The management of household organic waste can be an innovative solution to reduce waste while creating valuable products, such as fish feed for catfish. Organic waste, which has long been one of the main contributors to household waste, can be optimally utilized to provide ecological and economic benefits. This community service initiative aims to process organic waste, such as vegetable scraps, fruit peels, and food residues, into eco-friendly catfish feed. The processing begins with the collection of fresh waste, sorting, and cleaning to ensure the quality of materials free from contamination. The waste is then fermented using probiotics, such as Lactobacillus, chosen for their ability to enhance nutritional value, accelerate decomposition, and reduce unpleasant odors. Once fermentation is complete, the materials are dried, ground into powder, and formulated with additional ingredients such as rice bran, fish meal, or eggs to meet the nutritional needs of catfish. The dry pellet is proven to be not only cheaper than commercial feed but also effective in supporting optimal fish growth. Additionally, this approach provides ecological benefits by reducing the volume of organic waste ending up in landfills, thus helping to mitigate methane emissions and other negative environmental impacts. This method offers a practical, sustainable, and circular-economy-based solution for household organic waste management while supporting more eco-friendly catfish farming.ABSTRAKPengelolaan sampah organik rumah tangga dapat menjadi solusi inovatif untuk mengurangi limbah sekaligus menciptakan produk bernilai guna, seperti pakan ikan lele. Sampah organik, yang selama ini menjadi salah satu penyumbang utama limbah rumah tangga, dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memberikan manfaat ekologis dan ekonomi. Pengabdian ini bertujuan untuk mengolah limbah organik, seperti sisa sayuran, kulit buah, dan ampas makanan, menjadi pakan lele yang ramah lingkungan. Proses pengolahan diawali dengan pengumpulan limbah segar, pemilahan, dan pembersihan untuk memastikan kualitas bahan yang bebas dari kontaminasi. Limbah kemudian difermentasi menggunakan probiotik, seperti Lactobacillus, yang dipilih karena kemampuannya meningkatkan nilai gizi, mempercepat proses dekomposisi, dan mengurangi bau tidak sedap. Setelah proses fermentasi selesai, bahan dikeringkan, digiling menjadi tepung, dan diformulasikan dengan bahan tambahan seperti dedak, tepung ikan, atau telur untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan lele. Produk akhir berupa pelet kering ini terbukti tidak hanya lebih murah dibandingkan dengan pakan komersial juga mendukung pertumbuhan ikan secara optimal. Selain itu, pendekatan ini memberikan manfaat ekologis dengan mengurangi volume limbah organik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Pendekatan ini menawarkan solusi praktis, berkelanjutan, dan berbasis ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah rumah tangga, sekaligus mendukung budidaya ikan lele yang lebih ramah lingkungan.