Suparyono Saleh
Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pembuatan Prothesa Telinga dengan Metode Pencetakan Tiga Lapis Fathurrahman, Helmi; Ismiyati, Titik; Saleh, Suparyono; Dipoyono, Haryo Mustiko
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Defek telinga unilateral ataupun bilateral dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya trauma, kelainan pertumbuhan, atau prosedur pengangkatan kanker. Kondisi ini akan mempengaruhi psikologis pasien karena telinga merupakan organ vital yang membentuk estetika wajah. Salah satu perawatan rehabilitasi pada defek telinga adalah dengan pembuatan protesa telinga. Tahapan penting dari pembuatan protesa telinga adalah mendapatkan cetakan yang akurat untuk membuat pola malam. Teknik pencetakan dalam pembuatan prothesa telinga diantaranya metode reversible hydrocolloid dengan sendok cetak malam, irreversible hydrocolloid dengan sendok cetak kaku dan metode pencetakan tiga lapis. Keunggulan teknik pencetakan tiga lapis adalah mudah di lakukan dan akurasi hasil pencetakan yang baik. Tujuan laporan kasus ini adalah mengaplikasikan teknik pencetakan tiga lapis dalam pembuatan prothesa telinga.Perawatan dilakukan pada seorang pria berusia 14 tahun yang mengalami defek kongenital telinga dextra (unilateral). Langkah pertama dalam pembuatan prothesa yaitu pencetakan telinga normal dan defek, dilanjutkan pembuatan pola malam dan basis protesa, kemudian tahap try in pola malam, processing silikon, dan insersi. Prosedur pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis yaitu mengaplikasikan irreversible hidrocolloid pada regio post aurale (lapisan pertama), regio pra aurale, permukaan internal, (lapisan kedua), dan permukaan luar telinga (lapisan ketiga). Hasil pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis adalah tiga lapisan irreversible hidrocolloid yang solid dan mudah untuk dipisahkan sehingga menjamin akurasi hasil pengecoran. Kesimpulan laporan kasus ini adalah teknik pencetakan tiga lapis dapat diaplikasikan dalam pembuatan prothesa telinga.ABSTRACTS: Triple Layer Impression Method For Auricular Prosthesis. An unilateral or bilateral auricular defect can be caused by several factors including trauma, congenital malformation or surgical removal of neoplasm. These condition will affect patient psycologic because ear is a vital part of facial aesthetic. One of rehabilitation care of auricular defect is an auricular prosthesis. Important stage of making auricular prosthesis is to obtain accurate impression to make wax pattern. Impression technique including method of reversible hydrocolloid with wax collar, irreversible hydrocolloid with rigid tray and triple layer impression method. The excellence of the triple layer impression technique are easy to do and accuracy of good impression result. The aim of this case report is to apply triple layer impression method in the making of auricular prosthesis. The treatment was done in 14 years old male patient with chief compain of congenitally defect of external dextra ear. First step of making auricular prosthesis is making an impression of defect area and opposite ear, making prothesa basis and wax pattern, try in the wax pattern, sillicone processing, and insertion the prothesa. Triple layer impression method was done in three step, first the impression material was injected to post aurale region (first layer), than injected to internal surface of ear (second layer). Subsequently, the third layer of impression material was partially filled into the tray and external surface of ear.The result of triple layer impression method in the making of auricular prosthesis is triple layer of solid irreversible hydrocolloid but separatable completly. Conclusion of this case report is the triple layer impression method is suitable for making an auricular prosthesis.
The effect of platelet-rich fibrin on the acceleration of osteoblast proliferation after endosseous dental implant insertion Chandra, Evan; Saleh, Suparyono; Indrastuti, Murti
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 6, No 1 (2020): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.40046

Abstract

The osseointegration process of dental implants begins with osteoblast differentiation and proliferation, which is an important aspect of the bone regeneration process. Platelet-rich fibrin (PRF) is a platelet that contains a large amount of fibrin and growth factor, which is widely used to accelerate bone regeneration. This study aims to determine the effect of PRF on the acceleration of osteoblast proliferation after endosseous dental implant insertion. Twelve male Wistar rats weighing 250 to 300 gr of 8 to 15 weeks as an animal model were divided into two groups, the control group and treatment group, based on days and PRF treatment. Three ml of Wistar rat blood was obtained and centrifuged for 12 minutes at a speed of 2700 rpm to make PRF. Afterward, platelet-rich fibrin was applied to implant bed, and the dental implant was inserted at the lateral epicondyle of the right femur in 3 mm depth and 1.8 mm diameter dimension. Incontrol groups, dental implants were immediately inserted after implant bed preparation without PRF administration. Observation of the Wistar rats was carried out on days 14 and 28 for each group. The rats were terminated accordingto the timeline of group design. The epicondylus lateralis femoris dextra bone of the rats was taken and fixed with 10% buffered formalin solution. Then, histological samples were made with hematoxylin-eosin staining. Sample observation was done under a light microscope to calculate the number of osteoblasts. The data were analyzed using the two-way ANOVA test, followed by LSD post hoc test. Based on the two-way ANOVA test, there was a significant difference between control groups and treatment groups (p<0.05), and there were significant differences between the observation result of days 14 and 28 (p<0.05). The application of PRF increased osteoblast proliferation for the first 14 days, but the rate decreased after that. Based on the LSD post hoc test, there were differences in osteoblast proliferation between the treatment and control group (p<0.05). Thus, it is concluded that platelet-rich fibrin increased the acceleration ofosteoblast proliferation after endosseous dental implant insertion.
Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis Adi Kristanto Tandadjaja; Haryo Mustiko Dipoyono; Suparyono Saleh; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.55744

Abstract

Periodontitis kronis merupakan masalah masyarakat di banyak negara berkembang. Periodontitis kronis termasuk penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi, sehingga menyebabkan kegoyangan gigi. Gigi tiruan yang proses pemasangannya dilakukan langsung setelah pencabutan gigi dalam mulut pasien disebut gigi tiruan sebagian immediate. Tujuan studi pustaka adalah untuk mengkaji perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis untuk mengembalikan efektifitas pengunyahan pasien segera setelah pencabutan gigi. Seorang laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan gigi molar kedua atas kanan dan molar pertama bawah kiri mengalami periodontitis kronis disertai kegoyangan derajat 3. Pasien merasa kesulitan mengunyah dan kurang percaya diri karena banyak gigi geliginya hilang. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 14, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 35, 36, 45, 46, 47, 48 telah hilang. Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi protesa gigi tiruan sebagian lepasan dengan immediate pencabutan gigi 17 dan 36 dengan hasil insersi: gigi tiruan retentif dan stabil, tidak ada traumatik oklusi, dan baik secara estetik. Pada kontrol pertama, 24 jam pasca insersi, tidak ada keluhan, tidak ada pendarahan, gigi tiruan tidak menekan luka. Pada kontrol kedua, luka telah menutup dengan sempurna dan pasien merasa puas karena fungsi pengunyahannya telah kembali. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis dapat mengembalikan efektifitas pengunyahan, estetik dan fonetik pasien segera setelah pencabutan gigi serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis agresif Iwa Arya Sakti; Suparyono Saleh; Erwan Sugiatno; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.61412

Abstract

Gigi tiruan sebagian lepasan immediate adalah gigi tiruan yang proses pemasangannya dalam mulut pasien, dilakukan langsung setelah pencabutan gigi. Periodontitis agresif merupakan salah satu bentuk penyakit periodontal yang memiliki karakteristik berupa kerusakan jaringan periodontal yang parah dan cepat. Biasanya terjadi pada usia muda dengan kesehatan sistemik yang baik. Hal ini menyebabkan terjadinya kegoyahan hingga lepasnya gigi menjadi lebih cepat. Studi kasus ini bertujuan untuk mengkaji penatalaksanaan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate paska pencabutan gigi akibat periodontitis agresif untuk mengembalikan estetik, fonetik dan mastikasi. Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke RSGM UGM Prof Soedomo ingin mencabutkan gigi depan yang goyang dan ingin langsung memakai gigi tiruan karena pasien tidak mau terlihat ompong. Pada pemeriksaan intra oral gigi 16, 21, 25, 34, 44 dan 46 sudah hilang, gigi 13, 12, 11 dan 22 goyang derajat 3 serta gigi 14, 23 dan 24 goyang derajat 2. Pada gigi 33, 32, 31, 41, 42 dan 43 sudah dilakukan splinting karena mengalami kegoyahan dan resesi gingiva yang parah. Anamnesa, pemeriksaan klinis, splinting gigi 15, 14, 13, 23 dan 24, pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate, pencabutan gigi 12, 11 dan 22 dilanjutkan pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan immediate serta dilakukan pengecekan estetik, fonetik dan oklusi. Pada saat kontrol terlihat estetik pasien menjadi lebih baik, pengucapan menjadi lebih jelas serta proses mastikasi menjadi lebih baik. Gigi tiruan sebagian lepasan immediate dapat memperbaiki estetik, fonetik dan mastikasi paska dilakukan pencabutan secara langsung pada pasien dengan periodontitis agresif.
Penatalaksanaan defek residual rigde posterior mandibula dengan overdenture kaitan magnet Sradha Putra; Titik Ismiyati; Suparyono Saleh; Heriyanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65685

Abstract

Overdenture merupakan perawatan yang dapat diterima oleh pasien lanjut usia dengan satu gigi atau lebih yang tersisa dalam rongga mulut. Kehilangan dimensi vertikal oklusi pasien dapat menyebabkan gigi posterior yang tersisa menekan residual rigde pada rahang antagonis sehingga terjadi defek tulang alveolar. Defek residual rigde rahang bawah mengganggu retensi gigi tiruan. Kaitan magnet pada overdenture dapat menambah retensi gigi tiruan. Tujuan laporan ini memberikan pemilihan perawatan mengenai defek residual rigde posterior mandibula akibat tekanan gigi 16 dengan menggunakan overdenture kaitan magnet. Pasien perempuan berusia 64 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo untuk dibuatkan gigi tiruan. Pasien kehilangan gigi 17, 15, 14, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27 pada rahang atas. Pada rahang bawah, hanya tersisa gigi 45 dan terjadi kehilangan oklusi gigi posterior yang menyebabkan gigi 16 meninggalkan defek residual rigde pada regio 46 posterior mandibula kanan. Tatalaksana kasus perawatan saluran akar gigi 45, dekaputasi mahkota gigi berbentuk dome shaped, penggambilan guta percha sesuai dengan panjang keeper, sementasi keeper. Setelah insersi gigi tiruan dilakukan pemasangan kaitan magnet pada permukaan fitting surface. Kesimpulan overdenture kaitan magnet dapat meningkatkan retensi gigi tiruan pada defek residual rigde pada posterior mandibula.
Pembuatan Prothesa Telinga dengan Metode Pencetakan Tiga Lapis Helmi Fathurrahman; Titik Ismiyati; Suparyono Saleh; Haryo Mustiko Dipoyono
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 21, No 1 (2014): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1793.759 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.8776

Abstract

Defek telinga unilateral ataupun bilateral dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya trauma, kelainan pertumbuhan, atau prosedur pengangkatan kanker. Kondisi ini akan mempengaruhi psikologis pasien karena telinga merupakan organ vital yang membentuk estetika wajah. Salah satu perawatan rehabilitasi pada defek telinga adalah dengan pembuatan protesa telinga. Tahapan penting dari pembuatan protesa telinga adalah mendapatkan cetakan yang akurat untuk membuat pola malam. Teknik pencetakan dalam pembuatan prothesa telinga diantaranya metode reversible hydrocolloid dengan sendok cetak malam, irreversible hydrocolloid dengan sendok cetak kaku dan metode pencetakan tiga lapis. Keunggulan teknik pencetakan tiga lapis adalah mudah di lakukan dan akurasi hasil pencetakan yang baik. Tujuan laporan kasus ini adalah mengaplikasikan teknik pencetakan tiga lapis dalam pembuatan prothesa telinga.Perawatan dilakukan pada seorang pria berusia 14 tahun yang mengalami defek kongenital telinga dextra (unilateral). Langkah pertama dalam pembuatan prothesa yaitu pencetakan telinga normal dan defek, dilanjutkan pembuatan pola malam dan basis protesa, kemudian tahap try in pola malam, processing silikon, dan insersi. Prosedur pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis yaitu mengaplikasikan irreversible hidrocolloid pada regio post aurale (lapisan pertama), regio pra aurale, permukaan internal, (lapisan kedua), dan permukaan luar telinga (lapisan ketiga). Hasil pencetakan telinga dengan teknik tiga lapis adalah tiga lapisan irreversible hidrocolloid yang solid dan mudah untuk dipisahkan sehingga menjamin akurasi hasil pengecoran. Kesimpulan laporan kasus ini adalah teknik pencetakan tiga lapis dapat diaplikasikan dalam pembuatan prothesa telinga.Triple Layer Impression Method For Auricular Prosthesis. An unilateral or bilateral auricular defect can be caused by several factors including trauma, congenital malformation or surgical removal of neoplasm. These condition will affect patient psycologic because ear is a vital part of facial aesthetic. One of rehabilitation care of auricular defect is an auricular prosthesis. Important stage of making auricular prosthesis is to obtain accurate impression to make wax pattern. Impression technique including method of reversible hydrocolloid with wax collar, irreversible hydrocolloid with rigid tray and triple layer impression method. The excellence of the triple layer impression technique are easy to do and accuracy of good impression result. The aim of this case report is to apply triple layer impression method in the making of auricular prosthesis. The treatment was done in 14 years old male patient with chief compain of congenitally defect of external dextra ear. First step of making auricular prosthesis is making an impression of defect area and opposite ear, making prothesa basis and wax pattern, try in the wax pattern, sillicone processing, and insertion the prothesa. Triple layer impression method was done in three step, first the impression material was injected to post aurale region (first layer), than injected to internal surface of ear (second layer). Subsequently, the third layer of impression material was partially filled into the tray and external surface of ear.The result of triple layer impression method in the making of auricular prosthesis is triple layer of solid irreversible hydrocolloid but separatable completly. Conclusion of this case report is the triple layer impression method is suitable for making an auricular prosthesis.
Perbedaan Kekuatan Geser Reparasi Gigi Tiruan Cekat dengan Resin Komposit Packable dan Flowable (Uji Laboratoris pada permukaan logam NiCr) Endang Wahyuningtyas; Suparyono Saleh; Sri Budi Barunawati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4344.973 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15533

Abstract

Latar Belakang. Resin komposit merupakan bahan pilihan untuk reparasi Gigi Tiruan Cekat porcelain fused to metal (PFM) Karena estetis baik dan manipulasi mudah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kekuatan geser perlekatan resin komposit pada permukaan logam Gigi Tiruan Cekat dengan menggunakan resin komposit jenis packable dan jenis flowable. Metode penelitian. Subjek penelitian berupa logam NiCr (Noritake, Japan) berbentuk silinder dengan diameter 10 mm dan tinggi 3 mm. Penelitian dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 10 subjek. Kelompok pertama reparasi dengan resin komposit packable (Z250™ 3M ESPE, USA) dan kelompok kedua reparasi dengan resin komposit flowable (Dyad flow, Kerr, USA). Permukaan subjek dikasari dengan wheel diamond bur, dietsa dengan asam fosfat 37 % (Scotchbond™, 3M ESPE, USA) kemudian dicuci dan dikeringkan, selanjutnya diaplikasikan silan (Rely X™ Ceramic Primer, 3M ESPE, USA) dan bonding (Adper™ Single Bond, 3M ESPE, USA). Permukaan kemudian dilapisi dengan resin komposit packable dan flowable, disinari selama 40 detik. Subjek penelitian direndam di dalam distilled water dan dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 37°C selama 7 hari. Uji kekuatan geser dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine. Data dianalisis dengan uji t. hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kekuatan geser reparasi gigi tiruan cekat pada permukaan logam (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah kekuatan geser reparasi pada permukaan logam dengan menggunakan resin komposit flowable yang mengandung bahan coupling agent lebih tinggi dibandingkan reparasi pada permukaan porselen dengan menggunakan resin komposit packable. Background. One of selected material by repairing the fixed partial denture was composite resin because of its good aesthetics and low manipulation. The aim. This research was aimed at identifying the differences of shear bond strength of composite resin on metal surface by using different composite resins, namely packable and flowable composite resins. Method. The research subjects were cylinders with 10 mm in diameter and 3 mm in height. The research subjects with metal material of NiCr (Noritke, Japan) involved two groups. The first group comprising 10 repair subjects with composite packable (Z250™, 3M ESPE, USA) and 10 repair subjects with flowable composite (Dyad flow, Kerr, USA). The surface of the subjects were roughned with wheel diamond bur and etched with 37% phosphate acid (Scotbond™, 3M ESPE, USA) were applied. The surface was then coated with packable and flowable composite resins and light-cured for 40 seconds. The research subjects were immersed in distilled water and put into the incubator at temperature of 37°C for 7 days. The shear bond strength test was conducted using the Universal Testing Machine. Data were analyzed using t-test. The result. The research result showed that there were differences of shear bond strength of repair between packable and flowable composite resins. The result of t-test indicated significant diffrences on metal surface (p<0,05). The conclusion of this research is that shear bond strength of repair with flowable composite which contain coupling agent has higher shear bond strength than that of packable composite resin.
Rehabilitasi Pasien Karsinoma Sel Skuamosa Pasca Bedah Menggunakan Obturator dengan Magnet Fahmi Yunisa; Murti Indrastuti; Suparyono Saleh
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2720.793 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15537

Abstract

Latar Belakang. Tindakan pembedahan pada pasien dengan kanker rongga mulut dapat mengakibatkan terjadinya defek di area intra oral dan maksillofasial. Defek tersebut dapat mengakibatkan terganggunya fungsi normal rongga mulut, yaitu mengunyah, bicara dan estetis, serta mengurangi rasa percaya diri. Untuk megatasinya diperlukan rehabilitasi fungsi rongga mulut berupa pembuatan obturator. Tujuan. Rehabilitasi defek pasca bedah pada pasien karsinoma sel skuamosa yang melibatkan palatum keras, sebagian palatum lunak, rongga hidung dan sinus maksilaris. Laporan Kasus dan Penatalaksanaan. Seorang pasien laki-laki, usia 74 tahun, datang ke klinik prostodonsia RSGM UGM, atas rujukan dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, untuk dibuatkan hidung dan penutup untuk langit-langit mulutnya yang terbuka. Pasien merasa malu karena kondisi hidungnya yang hilang dan terbuka, serta susah untuk menelan makanan dan jika berbicara kurang jelas karena langit-langit mulutnya juga hilang/terbuka. Pasien telah menjalani operasi pembedahan hidung dan palatum, karena terdiagnosa karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan obyektif menunjukkan terdapat defek yang cukuo besar pada rongga hidung dan palatum durum dan sebagian palatum molle. Gigi yang tersisa pada rahang atas hanya gigi 23. Perawatan yang dilakukan adalah dengan pembuatan protesa hidung dan obturator. Obturator dibuat dari bahan resin akrilik dengan klamer C pada gigi 23. Untk menambah kekuatan retensi maka ditambahkan magnet di fitting surface obturator yang dilekatkan dengan protesa hidung. Kontrol dilakukan 1 bulan kemudian. Pasien merasa nyaman menggunakan obturator dengan penguat magnet pada protesa hidung. Pasien bisa menelan makanan dan bicaranyapun sudah lebih jelas. Pasien juga merasa obturatornya tidak mudah lepas, ketika menelan makanan maupun saat berbicara. Kesimpulan. Penggunaan obturator dengan magnet dapat mengembalikan fungsi normal rongga mulut akibat defek pasca bedah, serta mengembalikan rasa percaya diri pasien. Background. Surgery in patients with cancer of the oral cavity can result in defects in the area of intra-oral and maxillofacial. Defects can lead to discruption of the normal functions of the oral cavity, ie chewing, talking and aesthetic, as well as reducing confidence. In order to fix the function, the patient needed rehabilitation of oral function such as the manufacture of the obturator. Objective. Postoperative rehabilitation defects in patients with squamous cell carcinoma involving the hard palate, part soft palate, nasal cavity and the maxillary sinus. Case Report and Management. A male patient, aged 74, came to the clinic of prosthodontics Gadjah Mada University Dental Hospital, upon referral from the Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. He wanted to make the nose and the cover for his open mouth roof. He feels embarrassed because of the condition of his nose was missing and open, as well as difficult to swallow food and if he talk was less obvious because of the condition of his nose was missing and open, as well as difficult to swallow food and if he talk was less obvious because the roof of his mouth is also missing/open. He had undergone nose and palate surgery, as diagnosed squamous cell carcinoma. The objective examination shows that there substantial defects in the nasal cavity and hard palate and part of the soft palate. The remaining teeth in the upper jaw only element 23. The treatment that performed in this patient was making the nose and obturator prosthesis. Obturator is made of acrylic resin with C clamer on teeth 23. In order to add strength retention, there was addition of magnet on the obturator fitting surface that attached to the nose prosthesis. The control performed one month later. Patient feels comfortable using the obturator prosthesis with magnetic on nose prosthesis. He can already swallow food again and the talk has been clearer. He also feels comfort since the obturator was not easily escape, while swallowing food or speaking. Conclusion. The use of the obturator with magnets can restore the normal function of the oral cavity caused by post-surgical defect and restore the confidence of the patient.
Pembuatan Protesa Maksilofasial Hidung dengan Retensi Magnet Owin Bambang Wijanarko; Endang Wahyuningtyas; Suparyono Saleh
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4046.528 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.15540

Abstract

Latar belakang masalah. Restorasi dari cacat masalah. Restorasi dari cacat yang disebabkan tumor di daerah fasial sangat menantang bagi dokter bedah dan ahli prostodonti. Maxillofacial prosthetics adalah cabang kedokteran gigi yang berhubungan dengan cacat baik kongenital maupun yang didapat pada kepala dan leher. Cacat yang didapatkan dibagi menjadi cacat intraoral dan ekstraoral. Cacat intraoral meliputi mandibula, lidah, palatum, keras, sedangkan cacat ekstraoral meliputi daerah lainnya pada kepala dan leher. Tujuan. Laporan kasus ini adalah untuk rehabilitasi daerah wajah pasien dengan memperbaiki fungsi dan estetik dengan membuat protesa maksilofasial hidung sehingga pasien tidak merasa malu. Laporan kasus. Pasien laki-laki, 74 tahun datang atas kemauan sendiri, dan rujukan dari THT ingin dibuatkan hidung dan langit-langit atas buatan karena hidung sudah diamputasi. Dibuatkan prothesa maksilofasial hidung dari bahan silikon karena mempunyai tekstur yang hampir sama dengan kulit, kemudian dipasang kaitan magnet yang dilekatkan dengan obturator sehingga retensi bertambah baik. Protesa dipasang pada kacamata agar mudah cara menggunakan. Kesimpulan. Pasien merasa lebih nyaman ketika bernafas dan berbicara setelah memakai protesa maksilofasial hidung dengan retensi magnet ini. Protesa maksilofasial dapat membantu pasien baik dari sisi estetik maupun fungsional. Background. Restoration of facial defects resulting from ablation of facial neoplasm or anyother reasons is a challenge for the head and neck surgeon, plastic surgeon and prosthontist. Maxillofacial prosthetics is a branch of dentistry that deals with congenital and acquired defects of the head and neck. Acquired defects can be divided into intraoral and extraoral. Intraoral defects may involve the mandible, tongue, soft palate, or hard palate, while extraoral defects may involve any other area of the head or neck. The aim. Of making maxillofacial prosthetics is to make better aesthetics and functional so the patients will not be ashamed with their appearance. Case report. A man age 74 years old came to the prosthodontics clinic of RSGMP Prof. Soedomo, bringing reference letter from ear nose and throat specialist (ENT). She wants to make a nose prostheses because her nose was amputated. Nose prostheses with magnetic attachmet has been made for this patient using silicon material which have almost the same texture as the original one. This prostheses was attached on eye glasses so the patient can use and remove it easily. The result of using nose prostheses is the patient has better aesthetic. Beside that the function of speech and breathing can also be aided. So the conclusion is that the usage of maxillofacial prosthetic on post amputated nose patient can aid both aesthetic and functional.
Pemakaian Overdenture Magnet sebagai Upaya Peningkatan Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Lengkap Rahang Bawah Michael Santiko; Suparyono Saleh
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 1 (2010): August
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1936.442 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.16023

Abstract

Dalam upaya meningkatkan retensi GTL rahang bawah dapat digunakan overdenture dengan kaitan magnet. Overdenture adalah gigi tiruan lengkap atau sebagian yang didukung oleh mucoperiosteum dan beberapa gigi atau akar gigi asH yang telah mengalami perawatan endodontic.Teknik penggunaan kaitan magnet sangat sederhana, tidak menambah ukurannya yang sudah didesain sesuai besar gigi penyangga yang digunakan. Terdiri dari dua bagian yaitu keeper yang ditanamkan pada permukaan akar gigi yang telah dipreparasi dan magnet yang ditanam pada basis gigi tiruan bagian fitting surface. Seorang pasien wan ita usia 77 tahun datang ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dengan keluhan malu dan tidak bisa mengunyah makanan karena banyak gigi yang rusak dan hilang, gigi yang goyang dicabut sedangkan gigi yang tersisa hanya 34 dan 44 dan telah dilakukan perawatan saluran akar. Gigi tersebut rencananya akan digunakan sebagai overdenture dengan kaitan magnet. Diharapkan dengan adanya kaitan magnet tersebut retensi gigi tiruan rahang bawah semakin meningkat sehingga pasien merasa puas dalam penggunaannya. Setelah pasienmemakai gigi tiruan tersebut pasien merasa nyaman dan puas karena gigi sangat retentif. Perawatan dengan overdenture magnet merupakan sebuah pilihan yang tepat karena dapat mempertahankan prosesus alveolaris yang akan memberi dukungan gigi tiruan menjadi jauh lebih baik dari pada gigi tiruan konvensional.