komunikasi dengan menjaga intensitas komunikasi antar pribadi terutama komunikasi pribadi tatap muka agar mampu menghasilkan kualitas komunikasi yang jauh lebih baik.
EFEKTIFITAS KEGIATAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DJARUM BAKTI PENDIDIKAN “PAKEM” DAN KEKUATAN WORD OF MOUTH TERHADAP PERILAKU SUPORTIF COMMUNITY Rian Irmawan; Agus Naryoso; Sri Budi Lestari; Nurriyatul Lailiyah
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.544 KB)

Abstract

Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) sangatlah penting dilakukan guna menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Akan tetapi, tidak jarang fenomena kegiatan CSR kurang efektif dilakukan oleh beberapa perusahaan, baik dari segi percenanaan kegiatan maupun sikap positif dari pihak terkait. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kegiatan CSR yang dilakukan oleh Djarum melalui programnya bernama PAKEM dan juga kekuatan word of mouth dalam mempengaruhi sikap suportif target sasaran (community).Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Teori Integrasi Komunikasi dan Teori Stakeholder dan teori efektifitas kegiatan CSR yang dikemukakan oleh Doorley dan Garcia. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 40 orang untuk data kuantitatif, sesuai dengan target sasaran program PAKEM yang hanya berjumlah 40 orang. Sedangkan untuk data kualitatif, berjumlah 4 narasumber.Analisis regresi linear berganda digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi variabel efektifitas kegiatan PAKEM ialah 0,889 atau lebih besar dari α (0,05), sehingga efektifitas kegiatan CSR PAKEM tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku supotif target sasaran. Sedangkan nilai signifikansi variabel kekuatan word of mouth ialah 0,000 atau lebih kecil dari α (0,05), sehingga kekuatan word of mouth mempunyai pengaruh terhadap perilaku suportif target sasaran. Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji F dimana nilai F hitung sebesar 26.909 atau lebih besar dari F tabel (3,25), sehingga variabel efektifitas kegiatan CSR PAKEM dan kekuatan word of mouth bersama-sama mempengaruhi perilaku suportif target sasaran (community).
MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADI PERMAINAN MODERN BERBASIS TEKNOLOGI (Studi pada anak-anak di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten S yossie Christy Thenu; Sri Budi Lestari; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.764 KB)

Abstract

1ABSTRAKJUDUL : MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITANDENGAN PERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADIPERMAINAN MODERN BERBASIS TEKNOLOGI (Studi pada anak-anak di Dukuh Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang)NAMA : YOSSIE CHRISTY THENUNIM : D2C009003Permainan adalah salah satu media komunikasi antarpribadi yang erat kaitannya dengan anak-anak. DiIndonesia, banyak terdapat permainan tradisional yang mengandung nilai positif dan memungkinkan terjadinyakomunikasi antarpribadi yang baik antar pemainnya. Namun, perubahan lingkungan yang terjadi di Dukuh Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang membawa perubahan pula padakebiasaan dan kegemaran anak terhadap permainan. Anak-anak yang semula bermain dengan jenis-jenis permainantradisional, kemudian lebih banyak bermain permainan berbasis teknologi atau permainan gadget. Perbedaan nilaidan aspek komunikasi yang terkandung pada permainan ini tentu saja membawa pengalaman komunikasi yangberbeda pula terhadap pemainnya.Penelitian ini mencoba memahami dan mendeskripsikan pengalaman komunikasi anak berkaitan denganpermainan yang dimainkan dan mendeskripsikan proses perubahan kebiasaan dan kegemaran anak dalam bermainpermainan tradisional menjadi permainan modern berbasis teknologi di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo,Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakanpendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini melibatkan enam orang responden yaitu tiga orang anak dan tigaorang tua anak. Teori Hubungan Antarpribadi dan Teori Efek Media Komputer (The Impact of Computer Media)adalah teori yang digunakan dalam penelitian ini.Studi ini menemukan bahwa anak yang bermain dengan permainan tradisional dan anak yang bermainpermainan modern berbasis teknologi memiliki pengalaman komunikasi yang berbeda yang dilihat melaluikuantitas dan kualitas komunikasi. Permainan modern berbasis teknologi membawa dampak negatif pada perilakuanak saat bermain maupun berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka menunjukan sikap egois,individualistis, kemalasan, kekerasan dan perilaku tidak afiliatif. Selain itu, mereka tidak mampu memeliharakeakraban dengan teman yang ditunjukan dengan rendahnya keinginan mereka untuk menjaga kebersamaan.Waktu yang awalnya banyak digunakan untuk bermain dan berinteraksi dengan teman menjadi semakin berkurangdan digantikan untuk bermain gadget dan aktifitas individu lainnya. Komitmen mereka terhadap pertemanan jugamelemah yang dapat dilihat dari pelanggaran-pelanggaran harapan dan melemahnya keinginan untuk membangunhubungan yang lebih dalam lagi. Sementara itu, permainan tradisional yang mengharuskan keterlibatan orang lainmembuat anak memiliki kesempatan berkomunikasi yang lebih banyak. Anak yang memainkan permainan ini jugatidak menunjukan sikap dan perilaku negatif seperti yang terlihat pada anak yang bermain permainan modernberbasis teknologi dan mampu memelihara keakraban dan komitmen pertemananya.Kata kunci : Penyingkapan diri, permainan berbasis teknologi, anak2ABSTRACTTITLE : UNDERSTANDING CHILDREN'S INTERPERSONAL COMMUNICATION RELATED TOCHILDREN BEHAVIOR CHANGES TO PLAY FROM TRADITIONAL GAMES TOMODERN TECHNOLOGY BASED GAMES (Study for children in Paren Hamlet, SidomulyoVillage, East Unggaran Sub District, Semarang District)NAME : YOSSIE CHRISTY THENUNIM : D2C009003The game is one of interpersonal communication media that is closely related to the children. In Indonesia,there are many traditional games that contain positive values and give a good chance for interpersonalcommunication among the players. However, the environmental change in Paren Hamlet, Sidomulyo Village, EastUnggaran Sub-District, Semarang District bring the change in children's behavior to play game. Children whopreviously played with traditional types of games , then play with modern technology based games or gadget games .Differences in values and communication aspects contained in this game certainly brings different communicationexperience to the players .This research tried to understand and describe the experience of children's interpersonal communicationrelated to the game they played and to describe the process of change in the child's behavior and indulgence fromplaying traditional games to modern technology based games in Paren Hamlet, Village Sidomulyo, UnggaranDistrict East, District Semaran. This study is a qualitative research using phenomenological approach. Subject ofthis study involved six respondents that are three children and three parents. Interpersonal Relations Theory and TheImpact of Computer Media Theory is the theory used in this study.The study found that children who play traditional games and children who play modern technology basedgames have a different experience as seen through the quantity and quality of communication . Modern game -basedtechnologies have a negative impact on the child's behavior during the play and during the communication with thepeople around them. Children indicate negative behavior such as egoistic , individualistic , laziness , violence andnon affiliative behavior . Moreover , they are not able to maintain intimacy with their friends. It indicated by theirlack of desire to keep their togetherness with friends . A lot of time initially used to play and interact with friendsbecome more and more diminished and replaced for playing gadgets and other individual activities. Theircommitment to the friendship also weakened which can be seen from violations of their expectations to each otherand the lack of the desire to build a deeper relationship . Meanwhile , traditional games that require the involvementof other people, make children have a lot of chance to communicate. Child who play this game do not show negativeattitudes and behaviors as seen in children who play modern technology based games and more able to maintainintimacy and friendship commitment.Keywords : self- disclosure , technology based game , children.3MEMAHAMI PENGALAMAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANAK BERKAITAN DENGANPERUBAHAN KEBIASAAN BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL MENJADI PERMAINANMODERN BERBASIS TEKNOLOGILatar BelakangPermainan modern berbasis teknologi umumnya berkembang di daerah perkotaan yang tingkat perkembanganekonomi dan teknologinya cukup tinggi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa permainan modern jugamulai dijangkau oleh masyarakat di daerah-daerah sekitar perkotaan, salah satunya Dukuh Paren yang adalahsalah satu dusun di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur yang dijadikan arus keluar masuk tolSemarang-Ungaran. Pembangunan jalan tol ini menyebabkan perubahan lingkungan pada tempat ini yangkemudian berpengaruh pula pada kehidupan masyarakat di tempat ini. Adapun sisi negatif yang muncul dariperubahan lingkungan ini yaitu mulai pudarnya permainan tradisional anak-anak di tempat ini Paren. Perubahan inikhususnya nampak pada maraknya penggunaan laptop, komputer, dan tablet PC sebagai sarana bermain anak ditempat ini. Di Dusun Paren mulai sulit ditemui anak-anak bermain congklak, petak umpet, atau layangan danpermainan tradisional sejenisnya. Hal ini tak lepas juga dari hilangnya lahan tempat bermain anak yang telahdigunakan untuk proyek pelebaran jalan. Kecelakaan yang terjadi di sekitar Dusun Paren juga makin sering terjadikarena jalan kampung yang sempit digunakan untuk keluar masuk kendaraan proyek dan kendaraan pribadi setelahtol tersebut dibuka. Karena keterbatasan lahan bermain dan bahaya lalu lintas ini pula, banyak orang tua yangmenganjurkan anak-anaknya untuk melakukan aktifitas di dalam rumah. Akhirnya, berbagai permainan tradisionalyang awalnya masih sering dimainkan oleh anak-anak di tempat ini berganti dengan permainan modern sepertigame online, Play Station, dll. Pemandangan seperti ini biasanya terjadi di kota-kota besar yang sudah banyaktersentuh teknologi.Maraknya penggunaan gadget sebagai sarana bermain anak tentu saja menyebabkan kekhawatiran bagi eksistensipermainan tradisional anak. Keberadaan permainan modern berbasis tekknologi atau permainan denganmenggunakan gadget ini dapat meniadakan permainan tradisional anak-anak yang menjadi ciri khas bangsaIndonesia. Padahal seperti yang diketahui, permainan tradisional seperti bentengan, congklak, engklek, bekel,rumah-rumahan, masak-masakan, cublak-cublak suweng, petak umpet dan masih banyak lagi yang mengajarkannilai-nilai kepribadian seperti rasa gotong royong, bertanggung jawab, kejujuran, serta belajar menghargai satusama lain. Interaksi dinamis yang berpengaruh positif yang pada kejiwaan itu tak lagi ditemukan pada permainanelektronik. Padahal, usia anak-anak adalah masa yang rentan dimana saatnya awal untuk mengenal lingkungan,danbelajar berinteraksi dengan orang-orang dan teman sebayanya. Permainan tradisioal juga menjadikan anak lebihterlatih berkomunikasi dengan sesama, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kefasihan berbahasayang berpengaruh terhadap kemampuan dan kualitas komunikasi anak. Bertolak belakang dengan itu, permainanmodern berbasis teknologi atau permainan gadget. meskipun ada yang melibatkan lebih dari satu orang dalampermainannya, namun dalam permainan modern tidak terdapat nilai-nilai kelokalan, gotong-royong, dan tolongmenolong.Di dalam prosesnya, permainan modern berbasis teknologi lebih bersifat individual dan komunikasiyang terjadi antar pemainnya lebih terbatas.Perumusan Masalah dan TujuanPerubahan sosial yang terjadi sebagai dampak perubahan lingkungan membawa pengaruh pula pada kegemarananak terhadap permainan. Anak-anak yang semula bermain dengan jenis-jenis permainan tradisional, kemudianbergeser menjadi permainan-permainan berbasis teknologi. Dalam permainan tradisional erat dengan karakteristik4kelokalan, gotong-royong, dan tolong-menolong dan memungkinkan terjadi komunikasi yang baik antarpemainnya. Sementara itu permainan modern berbasis teknologi lekat dengan nilai individual dan kekerasan.Selain itu, komunikasi yang terjadi antar pemainnya lebih terbatas. Hal ini akhirnya dapat menyebabkan perbedaanpengalaman komunikasi anak yang bermain kedua jenis permainan ini yang pada gilirannya membawa kuantitasdan kualitas komunikasi yang berbeda pula.Penelitian ini bertujuan untuk 1). Memahani pengalaman komunikasi antar pribadi anak di Dusun Paren,Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang dengan temannya berkaitan denganpermainan yang mereka mainkan dan 2). Mendeskripsikan fenomena pergeseran kegemaran anak terhadappermainan tradisional menjadi permainan modern berbasis teknologi yang terjadi di Dusun Paren, KelurahanSidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.Kerangka Teori dan Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan Teori Hubungan Antarpribadi dan Teori Efek Media Komputer (The Impact ofComputer Media). Teori hubungan interpersonal berasumsi bawa kualitas merupakan hal pokok dalam sebuahhubungan antarpribadi. Kualitas ini dapat dilihat melalui beberapa variabel yaitu: Penyingkapan diri, Keakraban,Afiliasi dan Komitmen, Dominasi, status, dan kekuasaan. Sementara Teori Dampak Media Komputer (The Impactof Computer Media) menyatakan bahwa komputer dan internet membawa dampak negatif pada perilaku manusiaseperti perilaku antisosial (antisocial behaviour), kegelisahan (computer anxiety), dan kecanduan (addiction).Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung di antara dua orang. Miller dan Steinberg(dalam Tubbs dan Moss 2005:11-13) mengemukakan konsep penting mengenai kualitas komunikasi antarpribadi.Yang pertama adalah penyingkapan diri. Adalah memberikan informasi tentang diri sendiri. Banyak sekali yangdapat diungkapkan tentang diri kita, melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakainan, nada suara,dan isyarat nonverbal lainnya. Elemen lain yang tidak kalah penting dalam menilai kualitas komunikasi antarpribadi adalahkeakraban. Hubungan akrab ditandai oleh kebersamaan, kesalingtergantungan, rasa percaya, komitmen , dan salingmemperhatikan. Variabel penting lainnya dalam kualitas hubungan adalah afiliasi dan komitmen. Keinginanberafiliasi dapat dilihat sebagai suatu kontinum dari perilaku amat afiliatif sampai ke perilaku antisosial. Afiliatoryang tinggi akan lebih suka bersama orang lain daripada sendirian, menikmati dan mencari kebersamaan. Karenaperilaku ini tidak memikat bagi orang lain , mereka yang kurang afiliatif biasanya digambarkan sebagai orangorangyang tidak bersahabat atau tidak ramah (Tubbs dan Moss, 2005: 22). Variabel selanjutnya yang penting dalammenilai komunikasi antarpribadi adalah dominasi, status, dan kekuasaan. Seperti keinginan untuk berafiliasi,keinginan untuk mendominasi dapat dibayangkan seperti sebuah kontinum. Ujung pertama adalah orang yangselalu mengendalikan orang lainnya, ujung yang satu lagi adalah orang yang memiliki gaya komunikasi yang amatpengalah. (Tubbs dan Moss, 2005: 25).Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusahamemahami peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.Fenomenologi berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subjek penelitian sedemikian rupa untuk mengertiapa dan bagaimana pengertian yang dikembangkan di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Teorifenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasikan pengalaman-pengalamanya danmencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. (Littlejohn, 2009: 57).5Deskripsi Tekstural dan StrukturalTemuan penelitian dalam studi fenomenologi dimulai dengan deskripsi pengalaman setiap informan secaratekstural maupun struktural. Deskripsi tekstural dari masing-masing informan dikonstruksikan dari pengalamanyang tampak ketika mereka melakukan komunikasi antarpribadi dalam bermain permainan tradisional danmodern. Dengan ini peneliti dapat mengetahui pengalaman komunikasi antarpribadi masing-masing informanberkaitan dengan permainan yang dimainkannya. Sedangkan deskripsi struktural didapat dari kualitas-kualitasunik tentang pengalaman yang menonjol dari tiap informan. (Raharjo, 2005:135).Deskripsi tekstural dan struktural individu yang terbagi dalam lima subbab sebagai berikut: 1) PengalamanBermain. Sub bab ini menjelaskan tentang kebiasaan bermain anak yang meliputi waktu bermain anak, permainanapa saja yang dimainkan dan perilaku informan berkaitan dengan permainan yang dimainkan. Informan yangmemiliki kegemaran bermain permainan modern berbasis teknologi cenderung memiliki kebiasaan main yanghampir sama. Mereka bersifat individualistis dalam bermain, terlibat konflik dengan teman bermain, lebih seringmelakukan permainan dan aktifitas individual lainnya. Sementara anak yang bermain permainan tradisional lebihsering berinteraksi dengan teman dan mencari kebersamaan.Dalam subbab 2) Penyingkapan diri, dijelaskan tentang keterbukaan informan dalam menceritakan halmengenai dirinya, masalah dan rahasia pribadinya kepada teman, tujuan menyingkapkan diri dan bagaimana caramenyingkapkan diri dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam menyingkapkan diri. Pada saat bermainpermainan modern, anak menyadari bahwa mereka lebih sulit untuk terbuka dengan teman karena terlaluberkonsentrasi dengan permainan. Namun saat bermain permainan tradisional, mereka merasakan suasana nyamandan akrab sehingga mereka lebih mudah untuk menyingkapkan diri satu sama lain. Namun ada beberapa hambatanyang dihadapi saat menyingkapkan diri, yaitu perasaan malu, ketidak percayaan terhadap teman, danketidakterbukaan yang disebabkan oleh konsep diri yang negatif.Pada subbab 3).Keakraban, akan dijelaskan tentang kualitas hubungan yaitu mengenai kebersamaan,kesalingbergantungan, rasa percaya, saling memperhatikan dan komitmen. Tingkat keakraban yang tinggi denganteman terlihat pada anak yang bermain permainan tradisional dibanding dengan anak-anak yang bermainpermainan modern. Anak yang bermain permainan modern lebih sulit untuk mempertahankan kebersamaan dankesalingbergantungan karena sudah terbiasa tidak berinteraksi dengan teman.Dalam subbab 4) Afiliasi dan Komitmen akan dijelaskan mengenai tingkat keinginan anak untukberafiliasi, usaha apa yang dilakukan untuk berafiliasi, dan komitmen terhadap hubungan antarpribadi denganteman. Afiliasi adalah keinginan untuk mencari kebersamaan dengan orang lain. Anak yang bermain permainanmodern tingkat afiliasinya sangat rendah. Keinginan mereka untuk memulai komunikasi sangat rendah. Akhirnyamereka tidak mampu menjaga komitmen pertemanan yang dimiliki. Berbeda dengan anak yang bermainpermainan tradisional. Karena permainan tradisional mengharuskan anak untuk melibatkan orang lain, maka anakmemiliki tingkat afiliasi yang lebih tinggi.Dalam subbab terakhir, 5) Dominasi,Status dan Kekuasaan, akan dijelaskan tentang konsep diri anak,status sosial dan ekonomi informan dibandingkan dengan temannya dan kekuasaan anak atas temannya dalambermain. Dominasi, status dan kekuasaan adalah aspek yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi. Statusmenentukan bagaimana seseorang berkuasa dan mendominasi orang lain. Dalam penelitian ini, setiap informanmemiliki keunikannya sendiri dalam mendominasi permainan. Respon yang ditunjukan saat mereka didominasijuga berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh karakter individu, dan secara tidak langsung juga dipengaruhi olehpermainan yang mereka mainkan. Seorang informan misalnya, lebih memilih bermain sendiri daripada opininyaditolak saat bermain bersama teman-temannya.6Sintesis Makna Tekstural dan StrukuturalPenelitian ini mendeskripsikan pengalaman komunikasi dengan menggunakan teori hubungan interpersonalStewart Tubbs dan Sylvia Moss yang melihat kualitas hubungan melalui beberapa variabel yaitu penyingkapan diri,keakraban, afiliasi dan komitmen, serta dominasi, status dan kekuasaan. Variabel-variabel ini digunakan dalam subbab pada Bab II dan Bab III untuk mendeskripsikan pengalaman komunikasi anak berkaitan dengan permainan yangdimainkan yaitu permainan modern berbasis teknologi dan permainan tradisional.Penyingkapan diri adalah memberikan informasi mengenai diri kita kepada orang lain baik melaluikomunikasi verbal maupun non verbal. Setiap orang memiliki motivasi tersendiri untuk menyingkapkan diri. Padapenelitian ini, motivasi untuk menyingkapkan diri kepada teman adalah untuk mendapatkan solusi dari masalah danmendapatkan dukungan emosional. Namun dalam menyingkapkan diri masih terdapat kendala yaitu ketakutan akandampak buruk informasi yang disampaikan, perasaan maul, dan suasana yang tidak mendukung. Konsep diri yangnegatif juga menjadi penyebab seseorang menjadi tertutup dan menghindar untuk menyingkapkan diri.Kualitas komunikasi juga dapat dilihat melalui keakraban. Keakraban ditandai dengan kebersamaan,kesalingtergantungan, rasa percaya, dan komitmen, dan memberi perhatian. Pada penelitian ini, kebersamaan anakdengan temannya mengalami perubahan yang signifikan. Anak yang awalnya sering melalukan permainan danaktivitas lain bersama-sama menjadi lebih individualis. Selain itu mereka juga tidak memilikikesalingbergantungan lagi dengan temanya. Karena sudah terbiasa melakukan aktivitas yang bersifat individu,mereka akhirnya tidak mengandalkan teman untuk memberi solusi dan dukungan terhadap permasalahan yangmereka alami.Afiliasi dan komitmen juga merupakan kualitas penting dalam sebuah hubungan. Seorang afiliator adalahorang yang menikmati dan mencari kebersamaan. Pada penelitian ini, anak masih menunjukan afiliasi yang rendah.Mereka hanya menikmati kebersamaan tanpa berusaha untuk mencari kebersamaan. Mereka justru cenderung pasifdan lebih sering menunggu teman untuk mengajak bermain. Tingkat afiliasi berhubungan erat dengan komitmen.Orang yang memiliki afiliasi tinggi adalah orang yang ingin menjalin komitmen lebih kuat. Melemahnya komitmenanak pada penelitian ini diindikasikan dengan berkurangnya keinginan anak untuk berafiliasi. Ini menjadi buktibahwa anak tidak memiliki keinginan untuk membina hubungan yang lebih dalam lagi.Dominasi, status, dan kekuasaan juga merupakan konsep penting dalam sebuah hubungan antarpribadi.Status merupakan hal yang berkaitan erat dengan dominasi. Status adalah posisif seseorang dibanding dengan oranglain. Orang yang menganggap statusnya lebih tinggi dari orang lain akan cenderung mendominasi sebuahhubungan. Dominasi apabila tidak diikuti dengan tingkat afiliasi yang tinggi akan membuat seseorang menjadievaluatif terhadap orang lain. Hal ini juga didapati pada penelitian ini. Sikap evaluatif ditandai dengan mengkritikorang lain, menolak, dan bersikeras bahkan menarik diri.KesimpulanDengan melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan enam orang informan, yaitu tiga orang anak dansatu orang tua dari masing-masing anak, maka di dapatkan hasil penelitian sebagai berikut:1. Anak yang memainkan permainan tradisional dan permainan modern berbasis teknologi memilikipengalaman komunikasi yang berbeda dengan temannya. Permainan tradisional memberikan kesempatanberkomunikasi dengan baik antar pemainnya. Permainan ini melibatkan lebih dari satu orang sehinggamengharuskan anak berinteraksi dengan teman atau lawan bermain. Komunikasi juga muncul melaluiperundingan peraturan permainan dan pemberian saran saat bermain. Permainan tradisional jugamemberikan perasaan nyaman dan akrab antar pemainnya sehingga mengurangi perasaan segan untuk7menyingkapkan diri. Sebaliknya, permainan modern berbasis teknologi menawarkan kesempatanberkomunikasi yang sedikit. Karena didisain untuk dimainkan secara individu, permainan ini tidakmenuntut orang lain untuk terlibat secara langsung. Meskipun terjadi diskusi antar pemain dan partisipanatau orang yang menonton jalannya permainan, namun diskusi yang dilakukan lebih mengarah padapermainan yang sedang dimainkan, bukan pada teman yang diajak bicara. Selain itu, karena konsentrasiterarah kepada gadget yang sedang dimainkan, pemain menjadi tidak peka dengan keadaan di sekitarnya.2. Pengalaman komunikasi yang dialami saat anak sedang bermain membentuk perilaku komunikasi anaksehari-hari dengan temannya. Kebiasaan dalam menggunakan gadget sebagai alat bermain membuatkebutuhan anak untuk berinteraksi dan berafiliasi dengan temannya menjadi berkurang sehingga hal inikemudian mengarahkan hubungan antarpribadi pada tahap perusakan.3. Komunikasi antarpribadi yang baik adalah komunikasi yang berkualitas. Buruknya kualitas komunikasianak di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang ditandaidengan hubungan yang tidak akrab. Hal ini dapat dilihat dengan menurunya rasa kebersamaan dan salingmemberi perhatian serta tidak adanya rasa saling bergantung dengan teman. Selain itu, perubahan kualitaskomunikasi anak di tempat ini juga ditandai dengan penyingkapan diri yang rendah dan tidak mendalam.Perubahan kualitas komunikasi antarpribadi juga ditunjukan dengan melemahnya komitmen pertemananyang ditandai dengan pelanggaran-pelanggaran harapan dan melemahnya keinginan untuk membangunhubungan.4. Fenomena pergeseran kegemaran anak terhadap permainan di Dukuh Paren, Kelurahan Sidomulyo,Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang ditunjukkan dengan sedikitnya jumlah anak-anak yangmasih memainkan permainan tradisional. Selain karena faktor lingkungan, kesulitan mencari alatpermainan juga menjadi penyebab hilangnya minat anak-anak terhadap permainan tradisional.5. Orang tua anak sudah melakukan pengawasan terhadap anak, baik dalam bermain permainan modernberbasis teknologi maupun permainan tradisional. Hal ini dilakukan melalui pengarahan kepada anak untuklebih berinteraksi dengan teman, pemberian batas waktu dan tempat bermain serta memberi sanksi padaanak apabila batas tersebut dilanggar. Namun anak yang memainkan permainan modern berbasis teknologimemiliki kecenderungan untuk melanggar peraturan bahkan melawan perintah orang tua.DAFTAR PUSTAKABukuC. Ariani . (1998). Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat DaerahIstimewa Yogyakarta. Yogyakarta: DepdikbudDeddy Mulyana. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif;Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu SosialLainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)Devito, Joseph A. (1997). Komunkasi Antar Manusia (Edisi Kelima). Jakarta: Profesional BooksEko A Meinarno, Bambang Widianto, Rika Halida. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta:Salemba HumanikaJalaluddin Rackhmat. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja RosdakaryaJ. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. (2004). Sosiologi-Teks dan Terapan. Jakarta: Prenada Media8Littlejohn, Stephen W. (2009). Teori Komunikasi (Edisi 9). Jakarta: Salemba HumanikaMoleong, Lexy J .(2007). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: RosdakaryaMoreale, Sherwyn P. dkk . (2004). Introduction to Human Communiction. Belmont: Thomson WadsworthSoerjono Soekanto. (2012). Sosiologi - Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo PersadaStraubhaar, Joseph D dan Robert LaRose .(2000). Media Now:Understanding Media, Culture, and Technology(Fifth Edition). Belmont: Thomson WadsworthTubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. (2005). Human Communication (Buku kedua). Bandung: PT.RemajaRosdakaryaTurnomo Rahardjo. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka PelajarWest, Richard dan lynn H. Turner. (2008) Pengantar Teori Komunikasi-Analisis dan Aplikasi (Buku 2). Jakarta:Salemba HumanikaJurnalAnawati, Yunitavia Sri. (2006). Kajian Fenomena Urbanisme pada Masyarakat Kota Ungaran, KabupatenSemarang . eprint.undip.ac.idFitria Susanti, Siswati, dan Prasetyo Budi Widodo (2010). Pengaruh Permainan Tradisional terhadap KompetensiInterpersonal dengan Teman Sebaya Pada Siswa Sekolah Dasar. eprint.undip.ac.idMuhammad Ziad Ananta. (2011). Perubahan Permainan Anak dari Tradisional ke Modern. repository.usu.ac.idNovi Kurnia (2005). Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi terhadap Teori KomunikasiSeriati, Ni Nyoman dan Nur Hayati. (2008). Permainan Tradisional Jawa Gerak dan Lagu Untuk MenstimulasiKeterampilan Sosial Anak Usia Dini Diakses 28/10/2012Jurnal Gambaran mengenai kreativitas pada siswa yang bermain video game di SMP Negeri 7 Medan”repository.usu.ac.idInternetwww.republika.co.id (Minggu, 06 Mei 2012) Permainan Moderen Berpotensi Buruk Bagi Anak . Diakses: Pukul11.30www.beritasatu.com (Senin, 23 Juli 2012) Hilangnya Permainan Tradisional Anak Dikhawatirkan TumbuhkanSikap Malas dan Individual Diakses 08/12/12 pukul 13.50http://afkareem.smam1gresik.sch.id. Homo Ludens. Diakses 28/10/2012