Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : SCIENTIFIC JOURNAL OF NURSING RESARCH

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. RUBINI MEMPAWAH Kartikaningsih, Dewi; -, Marsia; Agustina, Mita; Baedlawi, Azhari
Scientific Journal of Nursing Research Vol 4, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v4i1.1298

Abstract

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat badan bayi yang kurang dari 1 jam setelah lahir dengan berat kurang dari 2500 gram atau < 2,5 kg tanpa memandang gestasi. Jadi, BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur tetapi dapat juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama masa kehamilan. Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak adapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan TerjadinyaAsfiksia Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD dr. Rubini Mempawah. Desain penelitian yangdigunakan adalah cross sectional menggunakan data rekam medik yang diambil secara retrospektif untuk melihat hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan kejadian Asfiksia Neonatorum yang dilakukan pada 41 responden. Uji statistik penelitian ini menggunakan Uji Chi Square. Hasil uji statistik penelitian hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Terjadinya Asfiksia Neonatorum didapatkan p value sebesar 0,087 (α >0,05). Tidak ada hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Terjadinya Asfiksia Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD dr. Rubini mempawah.
PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING TERAPI MADU UNTUK PENYEMBUHAN LUKA DIABETIK DI RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA TAHUN 2023 ariansyah, ariansyah; Agustina, Mita; Baedlawi, Azhari
Scientific Journal of Nursing Research Vol 5, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v5i2.1350

Abstract

 ABSTRACTBackground: Diabetes mellitus (DM) is a disease characterized by an increase in blood sugar levels (hyperglycemia) due to a deficiency of the hormone insulin, both absolute and relative. Honey is one of the dressings for topical wound care that can inhibit bacterial colonization, such as Staphylococcus aureus and pseudomonas, so that it can accelerate the wound healing process. Purpose: The purpose of writing this final scientific work is to find out the application of honey therapy for healing diabetic wounds in Patients. With diabetes mellitus type II. Overview of Cases Managed: Patient with a diagnosis of diabetes mellitus. During the study, the main complaint was that there was a wound on the right foot, on the back of the foot, and between the middle and little fingers. There is a wound with a length of 7 cm, a wound area of 3 cm, and a wound depth of 3 cm. The wound looks reddish, and there is push. The patient's history of DM disease began a year ago. EBNP results: the results of the implementation After being given honey therapy, there were wounds that improved; namely, before being given honey therapy, the patient's wounds were dirty; there were necrotic and pus (pus). Based on the results above, it was found that giving honey therapy was effective in healing diabetic wounds. This is in line with the research conducted. The implementation of calliandra honey dressings for five days on the diagnosis of skin integrity disorders showed that honey dressings were effective in healing wounds and improving skin integrity where the client's wound was red and no longer smelly and the size of the wound had started to shrink. Conclusion: After the intervention of honey therapy in patients once every day for 15 minutes. The result was that the patient wound improved wound area by 2 cm, wound length by 5 cm, no necrosis, no push, granulation around the wound improved, and reduced hematoma. Keywords : Diabetes mellitus, honey therapy, diabetic ulcer   ABSTRAK  Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Madu merupakan salah satu dressing untuk perawatan luka yang bersifat topical yang dapat menghambat kolonisasi bakteri seperti Staphylococcus aureus dan pseudomonas sehingga akan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan: penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Terapi Madu Untuk Penyembuhan Luka diabetes melitus dengan ulkus. Gambaran Kasus Kelolaan: Pasien perempuan 55 terdiagnosa diabetes melitus dengan ulkus diabetes, saat pengkajian didapatkan keluhan utama terdapat luka di kaki sebelah kanan di bagian punggung kaki dan sela jari tengah dan jari kelingking. Terdapat luka dengan panjang luka 7 cm, luas luka 3 cm, kedalaman luka 3 cm, luka tampak kemerahan, terdapat push, pasien memiliki riwayat penyakit DM sejak 1 tahun yang lalu. Hasil EBNP:  hasil implementasi setelah diberikan terapi madu terdapat luka yang membaik yaitu sebelum diberikan terapi madu luka pasien kotor terdapat nekrotik dan pus (nanah), Berdasarkan hasil di atas didapatkan bahwa pemberian terapi madu efektif dalam penyembuhan luka diabetik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan. pelaksanaan implementasi dressing madu kaliandra selama lima hari pada diagnosa gangguan integritas kulit menunjukkan dressing madu efektif dalam penyembuhan luka dan memperbaiki integritas kulit dimana luka klien sudah memerah dan tidak berbau lagi dan ukuran luka sudah mulai mengecil. Kesimpulan: setelah dilakukan intervensi terapi madu pada pasien selama 1 hari sekali selama 15 menit. Di dapatkan hasil bahwa: luka pada NY. E membaik luas luka 2 cm,panjang luka 5 cm, tidak terdapat nekrotik, tidak terdapat push,granulasi di sekitar luka membaik, hematoma berkurang.Kata Kunci :  Diabetes melitus, terapi madu, ulkus diabetes
PENGARUH EDUKASI MELALUI BOOKLET TENTANG PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN APPENDISTIS DI RUANG BEDAH RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG TAHUN 2020 Fajarini, Diah; Agustina, Mita; Ahmad, Arif Nur
Scientific Journal of Nursing Research Vol 2, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v2i1.1181

Abstract

Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien yang akan menjalani operasi, termasuk pada pasien yang akan menjalani operasi appendisitis. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam pembedahan dan tindakan pembiusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi melalui booklet tentang pre operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien appendisitis di ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimental. Posttest. Tehnik pengambilan sampel dengan One Group Pretest-Posttest pada pasien appendisitis yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan jumlah sampel 30 responden. Instrument yang digunakan berupa kuesioner kecemasan. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0.00 dimana terdapat perbedaan mean sebelum intervensi = 23,90 dan setelah intervensi 22,66. Nilai signifikansi tersebut menyatakan bahwa Ha diterima yang artinya ada pengaruh melalui booklet tentang pre operasi terhadap kecemasan pada pasien appendisitis di ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh melalui booklet tentang pre operasi terhadap kecemasan pada pasien appendicitis di ruang bedah RSUD dr.Abdul Aziz Singkawang tahun 2020
PENGARUH EDUKASI MELALUI BOOKLET TENTANG PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN APPENDISTIS DI RUANG BEDAH RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG TAHUN 2021 Fajarini, Diah; Agustina, Mita; Akhmad, Arif Nur
Scientific Journal of Nursing Research Vol 3, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v3i2.1293

Abstract

Kecemasan dapat terjadi pada semua pasien yang akan menjalani operasi, termasuk pada pasien yang akan menjalani operasi appendisitis. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam pembedahan dan tindakan pembiusan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi melalui booklet tentang pre operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien appendisitis di ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian PreEksperimental. Posttest. Tehnik pengambilan sampel dengan One Group Pretest-Posttest pada pasien appendisitis yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan jumlah sampel 30 responden. Instrument yang digunakan berupa kuesioner kecemasan. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = 0.00 dimana terdapat perbedaan mean sebelum intervensi = 23,90 dan setelah intervensi 22,66. Nilai signifikansi tersebut menyatakan bahwa Ha diterima yang artinya ada pengaruh melalui booklet tentang pre operasi terhadap kecemasan pada pasien appendisitis di ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh melalui booklet tentang pre operasi terhadap kecemasan pada pasien appendicitis di ruang bedah RSUD dr.Abdul Aziz Singkawang tahun 2020. 
EFEKTIVITAS SELIMUT ELEKTRIK DALAM PENINGKATAN SUHU TUBUH PASIEN PASCA OPERASI YANG MENGALAMI HIPOTERMIA : LITERATURE REVIEW Febriani, Fenni; Agustina, Mita; Kapadia, Raju
Scientific Journal of Nursing Research Vol 2, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v2i2.1187

Abstract

Latar belakang: Hipotermia pasca operasi adalah keadaan suhu tubuh di bawah suhu normal (<36ºC) karena operasi. Selimut listrik menggunakan listrik sumber daya telah digunakan sebagai intervensi untuk mencegah komplikasi hipotermia. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui efektifitas selimut elektrik di meningkatkan suhu tubuh pasien pasca operasi hipotermia. Metode Penelitian: Menggunakan desain literature review. Pencarian data artikel sumber dilakukan melalui 3 database Pubmed, Proques, dan Google sarjana (2011-2021) untuk mengambil artikel relevan yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Hasil Penelitian: Setelah meninjau literatur dari 10 jurnal, elektrik selimut terbukti efektif dalam meningkatkan suhu tubuh pasien pasca operasi dibandingkan dengan selimut biasa. Selain itu, listrik selimut juga menaikkan suhu pasien hipotermia lebih cepat Kesimpulan dan saran: Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa listrik selimut secara efektif dapat meningkatkan suhu tubuh pasien pasca operasi di kisaran rata-rata 1,50°C - 1,96°C dibandingkan selimut biasa dalam kisaran tersebut dari 0,85°C -1,05 °C Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penerapan intervensi selimut listrik pasca operasi dengan memperhatikan durasi penggunaan dan pengaturan suhu.
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI LAPARATOMI DI RUANG BEDAH RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG TAHUN 2020 Lestari, Dwi Indah; Limson, Leonatus; Agustina, Mita
Scientific Journal of Nursing Research Vol 2, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v2i1.1173

Abstract

Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invansive yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh. Salah satu jenis operasi besar dilakukan adalah laparatomi. Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di daerah abdomen. Pasien dalam menghadapi pembedahan dapat mengalami kecemasan. Hal tersebut dapat terjadi karena takut nyeri dan operasi yang gagal. Komunikasi terapeutik memberikan pengertian antara perawat dan klien dengan tujuan membantu klien memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat menghilangkan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik correlation dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang yang diambil secara Non Probability Sampling dengan pendekatan Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square didapatkan p value 0,008 < 0,05 (Ha diterima). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomi di ruang bedah RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Saran hasil penelitian dapat digunakan bagi profesi keperawatan, bagi institusi rumah sakit, bagi responden dan bagi peneliti selanjutnya. Semoga penelitian yang telah dilakukan ini dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pemberian pelayanan kesehatan kedepannya. Serta diharapkan lebih meningkatkan lagi komunikasi terapeutik dalam pemberian informasi tentang pra bedah.
EFEKTIVITAS RANGE OF MOTION (ROM) DALAM MENCEGAH KONTRAKTUR PADA LANSIA STROKE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGKAWANG UTARA 1 Agustina, Mita; Marsia, Marsia
Scientific Journal of Nursing Research Vol 7, No 1 (2025): April 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/sjnr.v7i1.1825

Abstract

ABSTRACTElderly (elderly) is a phase of aging in human life with increasing age. A person experiencing the aging phase will experience a decline in organ function and a decrease in physical development which will result in health problems. Stroke is a major health problem in both developed and developing countries, stroke is the second most common cause of death and the main cause of disability in adults. It is characterized by loss of communication and motor skills, as well as cognitive decline. If the joint is not moved for a long time it will cause joint contractures. ROM is a person's ability to perform movements optimally in carrying out movements whether the muscles are fully shortened or not, or fully extended or not. ROM exercises are given to the shoulders, arms, elbows, wrists, fingers, groin, knees, ankles, and toes. Through this study, we designed ROM (Range Of Motion) exercises for elderly people with stroke to prevent contractures.This research aims to determine whether Range of Motion (ROM) exercises are effective in preventing joint contractures in elderly people with stroke. This research method is Quasi-Experimental Research, with a Pre and Post Test Without Control Group Design research design, with a sample size of 30 respondents. For data analysis in the study, Wilcoxon was used. The results of the study showed an increase in muscle strength in elderly people who trained with ROM. The conclusion of the research results shows that ROM (Range of Motion) is effective in preventing contractures with a p-value of 0.00Keywords : Range Of Motion, joint contractures, elderly, stroke ABSTRAKLanjut usia (lansia) merupakan fase penuaan dalam kehidupan manusia dengan bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami fase penuaan akan terjadi penurunan fungsi organ dan penurunan perkembangan fisik yang akan berdampak adanya masalah kesehatan. Stroke merupakan masalah utama kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang, stroke menjadi penyebab kematian kedua terbanyak dan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Hal tersebut ditandai dengan hilangnya keterampilan komunikasi dan motorik, serta penurunan kognitif. Jika sendi tidak digerakkan dalam waktu lama akan menyebabkan tejadinya kontraktur sendi. ROM adalah kemampuan seseorang melakukan gerakan secara maksimal dalam melakukan gerakan apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak. Latihan ROM diberikan pada bagian bahu, lengan, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, pangkal paha, lutut, pergelangan kaki dan jari jari kaki. Melalui studi ini kami merancang latihan ROM (Range Of Motion) pada lansia dengan Stroke yang tujuan nya mencegah terjadinya kontraktur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Latihan Range Of Motion (ROM) efektif mencegah kontraktur sendi pada lansia dengan Stroke. Metode penelitian ini adalah dengan Quasi Experimental Research, dengan desain penelitian Pre And Post Test Without Control Group Design, dengan jumlah sampel yaitu 30 responden. Untuk analisa data pada penelitian digunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot pada lansia yang dilatih ROM. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa ROM (Range of Motion) efektif dalam mencegah kejadian kontraktur dengan nil ai p value 0.00.Kata Kunci : Range Of Motion, kontraktur sendi, lansia, stroke