Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Lingkungan

KEBUTUHAN KARBON AKTIF UNTUK PENGURANGAN DIOKSIN PADA GAS BUANG CEROBONG INSINERATOR PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK Dewanti, Dian Purwitasari; Ma'rufatin, Anies; Oktivia, Ressy; Pratama, Reba Anindyajati
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4292

Abstract

Pembentukan dioksin dalam flue gas suatu insinerator untuk pembakaran sampah perkotaan hanya bisa dihilangkan dengan Activated Carbon (AC) atau karbon aktif. Tujuan penelitian ini yaitu menghitung kebutuhan maksimum dan minimum karbon aktif untuk mengendalikan emisi dioksin dalam flue gas suatu insinerator berkapasitas 100  ton/hari. Metode yang digunakan yaitu menghitung potensi flue gas dari pembakaran. Dari flue gas yang didapatkan, kebutuhan maksimum AC ditetapkan sebesar 200 mg/Nm3 flue gas, dan untuk kebutuhan minimum dihitung berdasarkan efisiensi penyerapan dioksin/furan oleh AC pada berbagai variasi efisiensi absorpsi. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kebutuhan maksimum AC adalah 249,41 kg per hari dan kebutuhan minimum untuk efisiensi absorpsi 90%, 95%, dan 100% masing-masing adalah 8,89 kg, 11,40 kg, dan 215, 47 kg. Apabila dioksin yang dilepas ke udara dengan efisiensi 95% masih berada di bawah baku mutu WHO, maka kebutuhan AC dapat diminimalisir. Jika pada efisiensi absopsi 95% masih belum mencapai baku mutu, maka jumlah AC yang dibutuhkan untuk efiensi 100% menjadi 18,9 kali lebih banyak. Perhitungan kebutuhan AC tersebut akan berlaku apabila kondisi semua peralatan pada sistem Air Pollution Control (APC) dalam insinerator mampu beroperasi secara optimal. Kata kunci: karbon aktif, dioksin, insinerator, sampah domestik
BIOFILTER SEBAGAI PERANGKAP BAU PADA UNIT PRETREATMENT SAMPAH Mulyanto, Adi; Pratama, Reba Anindyajati; Nugraha, Yosep Widi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 13 No. 1 (2020): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jrl.v13i1.4293

Abstract

Pemerintah Republik Indonesia memandang perlu untuk melakukan percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan pada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota tertentu yang dituangkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018. Mengingat bahwa kondisi sampah di Indonesia masih tercampur dan belum memungkinkan untuk langsung diproses secara termal untuk menjadi energi listrik, maka sampah harus mengalami proses pendahuluan (pretreatment). Pretreatment bertujuan untuk mengkondisikan sampah sehingga sesuai dengan persyaratan sebagai umpan instalasi pengolah sampah termal. Persyaratan tersebut antara lain bahwa sampah harus terbebas dari material berukuran besar, bebas dari unsur logam dan PVC (Polivinil Khlorida), mempunyai nilai kalor paling tidak 1500 kkal/kg, dan mempunyai kandungan air tidak lebih dari 45%. Dengan demikian, proses pretreatment memerlukan waktu tinggal yang cukup di suatu lokasi. Hal ini mempunyai dampak bau yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. Dengan penerapan teknologi biofilter, dampak bau tersebut dapat diminimalisir. Kata kunci: pretreatment, sampah, biofilter.
ALTERNATIF PROSES BLEACHING UNTUK MEWUJUDKAN INDUSTRI PULP & PAPER YANG BERKELANJUTAN; REVIEW TEKNOLOGI Pratama, Reba Anindyajati; Sopiah, Nida; Sitomurni, Amita; Hernaningsih, Arie
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri pulp and paper merupakan salah satu kelompok industri ekstensif terhadap sumberdaya alam. Proses produksi yang menggunakan bahan kimia mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Artikel ini bertujuan untuk menelaah mengenai alternatif teknologi proses bleaching (pemutihan) untuk mewujudkan industri pulp and paper yang ramah lingkungan.Telaah terhadap permasalahan ini dilakukan dengan pendekatan eksploratif terhadap literatur dan sumber data sekunder yang relevan. Eksplorasi utama difokuskan pada proses pemutihan pulp sebagai proses pembuatan pulp kimia yang paling tercemar. Beragai alternatif teknologi yang lazim dilakukan adalah Elemental Chlorine Free (ECF) maupun Totally Chlorine Free (TCF). Dalam praktiknya, industri melakukan kombinasi rangkaian proses yang dilakukan dengan pilihan tersebut, yang meliputi Oxygen Delignification ataupun Ozone Bleaching. Keberadaan ECF sebagai salah satu laternatif proses pemutihan pulp tidak jauh lebih buruk dari TFC. Proses pemutihan dengan ECF yang dikombinasikan dengan delignifikasi oksigen, dengan konsumsi energi yang lebih rendah dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dan menghasilkan serat yang lebih kuat dibandingkan dengan proses pemutihan TCF.