Indonesia memiliki lebih dari 1000 jenis tanaman obat yang menjadikannya produsen herbal terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan potensi lokal strategis untuk mendukung kemandirian kesehatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada obat sintetis. Dusun Mantren, Desa Tengger Kidul, Kabupaten Kediri memiliki potensi besar untuk pengembangan TOGA namun pemanfaatan lahan pekarangan belum optimal dan pengetahuan masyarakat masih terbatas. Kegiatan pengabdian ini bertujuan menganalisis pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan budidaya TOGA menuju desa percontohan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Metode yang digunakan adalah Participatory Action Research (PAR) dengan tahapan identifikasi masalah, perencanaan bersama Ibu Kelompok Wanita Tani (KWT), pelaksanaan budidaya tanaman obat (jahe merah, serai, kencur, dan kunci), serta evaluasi partisipasi masyarakat. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesadaran masyarakat akan manfaat TOGA sebagai "apotek hidup", serta antusiasme tinggi dalam menanam dan merawat tanaman obat di sepanjang jalan dusun, dan terwujudnya pola pikir kemandirian kesehatan keluarga. Manfaat langsung yang dirasakan masyarakat antara lain ketersediaan tanaman obat di sekitar rumah, pengurangan biaya pengobatan ringan, serta peningkatan keterampilan budidaya tanaman herbal. Faktor pendukung utama keberhasilan program ini adalah partisipasi aktif KWT dan dukungan perangkat desa, sedangkan penghambat berupa keterbatasan waktu perawatan dan kondisi cuaca tidak menentu. Secara keseluruhan, kegiatan ini berhasil menciptakan model pemberdayaan berkelanjutan yang dapat direplikasi di wilayah lain, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya lokal, dan melestarikan kearifan pengobatan tradisional