I Made Wedastra, I Made
Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GAY DALAM DRAMATARI ARJA MUANI Wedastra, I Made; Lesmana, Cokorda Bagus Jaya
Medicina Vol 46 No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.864 KB)

Abstract

Aktivitas  seksual  dimana  pasangan  seksual  yang  dipilih  berasal  dari  sesama  jenis  yaitu  sesamalaki-laki disebut gay. Gay dalam masyarakat menjadi perdebatan, penolakan dan diskriminasi yangmenyebabkan gay lebih banyak menjadi depresi, cemas, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Gayjuga  terdapat  pada  salah  satu  budaya Bali  yaitu  arjamuani. Tujuan  penelitian  ini  adalah untukmengetahui pengaruh kesenian arja muani terhadap psikologis gay sebagai penari dan tanggapanmasyarakat sekitar. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif terhadap penari arjamuaniyang gay dan masyarakat sekitar. Hasil penelitian menunjukkan gay yang menjadi penari arja muanimampu mengeskpresikan  diri mereka  dan  terbuka kepada masyarakat  sekitar  serta mengurangirasa cemas dan depresi. Masyarakat menerima keberadaan gay dalam arja muani karena arja muanimerupakan bagian dari kebudayaan Bali. [MEDICINA 2015;46:9-11].Sexual activity in which the sexual partner was selected from the same sex or both are male called gay.Gay in community became controversial, rejection and discrimination which made the gay more likelyto have depression, anxious and draw their self from social environment. Gays have been developed inBalinese culture that called arjamuani. The purpose of the study is to understand the influence of arjamuani art to the psychologies condition of the gay performers and community?s perspective. The studyheld by qualitative approach to the arjamuani performers who is a gay and the community aroundthem.The results show that arjamuani performers who are gay can express and open their self to thecommunity and also decrease feeling of depression and anxiety. The communities accept the gay inarjamuani, because it is a part of Balinese culture that must be continue. [MEDICINA 2015;46:9-11].
GANGGUAN EMOSI PADA ANAK ADOPSI WEDASTRA, I MADE; ARDANI, I GUSTI AYU INDAH; PRAMAYANTI, NI NYOMAN TRI
Jurnal Hasil Penelitian dan Pengembangan (JHPP) Vol. 1 No. 3 (2023): Juli
Publisher : Perkumpulan Cendekia Muda Kreatif Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61116/jhpp.v1i3.161

Abstract

Adopsi merupakan pengangkatan seorang anak yang diperlakukan sebagai anak kandung atau anak sendiri sehingga anak angkat mempunyai hak dan kedudukan yang sama seperti anak kandung. Praktik adopsi sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu, digunakan sebagai suatu cara untuk tetap mempertahankan garis keturunan, budaya dan agama serta dapat memberikan perawatan dan perlindungan pada anak yang tidak memilki orang tua biologis. Proses adopsi bukanlah solusi yang mudah dan sederhana, dibutuhkan kesiapan dari orang tua calon anak adopsi memahami tantangan dan tanggung jawab yang terkait perkembangan emosional dan sosial anak, serta membantu mengatasi potensi gangguan emosi yang mungkin terjadi. Perubahan dalam pengasuhan dan pola asuh sebelumnya dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan psikologis anak adopsi. Proses adaptasi ini dapat menimbulkan stres dan tantangan bagi anak, yang dapat mempengaruhi perkembangan identitas, kepercayaan diri, serta hubungan sosialnya. Desain penelitian ini adalah tinjauan pustaka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak adopsi memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk mengalami masalah emosional dan perilaku dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami adopsi. Beberapa gangguan mental yang telah dikaitkan dengan anak adopsi termasuk ADHD, gangguan perilaku, cemas perpisahan, cemas fobik/sosial, sibling rivalry hingga gangguan depresi, bipolar, dan gangguan psikotik seperti skizofrenia.
Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) untuk Manajemen Stres pada Konselor Adiksi Kusumastuti, Inke -; Westa, I Wayan; Wedastra, I Made
Pustaka Kesehatan Vol. 12 No. 3 (2024): Volume 12 No. 3, 2024
Publisher : UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/pk.v12i3.34997

Abstract

Working as an addiction counselor involves specific challenges that might increase one's predisposition to suffering from psychopathology. Therefore, it is paramount for counselors to maintain holistic self-care and self-improvement. The mindfulness approach has good efficacy for improving the wellness of the clinical population, but data regarding its use for health workers, including addiction counselors, are limited. Mindfulness-based stress reduction (MBSR) comprises specific exercise procedures usable for stress management and improving counselors' overall well-being. Related to the notion, other than discussing salient challenges faced by addiction counselors, this paper also discusses how a mindfulness-based approach might be applicable among addiction counselors, added with a brief guide for performing the MBSR.
ASPEK SPIRITUAL DAN BIOLOGIS TERAPI MALUKAT : SEBUAH TINJAUAN PUSTAKA ARYDA, LUH NYOMAN TRIWIDAYANI; WEDASTRA, I MADE
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v4i2.2853

Abstract

Malukat is a cleansing process that aims to achieve spiritual purification and mental clarity for spiritual progress. The belief of the Balinese people that mental disorders or illnesses are one of “dirts” that occur in the human body so that malukat plays a major role in handling mental illness culturally in Bali. This is also able to reduce stigma in the community in Bali about mental illness. The research design is a literature review. Modern man when experiencing shock or stress will experience very rapid psychological changes that make them fall into uncertainty so that they choose a way out without logic that ends in mental disorders. Many modern men turn to psychic powers, they begin to recognize the existence of psychic powers and try to find them. Emotional pain is the main cause of physical pain and physical illness. Malukat ritual for physical and spiritual cleansing to restore balance of the sick soul or spiritual pain. Malukat causes a balance of work between sympathetic and parasympathetic nerves so as to reduce psychic stress and also reduce psychic and physical pain. Aromatherapy helps the body relax so that sympathetic and parasympathetic balance can be maintained properly. ABSTRAKMalukat merupakan proses pembersihan yang bertujuan untuk mencapai pemurnian spiritual dan kejernihan mental untuk kemajuan rohani. Keyakinan masyarakat Bali bahwa gangguan atau penyakit mental merupakan salah satu “leteh” yang terjadi dalam tubuh manusia sehingga malukat ini berperan besar dalam penanganan penyakit mental secara budaya di Bali. Malukat ini juga mampu mengurangi stigma pada masyarakat di Bali tentang penyakit mental. Desain penelitian ini adalah tinjauan pustaka atau literature review. Manusia modern saat mengalami guncangan atau stres akan mengalami perubahan psikologis yang sangat cepat yang membuat mereka terjerumus ke dalam ketidakpastian sehingga memilih jalan keluar tanpa logika yang berakhir dengan gangguan mental. Manusia modern banyak yang beralih pada kekuatan psikis, mereka mulai mengakui adanya kekuatan psikis dan berusaha mencarinya. Rasa sakit emosional yang menjadi penyebab utama rasa sakit fisik dan penyakit fisik. Ritual malukat untuk pembersihan jasmani dan rohani untuk mengembalikan keseimbangan dari jiwa yang sakit atau spiritual pain. Malukat menyebabkan keseimbangan kerja antara saraf simpatis dan parasimpatis sehingga mampu mengurangi stres psikis dan juga mengurangi nyeri psikis serta nyeri fisik. Aromaterapi membantu tubuh menjadi relaks sehingga keseimbangan simpatis dan parasimpatis mampu terjaga dengan baik.