I Putu Gede Yudhi Arjentinia
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jalan PB Sudirman, Denpasar-Bali

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Spondylosis Deformans: A Clinical Case in a Beagle I Putu Gede Yudhi Arjentinia; I Gede Soma; Elisabeth Karina
Journal of Veterinary and Animal Sciences Vol 6 No 2 (2023)
Publisher : Institute for Research and Community Service, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JVAS.2023.v06.i02.p01

Abstract

Spondylosis is a degenerative disorder that causes abnormalities in the normal structure and function of the spine. A Beagle dog named Poby with female sex, tricolor color, 7 years old, weighing 18 kg came with complaints of sudden paralysis from one month ago before examination, the dog had difficulty passing stool so that the stomach was enlarged. Both eyes were droopy and sometimes red. Digestion examination an enlarged abdomen and when percussed there was a muffled sound and palpation urinary examination showed distension of the urinary vesica. The musculoskeletal examination showed that the case dog had muscle atrophy in both front legs and hind legs, the movement of both front legs and both hind legs was stiff, the muscle tension was weak, there was an uncomfortable reflex when palpated in the lumbar region, along with the neurological examination the dog had tetraplegia, there were no patellar reflexes, biceps, triceps, flexors, extensors on the right front and hind legs. Eye examination showed the nictitating membrane of the eye was up and the dog's eye was red. X-ray examination showed osteophytes in lumbar Os II-V, distension of the urinary vesica and accumulation of feces in the colon. The results of the CBC examination were that the case dog had mild lymphocytopenia, mild hypochromia, and hyperglycemia. The case dog was diagnosed with spondylosis. Treatment was carried out by administering Prednisone and acupuncture therapy. After the 50st day of treatment, the dog's condition improved.
Pemanfaatan Tulang Sapi Bali Segar sebagai Bahan Kunyahan Gigi untuk Mengatasi Kalkulus pada Gigi Anjing Peranakan Kintamani Muazdzam Lil Abrori; I Wayan Batan; I Putu Gede Yudhi Arjentinia
Jurnal Veteriner Vol 24 No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.3.395

Abstract

Anjing kasus merupakan anjing peranakan kintamani bernama Zazu berumur empat tahun dan terdapat kalkulus pada gigi ta ring, premolar, dan molar rahang atas dan bawah. Kalkulus pada gigi umumnya disebabkan oleh sisa-sisa pakan yang sifatnya lunak. Kesehatan gigi dan mulut perlu mendapatkan perhatian karena tingginya insidensi penyakit akibat kalkulus pada gigi. Keberadaan kalkulus pada gigi dapat menyebabkan lesi pada gusi yang bisa menyebabkan kesulitan dalam mengoyak pakan sehingga nafsu makannya berkurang. Berbagai cara dapat diterapkan dalam menangani kalkulus pada gigi hewan antara lain dengan cara konvensional berupa pemberian bahanyang bisa dikunyah guna menggerus kalkulus. Laporan kasus ini bertujuan mengungkapkan upaya mengurangi kalkulus pada gigi dengan memberikan kunyahan gigi berupa tulang sapi bali segar. Dalam kasus ini, anjing yang mengalami kalkulus pada gigi diberikan bahan kunyahan gigi berupatulang sapi bali segar. Tulang sapi bali yang diberikan adalah tulang paha. Tulang sapi bali segar diberikan setiap hari selama 14 hari dengan bobot sekitar 30 g. Guna mendapatkan bobot tulang sapi tersebut, tulang paha sapi dipotong secara melintang menggunakan gergaji. Tulang yang dipotong adalah pada bagian epifisis yakni pada tulang yang memiliki tampilan seperti spons, sedangkan bagian diafisisnya yang terdiri atas tulang masif tidak digunakan. Jika dalam satu hari, tulang yang diberikan tidak habis dikunyah, tulang sisa tersebut diambil dan diganti dengan ulang yang baru. Untuk menjaga kesegarannya, tulang-tulang yang telah dipotong tersebut disimpan dalam lemari es dengan suhu 4ºC. Peunah yang diamati setiap hari adalah pengurangan kalkulus yang terjadi pada gigi taring, premolar, dan molar. . Perubahan yang dinilai secara kualitatif itu dicatat dalam bentuk gambar (difoto) sehingga setiap hari bisa dibandinhgkan. Evaluasi dari hasil pemberian tulang sapi bali segar selama 14 hari menunjukkan hasil yang baik dengan berkurangnya secara nyata kalkuluspada gigi taring, premolar dan molar anjing peranakan kintamani. Disimpulkan bahwa pemberian kunyahan tulang sapi bali segar dapat mengurangi kalkulus gigi anjing.
Diet-related feline lower urinary tract disease in a mixed-breed angora cat: a case report Sachio, Drevani Angelika; Suartha, I Nyoman; Arjentinia, I Putu Gede Yudhi
ARSHI Veterinary Letters Vol. 8 No. 4 (2024): ARSHI Veterinary Letters - November 2024
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avl.8.4.91-92

Abstract

Penyakit Saluran Kemih Bawah Kucing (FLUTD) mencakup gangguan kandung kemih dan uretra pada kucing dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pola makan, perawatan, kebersihan tempat buang air, dan tingkat aktivitas. Seekor kucing betina campuran Angora berusia delapan tahun dengan berat 4,1 kg datang dengan hematuria di Rumah Sakit Pendidikan Hewan Universitas Udayana. Meskipun aktif dan menunjukkan tanda-tanda vital yang khas, kucing tersebut mengalami ketidaknyamanan perut saat dipalpasi. Evaluasi diagnostik termasuk analisis urin makroskopis dan mikroskopis mengungkapkan hematuria, proteinuria, dan kristal struvite. Pemeriksaan radiografi dan ultrasonografi mengidentifikasi material radiopak dan urolith di kandung kemih, dengan penebalan dinding kandung kemih secara bersamaan, meskipun parameter darah normal. Kucing tersebut didiagnosis dengan FLUTD karena urolithiasis dan sistitis, dan menjalani manajemen pola makan, peningkatan asupan air, dan suplementasi CYSTAID Plus® setiap hari. Dalam kasus ini, prognosisnya tetap positif (fausta). Setelah 14 hari, terlihat adanya perbaikan signifikan berupa tidak adanya hematuria, dan urin berwarna kuning cerah tanpa kekeruhan.