Claim Missing Document
Check
Articles

CENTELLA ASIATICA EXTRACT INCREASED ON THE LEVEL OF INTERLEUKIN 6 (IL-6) IN MICE Kerta Besung, I Nengah; Mantik Astawa, Nyoman; Suatha, I Ketut; -, Hartaningsih
INDONESIAN JOURNAL OF BIOMEDICAL SCIENCES Vol. 5, No. 1 Januari 2011
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.36 KB)

Abstract

Salmonellosis is still problem in many developing countries including Indonesia. Themain problem in controlling and handling the disease is that only few antibiotics are availableto cure the disease. In addition, the prolonged use of such antibiotics often lead to bacterialresistant against the antibiotics. A herbal drugs such as Centella asiatica (in Indonesia isknown as pegagan) contains triterphenoid saphonins which acts as immunostimulant capableof enhancing the phagocytic activity of macrophages. However, no study has been conductedto investigate the use pegagan in activating macrophage of mice infected with Salmonellatyphi. A study was therefore conducted to find out the ability of Cantella asiatica inenhancing on the level interluekine (IL)-6 following challenge with Salmonella typhi. It istherefore expected that herbal drug such as Cantella asiatica can be used as an alternativemedicine to prevent and cure salmonellosis in both animals and human.Experimental laboratory studies were conducted using Completely FactorialRandomized Design. Mice were divided into 4 groups and they were treated respectively withdestilated water (negative control), 125, 250, and 500 mg/kg bw of Centella asiatica extract.The treatment was conducted daily for 2 weeks and the mice were then inoculated with 105cells of S. typhi. The level of IL-6 response were examined 24 hours, 2 weeks, and 4 weeksafter inoculation with S. typhi.The result showed that treatment of mice with Centella asiatica extract significantly(p<0,05) enhaced IL-6 level of Balb/c mice following inoculation with S. typhi. The highestIL-6 level were observed in mice treated Centella asiatica extract at the dose of 500 mg/kgBW (385,9257±125,4314 pg/ml serum). And the highest IL-6 level were observed at 2 weeksfollowing inoculation with S. typhi (533.4262 ± 81.7184 pg / ml).A further study is recomended to examine the celluler immune response and moredetailed study on the humoral immune response of animals or human before this herbal isused as alternatif medicine to prevent and cure typhoid fever. It is also important to study thebest preparation, the half life, and the side effect of Centella asiatica in human and animals.
Gambaran Klinik Sapi Bali Tertular Rabies di Ungasan, Kutuh dan Peminge FAIZAH, NURUL; BATAN, I WAYAN; SUATHA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (3) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.864 KB)

Abstract

Rabies di Bali terjadi sejak Oktober 2008. Awalnya Bali merupakan provinsi bebas rabies. Rabies di Bali telah menyebar ke beberapa kabupaten seperti Denpasar, Badung, Buleleng, Bangli, Tabanan, Gianyar, dan Karangasem. Hingga saat ini korban rabies pada manusia mencapai 122 orang. Desa Ungasan, Kuta Selatan, Badung, merupakan tempat awal terjadinya rabies pada manusia, dengan adanya laporan 4 warga meninggal, 2 diantaranya positif rabies. Rabies pada sapi bali dilaporkan telah terjadi di Kabupaten Tabanan. Berdasarkan informasi dari masyarakat desa Kutuh (tetangga desa Ungasan) tentang sapi-sapi milik warga yang mati dengan tanda-tanda rabies bersamaan dengan kejadian rabies pada anjing dan manusia.
Perbedaan Kraniometri Sapi Bali Jantan dan Betina Dewasa Agung, Mochamad Bale; Batan, I Wayan; Suatha, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (4) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.56 KB)

Abstract

Penelitian tentang pengukuran tulang kepala dan tulang rahang bawah sapi bali dewasa (kraniometri) dilakasanakan dari bulan Februari 2015 sampai Juni 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ukuran dari tengkorak sapi bali jantan dan betina dewasa. Dalam penelitian ini digunakan lima tengkorak sapi bali jantan dewasa dan lima tengkorak sapi bali betina dewasa lengkap dengan tulang rahang bawah (os mandibulare). Variabel yang diukur adalah 19 parameter ukuran tengkorak dan enam parameter ukuran tulang rahang bawah. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan ukuran nyata (P
Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan Metode Slicing sobari, imam; SUATHA, I KETUT; TRILAKSANA, I G.N. B.
Indonesia Medicus Veterinus Vol.1 (1) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.173 KB)

Abstract

Sapi bali (Bos banteng) adalah jenis sapi keturunan banteng dan merupakan plasma nutfah ternak asli yang terdapat di Indonesia. Ovarium, merupakan bagian organ kelamin betina yang utama, bentuk dan ukuran ovarium, berbeda-beda setiap spesies, umur, dan status reproduksinya. Pada sapi ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran menurut struktur yang berada di dalamnya. Untuk itu diperlukan usaha untuk mengetahui aktivitas ovarium sapi bali kanan dan kiri serta morfologi oosit yang dikoleksi dengan metode slicing.Penelitian dilakukan dengan membandingkan aktivitas ovarium kanan dan kiri dalam hal panjang, lebar, jumlah korpus luteum, ukuran korpus luteum, jumlah folikel, dan jumlah oosit dari ovarium tersebut serta morfologi oosit sapi bali yang dikoleksi menggunakan metode slicing. Sampel yang digunakan berjumlah 18 pasang ovarium kanan dan kiri dari sapi bali yang telah dipotong di RPH Pesanggaran. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji chi-square dan dilanjutkan dengan uji wilcoxon.Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dan ovarium kiri, tetapi pengujian secara statistika dengan uji wilcoxon tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Pada hasil koleksi diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi seluruh kriteria (A, B, C,dan D).Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nampak terjadi perbedaan aktivitas antara ovarium kanan dengan ovarium kiri, namun secara statistik tidak memberikan perbedaan yang nyata. Dengan metode slicing diperoleh oosit dengan morfologi yang memenuhi kriteria morfologi A sampai D.
Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur Winardi, Rian; Widyastuti, Sri Kayati; Suatha, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (1) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.692 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas harian bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur. Pengamatan dilakukan dengan metode focal animal sampling pada kelompok bekantan. Aktivitas harian diamati pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 WITA dan pada sore hari pukul 15.00 – 18.00 WITA selama 12 hari. Data yang terkumpul dari berbagai jenis tingkah laku dianalisa secara statistik deskriptif. Bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk istirahat (51,17 %), diikuti makan (32,98%), berpindah tempat (15,57%), dan aktivitas lainnya (0,28%) yang meliputi bermain, mengawasi, dan berkutuan. Aktivitas istirahat cenderung lebih banyak dilakukan oleh bekantan betina dewasa dibanding bekantan lainnya. Pada pagi hari, aktivitas makan lebih banyak teramati dibanding aktivitas yang lain, sedangkan sore hari didominasi dengan aktivitas istirahat. Aktivitas lainnya yang teramati adalah aktivitas mengawasi, bermain, dan berkutuan yang dilakukan sesama bekantan.
AKTIVITAS ASPARTAT AMINOTRANSFERASE (AST) DAN ALANIN TRANSAMINASE (ALT) PADA MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) OBESITAS DI PURA LUHUR ULUWATU, BALI Lestari, Ayu Paramita; Rompis, Aida Louise Tenden; Suatha, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (4) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.668 KB)

Abstract

Penelitian obsevasional-deskriptif dengan pendekatan cross-sectional telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan alanin transaminase (ALT) pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) obesitas yang hidup liar di kawasan Pura Luhur Uluwatu, Bali. Sebanyak 16 ekor monyet ekor panjang berhasil dibius menggunakan ketamine dosis 10 mg/kg berat badan dicampur dengan premedikasi xylasin dosis 1-2 mg/kg berat badan. Sampel yang digunakan adalah serum darah monyet obesitas yang diambil dari monyet dalam keadaan terbius. Dari 16 ekor monyet, 12 ekor tergolong obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan. Aktivitas aspartat aminotransferase (AST) dan alanin transaminase (ALT) ditentukan menggunakan mesin automatic chemistry analyzer (Indiko-Thermo Scientific). Hasil penelitian menunjukkan nilai AST bervariasi dari 43-88 U/L dan ALT 26-77 U/L dengan rataan 69,4 ± 14,9 U/L. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai AST dan ALT monyet obesitas cenderung lebih tinggi dari nilai AST dan ALT normal.
Karakteristik Lokus Mikrosatelit D7S1789 pada Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Wenara Wana, Padang Tegal, Ubud, Bali. DWIWANDANA, BASYOFI; SUATHA, I KETUT; WANDIA, I NENGAH
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (4) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.753 KB)

Abstract

Mikrosatelit merupakan segmen langsung dari materi genetik (DNA), sehingga penggunaannya sebagai marka molekuler akan lebih mencerminkan karakteristik genetik dari suatu populasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi lokus mikrosatelit D7S1789 dan mengungkapkan status polimorfismenya pada populasi monyet ekor panjang di Wenara Wana, Padang Tegal, Ubud, Bali. Variabel yang diamati adalah jumlah dan jenis alel, frekuensi dan heterozigositas. Sejumlah 18 sampel darah dikoleksi dari populasi monyet ekor panjang di Wenara Wana Padang Tegal Ubud Bali sebagai sumber DNA. DNA total diekstraksi menggunakan QIAmp DNA Blood Mini Kit dari Qiagen. Lokus mikrosatelit D7S1789 diamplifikasi dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) sebanyak 30 siklus dengan suhu annealing 570C. Selanjutnya, alel dipisahkan dengan elektroforesis pada gel poliakrilamid 8% dengan tegangan 110 volts selama 110 menit dan dimunculkan dengan pewarnaan perak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ditemukan satu jenis alel pada lokus D7S1789 pada populasi monyet ekor panjang di Wenara Wana Padang Tegal Ubud Bali dengan panjang alel 216 pasang basa. Lokus D7S1789 pada populasi monyet ekor panjang di Wenara Wana Padang Tegal Ubud Bali bersifat monomorfik (homozigot). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa lokus mikrosatelit D7S1789 kurang baik digunakan sebagai marka molekuler untuk mengkaji variasi genetik populasi monyet ekor panjang di Wenara Wana Padang Tegal Ubud Bali.
Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang di Kawasan Pura Batu Pageh, Ungasan, Badung, Bali Subiarsyah, Muh Imam; Soma, I Gede; Suatha, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 3 (3) 2014
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.328 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh. Jumlah populasi monyet dihitung secara langsung dan dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Luas habitat ditentukan berdasarkan daerah jelajah yang merupakan tanah milik Pura, tanah pemerintah atau hutan yang bukan merupakan tanah milik masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan jumlah total populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 189 ekor terdiri atas 22 ekor (11,6%) jantan dewasa, 37 ekor (19,6%) betina dewasa, 106 ekor (56,1%) monyet muda dan 24 ekor (12,7%) anakan, yang terbagi menjadi empat kelompok sosial yaitu kelompok Parkir, kelompok Barat, kelompok Utara dan kelompok Timur. Rasio monyet jantan dewasa dengan betina dewasa adalah 1 : 2. Luas habitat monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh adalah 1 hektar. Disimpulkan bahwa struktur populasi monyet ekor panjang di kawasan Pura Batu Pageh didomonasi oleh monyet muda dan tingkat kepadatan populasi adalah 189 ekor/hektar.
Aktivitas Harian Musang Luwak (Paradoxurus hermaproditus) yang Dikandangkan Dewi, Ni Made Anindya Kumala; Widyastuti, Sri Kayati; Suatha, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (1) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.945 KB) | DOI: 10.19087/imv.2019.8.1.52

Abstract

Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan satwa yang berpotensi dalam menghasilkan kopi luwak yang bercita rasa tinggi dan berharga mahal. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari aktivitas harian musang luwak yang dipelihara dalam kandang seluas 1,5 m x 1 m x 2 m. Pendataan aktivitas harian dilakukan pada musang luwak anakan berumur 6-9 bulan, jantan dewasa dan betina dewasa di dua lokasi di Agrowisata kopi luwak Taman Ayu dan Jambe Asri. Metode yang digunakan adalah metode focal animal sampling yang dilakukan pada pukul 18.00-22.00 WITA selama 20 hari. Selama 20 hari diperoleh 735 data/1focal animal sampling dengan total 34.323 kejadian aktivitas harian. Musang luwak secara umum melakukan beberapa aktivitas harian, antara lain yaitu istirahat, makan, berpindah tempat, comfort behaviour, social behaviour, sniffing dan vocalizing dengan lama waktu yang bervariasi. Dapat disimpulkan bahwa musang luwak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berpindah tempat.
Struktur Genetika Populasi Monyet Ekor Panjang Di Alas Kedaton Menggunakan Marka Molekul Mikrosatelit D18S536 lumban gaol, Alda dasril; wandia, I nengah; Suatha, I ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 2 (1) 2013
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.143 KB)

Abstract

Struktur genetika populasi adalah kondisi intrinsik (genetik) suatu populasi. Pengungkapan struktur genetika dapat memberikan gambaran apakah kehidupan suatu populasi dalam keadaan aman atau terancam. Populasi dengan struktur genetika yang tinggi akan membuat potensial evolusi yang baik terhadap faktor-faktor yang bersifat stokastik. Pada tingkat DNA dengan menggunakan marka molekul mikrosatelit struktur senetika suatu populasi dapat diungkap. Marka molekul mikrosatelit merupakan segmen langsung dari genom (DNA) sehingga variasi genetik yang ditemukan mencerminkan variasi genetik yang sebenarnya. Penelitian menggunakan lokus mikrosatelit D18S536 untuk mengkaji struktur genetika populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton yang meliputi jumlah dan jenis alel, frekuensi alel, dan heterosigositas. Sejumlah 16 sampel darah dari populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton sebagai sumber DNA. DNA diekstraksi dengan menggunakan QIAamp DNA Blood Mini Kit dari Qiagen. Lokus mikrosatelit D18S536 kemudian di PCR, sebanyak 30 siklus dengan suhu annealing 450 C. Selanjutnya, pada gel poliakrilamid 7% alel dipisahkan dengan elekrtoforesis dan dimunculkan dengan pewarnaan perak. Hasil penelitian mengidentifikasi 5 jenis alel pada lokus D18S536 dalam populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton dengan panjang alel berkisar antara 160-176 pasang basa. Frekuensi alel bervariasi, alel 160 (0,31) memiliki frekuensi tertinggi di susul alel 164 (0,22), alel 168 (0,22), alel 172 (0,19) dan alel 176 (0,06). Heterosigositas populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton menggunakan lokus D18S536 sebesar 0,79. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lokus D18S536 pada populasi monyet ekor panjang di Alas Kedaton bersifat polimorfik.
Co-Authors Abdul Azis Nasution Abdul Azis Nasution Adinda Adinda Adryani Ris Agung, Mochamad Bale Aida Lousie Tenden Rompis Alda dasril lumban gaol Amalia, Ainun Rizki Arief Boediono BASYOFI DWIWANDANA Betharia Criselda Fanggidae Bibiana W Lay Calvin Iffandi Calvin Iffandi Debora Selfia Br Manurung Dewi, Ni Made Anindya Kumala Elpira Sukaratha, Elpira Febio Tomasini Marciano Meus Gde Angga Caka Primanditha, Gde Angga Caka Gunawan, I Wayan Nico Fajar Harry Yoga Nugraha HARTANINGSIH - Hartaningsih . Herbert . Herbert . I Gede Bim Shiddi Prama Putra I Gede Soma I Gusti Agung Arta Putra I Gusti Agung Ayu Suartini I Gusti Ngurah Bagus Surya Dharma, I Gusti Ngurah Bagus I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana I Ketut Puja I Made Edi Suryawan I Made Edy Susanta I Made Kardena I Made Sukada I Made Yoga Windu Pradana i Nengah Wandia I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Nyoman Suarsana I Putu Gede Yudhi Arjentinia I Putu Sampurna I Wayan Batan I Wayan Suardana I. H. U Utama Imam Sobari imam sobari INNA RAKHMAWATI Ita Djuwita IW. Piraksa Ketut Adnyane Mudite Kusumaning Arumsari Wimbavitrati Lestari, Ayu Paramita Luh Gde Sri Surya Heryani Marcy Lapik, Siereh Eugene Meilendry Angelina Sigiro Minda Nealma Muh Imam Subiarsyah Natalia, Grace Kristin Ni Ketut Suwiti Ni Luh Eka Setiasih Ni Made Devityasih Perayadhista Ni Nyoman Janipa Saptayanti Ni Nyoman Werdi Susari Ni Putu Dewi Setia Sari Ni Wayan Listyawati Palgunadi Ni Wayan Listyawati Palgunadi Nining Handayani Nining Handhayani NURUL FAIZAH Nurul Faiziah Nurul Faiziah P. Sampurna P. Suastika Praing, Umbu Yabu Anggung Putu Sampura Rasdi yanah Rasdiyanah . Rasdiyanah . Santi, Elysabeth Vanessa Tirta Sembiring, Ade Vindha Mebrina br Sri Kayati Widyastuti Sri Milfa Sri Milfa Supar - Umi Reston Wahono Esti Prasetyaningtyas Wahono Esti PrasetyoningtyaserB Wibisono, Hanif Wahyu Winardi, Rian Yudeska, Citra Yulia Khalifatun Nissa Yunita Lestyorini Yunita Lestyorini