Tommy Kontu
Politeknik Negeri Manado

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE BATULINE DESA BAHOI KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Kontu, Tommy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 2, No 1 (2014): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.2.1.2014.7344

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kondisi hutan mangrove desa Bahoi dan menginvetarisasi jenis-jenis mangrove yang hidup di daerah hutan mangrove Batuline desa Bahoi. Penelitian ini menggunakan metode transek garis kuadrat.  Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah spesies dalam satu satuan luas tertentu, ataupun jumlah individu dari spesies tertentu dalam satu satuan luas tertentu pula. Ditemukan 11 jenis mangrove di daerah Batuline desa Bahoi. Kesebelas jenis tersebut adalah Sonneratia, Bruguiera, Rhizopora, Avicennia, Aegiceras, Excoecaria, Lumnitzera, Scyphiphora, Ceriops, Xylocarpus dan jenis yang tidak teridentifikasi (unidentified). Kerapatan relatif jenis mangrove paling tinggi adalah jenis Rhizopora (28,5), kemudian diikuti oleh jenis Sonneratia (26,11), Avicennia (5,50), Bruguiera (3,84), Lumnitzera (2,70), Ceriops (2,16), Xylocarpus (1,13), Scyphiphora (1,06), Aegiceras (1,06), Excoecaria (0,53) dan unidentified spesies (0,53). Kerapatan jenis mangrove paling tinggi adalah jenis Rhizopora, kemudian diikuti oleh jenis Sonneratia, Avicennia, Bruguiera, Lumnitzera, Ceriops, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphiphora,  unidentified spesies dan Excoecaria. Frekuensi Relatif Jenis Mangrove mulai dari yang tertinggi adalah Rhizophora, Sonneratia, Avicennia, Bruguiera, Lumnitzera, Ceriops, Xylocarpus, Scyphiphora, unidentified spesies, Aegiceras dan Excoecaria
KESESUAIAN WISATA PANTAI UNTUK REKREASI DI PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Dannie R.S Oroh; Tommy M. Kontu; Oktavianus Lintong; Linda Sinolungan
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 11 No. 1 (2023): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.11.1.2023.52804

Abstract

The beach is an area that lies between the ocean and the terrestrial, which is strongly influenced by the tides. The beauty of the beach and the unique biota that live on the beach have long been a tourist attraction. Beaches are generally known as attractive tourist destinations, especially for mass tourism and recreation. However, the use of the beach for tourism purposes must pay attention to the sustainability of resource use, ecosystem balance, and environmental sustainability. Tourism activities carried out in nature, including in coastal areas, must be carried out with due regard to environmental conditions so that resources remain sustainable and balanced, and support the sustainable use of these resources for tourism purposes. Therefore, if a coastal area is to be developed as a destination or tourist spot, it is necessary to assess the suitability of coastal resources whether or not they are suitable for use as environmental services in the tourism sector, or whether certain strategies are required so that coastal resources remain sustainable. The purpose of this study is to assess the suitability of beach tourism for recreation at Lakban Beach, Southeast Minahasa Regency based on the calculation of the Tourism Suitability Index. Data was collected through direct measurements and observations in the field of ten parameters, which include beach type, beach width, depth, beach slope, fresh water availability, water base material, current, brightness, land cover, and dangerous biota. Data is analysed using the Tourism Suitability Index. The results showed that the Suitability of Beach Tourism for Recreation at Lakban Beach is in the Very Suitable category. However, it should be noted that there is some dangerous biota that live in the coastal waters.Keywords : Lakban Beach, Eco marine tourism, sutainaibility ABSTRAKPantai merupakan daerah yang terletak di antara lautan dan daratan yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Keindahan pantai dan keunikan biota yang hidup di pantai sudah lama menjadi daya tarik wisatawan. Pantai umumnya dikenal sebagai tujuan wisata yang menarik, terutama untuk pariwisata dan rekreasi massal. Namun pemanfaatan pantai untuk tujuan wisata harus memperhatikan kelestarian pemanfaatan sumber daya, keseimbangan ekosistem, dan kelestarian lingkungan. Kegiatan kepariwisataan yang dilakukan di alam, termasuk di kawasan pesisir, harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan agar sumber daya tetap lestari dan seimbang, serta mendukung pemanfaatan sumber daya tersebut secara berkelanjutan untuk tujuan wisata. Oleh karena itu, jika kawasan pesisir akan dikembangkan sebagai destinasi atau tempat wisata, maka perlu dikaji kesesuaian sumber daya pesisir apakah layak atau tidak untuk dimanfaatkan sebagai jasa lingkungan di sektor pariwisata, atau diperlukan strategi tertentu untuk itu. agar sumber daya pesisir tetap lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kesesuaian wisata pantai untuk rekreasi di Pantai Lakban Kabupaten Minahasa Tenggara berdasarkan perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan terhadap sepuluh parameter yang meliputi tipe pantai, lebar pantai, kedalaman, kemiringan pantai, ketersediaan air tawar, material dasar perairan, arus, kecerahan, tutupan lahan, dan biota berbahaya. Data dianalisis menggunakan Indeks Kesesuaian Pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesesuaian Wisata Pantai Untuk Rekreasi di Pantai Lakban berada pada kategori Sangat Sesuai. Namun perlu diperhatikan bahwa ada beberapa biota berbahaya yang hidup di perairan pesisir.Kata kunci: Pantai Lakban, Kesesuaian Wisata lau
KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PANTAI MALALAYANG KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA Dannie R.S Oroh; Tommy M. Kontu; Oktavianus Lintong
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 3 (2022): JURNAL PESISiR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.3.2022.55010

Abstract

Coral Reef data collection activities were carried out at Barracuda Station for the position and coordinates of the location of coral reef data collection. Field data collection activities were carried out on 29 June 2022. Data collection for the assessment of coral reef conditions was carried out using the Underwater Photo Transect (UPT) method. The UPT method is a method that utilizes technological developments, both digital camera technology and computer software technology. Data collection in the field is in the form of underwater photos which are taken by shooting using a Canon 16 underwater digital camera equipped with a compatible underwater housing. The photos from the shooting were then analyzed using CPCe computer software to obtain quantitative data. Barracuda Station is located in Malalayang Village. When the observations were made the weather was very good, not windy and not bumpy. The water conditions are very good with a visibility of approximately 20 meters and no current. Data collection was carried out at a depth of 4 meters on the reef flat. The bottom of the waters consists of dead coral with algae, live coral, and rubble. In general, the percentage of live coral cover observed at Barracuda station was 13.53% which puts the condition of coral reefs at Barracuda station in the "poor" category. At the Barracuda station, the percentage of Abiotic cover was 45.13% which was dominated by sandy substrate. Then the percentage of Dead Coral cover was found to be 32.80%, which was dominated by dead coral with algae and rubble. Keywords: Coral Reef, Barracuda Station, reef fish, Underwater photo transect ABSTRAK Kegiatan pengambilan data Terumbu Karang dilakukan di Stasiun Barracuda untuk posisi dan koordinat lokasi pengambilan data terumbu karang. Kegiatan Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2022. Pengambilan data untuk penilaian kondisi terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode Underwater Photo Transect (UPT). Data di lapangan adalah berupa foto bawah air yang dilakukan dengan pemotretan menggunakan kamera digital bawah air Canon 16 dilengkapi dengan underwater housing yang komputibel. Foto-foto hasil pemotretan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan piranti lunak komputer CPCe untuk mendapatkan data- data yang kuantitatif. Stasiun Barracuda terletak pada Kelurahan Malalayang. Saat pengamatan dilakukan cuaca sangat baik, tidak berangin dan tidak bergelombang. Kondisi air sangat baik dengan jarak pandang kurang lebih 20 meter dan tidak berarus. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 4 meter di reef flat. Dasar perairan terdiri dari dead coral with algae, karang hidup, dan rubble. Secara umum persentase tutupan karang hidup yang teramati di stasiun Barracuda adalah 13,53% yang menempatkan kondisi terumbu karang di stasiun Barracuda dalam kateori “buruk”. Pada stasiun Barracuda mendapatkan nilai persentase tutupan Abiotik dengan nilai 45,13% yang di dominasi oleh substrat yang berpasir. Lalu persentase tutupan Dead Coral didapati dengan nilai 32,80%, yang di dominasi oleh dead coral with algae dan rubble. Kata Kunci : Terumbu Karang, Stasiun Barracuda, ikan karang, Underwater photo trans
KESESUAIAN SUMBER DAYA PANTAI PULISAN UNTUK WISATA REKREASI PANTAI BERKELANJUTAN Kontu, Tommy M.; Lintong, Oktavianus; Sambeka, Vesty L.; Oroh, Dannie R. S.; Rasjid, Efendy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 12 No. 3 (2024): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.12.3.2024.59390

Abstract

Pantai Pulisan terletak di region paling ujung utara semenanjung Minahasa dan telah lama dikenal memiliki sumber daya alam yang dikelola untuk sektor perikanan, jasa lingkungan, terutama pariwisata. Namun dalam beberapa dekade terakhir telah berubah menjadi objek wisata masal. Termasuk dalam kawasan destinasi pariwisata super prioritas dan menjadi objek wisata rekreasi pantai yang ramai dikunjungi. Penelitian ini bertujuan mengukur indeks kesesuaian sumber daya pesisir di pantai Pulisan dalam peruntukannya sebagai objek wisata rekreasi pantai berdasarkan penilaian terhadap beberapa parameter sumber daya. Pengukuran indeks kesesuaian sumber daya pantai Pulisan bermanfaat untuk menilai apakah sumber daya yang ada sekarang masih sesuai bagi peruntukan pantai Pulisan sebagai objek wisata rekreasi pantai. Apalagi pantai Pulisan telah menjadi objek yang ramai dikunjungi sehingga diasumsikan mengalami banyak tekanan dan berpengaruh terhadap keberlanjutan. Indeks kesesuaian wisata diukur dengan cara melakukan penilaian terhadap sepuluh parameter kesesuaian (Yulianda, 2019). Hasil penelitian menunjukkan indeks kesesuaian wisata (IKW) sumber daya pantai Pulisan berada pada nilai 2,395 dan dikategorikan ‘sesuai’. Tipe pantai, kecepatan arus, keberadaan biota berbahaya, ketersediaan air tawar, terutama penutupan lahan pantai, merupakan komponen-komponen yang menurunkan indeks kesesuaian pantai Pulisan sebagai objek wisata rekreasi pantai, sehingga perlu penanganan untuk keberlanjutan. Kata kunci: pantai pulisan, indeks kesesuaian wisata, rekreasi, pantai