Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Proses Transesterifikasi Biji Minyak Jarak Dengan Bantuan Enzim Lipase Sebagai Penghasil Biodiesel Hala, Yusafir; Jufri, Muh. Zulkifli; Tambung, Astina
Indonesia Chimica Acta Volume 2 No 1 - June 2009
Publisher : Indonesia Chimica Acta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The investigation was carried out to prevent the scarce of fosil based fuel. In this investigation used seed of castor oil plan (Jathropha curcas L.) as natural row material to make castor oils and converted to biodiesel so that it’s friendly to the biological environment. Castor oils produced by extraction process with soxhletation methods used n-hexane solvent. The result of extraction then converted to biodiesel by transesterification process at optimum temperature 40o C with methanol and catalyzed with lipase enzyme. Free fatty acid analysis and total fat analysis was done to the result product, and then biodiesel converted value as 88.67% gotten. Some characteristics analysis of biodiesel castor oils like density, viscosity, pouring point, flaming point, and caloric value according ASTM D6751. The result of investigation showed castor oils biodiesel can be used as diesel fuel.Keywords : fuel, castor oils, biodiesel, transesterfication, and optimum temperature.
Effect of Colchicine Concentrations and Soaking Period on Ploidy of Katokkon Chili (Capsicum chinense Jacq.) at Seedlings Stage Sjahril, Rinaldi; Riadi, Muhammad; Ridwan, Ifayanti; Kasim, Nurlina; Tambung, Astina; Novitasari, Novitasari
AGRIVITA Journal of Agricultural Science Vol 46, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v46i3.3936

Abstract

This research is conducted to study the induction of polyploidization in Katokkon chili using colchicine to study the effect of chromosome doubling or polyploid on certain superior characters during the seedling phase. Some morphological alterations were determined and proven to persist during the seedling phase. The study was conducted in the laboratory and screen house of the Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Hasanuddin. The polyploidy of the Katokkon chili is induced by soaking the germinated seeds in 0%, 0.05%, 0.1%, and 0.2% colchicine solutions for 6, 12, 24, and 48 hours each. Ploidy levels are analyzed using flow cytometry (Partec®Cy-Flow Space TM). Results show significant differences in colchicine treatment affecting all parameters observed: hypocotyl base of sprouts, plant height, stomata size, and the number of lateral shoots. Flow cytometry analysis histogram confirmed that administration of 0.1% colchicine concentration with 48 hours soaking time and 0.2% colchicine concentration with 24- or 48-hour soaking time can induce tetraploid plants (4n=48) with different coefficients of variance (CV-x%), 5.36%, 4.65%, 6.08%, respectively. Vigorous growth phenotype in leaf size and plant height was more clearly seen in the one-month-old tetraploid Katokkon chili seedlings induced by 0.10% with a soaking time of 48 hours.
Pengaruh Jenis Media Tanam dan Konsentrasi Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Jatmiko, Galih; Dachlan, Amirullah; Ridwan, Ifayanti; Tambung, Astina
Jurnal Agrivigor VOLUME 13 NOMOR 2, DESEMBER 2022
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/ja.v13i2.42968

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dengan konsentrasi air kelapa muda terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Penelitian ini dilaksanakan di Mycotopia Farm, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian berlangsung mulai Februari-April 2022. Studi ini merupakan penelitian Faktorial 2 faktor dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap sebagai rancangan lingkungannya. Faktor pertama yaitu komposisi media tanam yang terdiri atas 5 taraf, yaitu Jerami Padi 80% + Serbuk Kayu 0% + Bekatul 15% + Kapur 5%; Jerami Padi 60% + Serbuk Kayu 20% + Bekatul 15% + Kapur 5%; Jerami Padi 40% + Serbuk Kayu 40% + Bekatul 15% + Kapur 5%; Jerami Padi 20% + Serbuk Kayu 60% + Bekatul 15% + Kapur 5%; dan Jerami Padi 0% + Serbuk Kayu 80% + Bekatul 15% + Kapur 5%. Sedangkan faktor kedua yaitu konsentrasi air kelapa yang terdiri dari atas 3 taraf, yaitu 0%, 25%, dan 50%. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa komposisi media Jerami Padi 0% + Serbuk Kayu 80% + Bekatul 15% + Kapur 5% memberikan pengaruh terbaik terhadap waktu munculnya miselium (3,92 hari) dan jumlah badan buah (11,41 buah), dan komposisi media Jerami Padi 40% + Serbuk Kayu 40% + Bekatul 15% + Kapur 5% memberikan pengaruh terbaik terhadap diameter tudung (33,39 cm). Perlakuan air kelapa dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jamur tiram.
Efektivitas Kombinasi Mikoriza Arbuskula + Actinomycetes serta Pupuk N & K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Haring, Feranita; Sahur, Asmiaty; Putri, Nur Hilmih Disya; Tambung, Astina
Jurnal Agrivigor VOLUME 14 NOMOR 2, DESEMBER 2023
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/ja.v14i2.42982

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian Mikoriza Arbuskula + Actinomycetes serta N & K terhadap pertumbuhan tanaman cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Kecamatan Tamalanre, Kota Makassar, dan di Desa Samaulue, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah, petak utama yaitu N & K yang terdiri dari 3 taraf yaitu: tanpa pemberian N & K (kontrol), N & K 200 kg/ha, dan N & K 400 kg//ha, sedangkan anak petaknya yaitu Mikoriza Arbuskula + Actinomycetes yang terdiri dari 4 taraf yaitu: tanpa pemberian Mikoriza Arbuskula + Actinomycetes (kontrol), Mikoriza Arbuskula 5 g/tanaman + Actinomycetes 103 CFU/ml, Mikoriza Arbuskula 10 g/tanaman + Actinomycetes 106 CFU/ml dan Mikoriza Arbuskula 15 g/tanaman + Actinomycetes 109 CFU/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Interaksi antara pupuk N & K 200 kg/ha pada perlakuan mikoriza 15 g/tanaman + Actinomycetes 109 CFU/ml (n1a3) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 68.07 cm, jumlah buah tertbanyak 84.36, rata-rata bobot buah pertanaman tertinggi 82.09, produksi per hektar 2.28 ton/ha, dan indeks panen tertinggi yaitu 0.36.
Pertumbuhan Jamur Tiram Coklat (Pleurotus cystidiosus) pada Berbagai Jenis Media Tanam F1 dan Baglog Nurhayati, Nurhayati; Dachlan, Amirullah; Yassi, Amir; Tambung, Astina
Jurnal Agrivigor VOLUME 15 NOMOR 2, DESEMBER 2024
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/ja.v15i2.43241

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis komposisi media produksi bibit dan komposisi media produksi jamur yang terbaik terhadap jamur tiram coklat (Pleurotus cystidiosus). Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Jamur Mycotopia.id, Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang terdiri dari dua tahap pelaksanaan dengan 3 kali ulangan. Tahap 1 dilaksanakan dalam bentuk rancangan acak lengkap dengan perlakuan jenis media produksi bibit yang terdiri dari dari 5 taraf yaitu: 100% jagung, 100% sorgum, 50% jagung 50% sorgum, 75% jagung 25% sorgum, 27% jagung 75% sorgum. Tahap 2 dilaksanakan dalam bentuk rancangan acak lengkap dengan perlakuan komposisi media produksi jamur yang terdiri dari 4 taraf yaitu: Serbuk kayu 85% Dedak 0% Tepung jagung 13% Kapur 2%, Serbuk Kayu 85% Dedak 13% Tepung jagung 0% Kapur 2%, Serbuk kayu 85% Dedak 2% Tepung jagung 13% Kapur 0%, Serbuk Kayu 85% Dedak 13% Tepung Jagung 2% Kapur 0%. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa perlakuan media 100% sorgum berpengaruh nyata terhadap persentase pertumbuhan miselium dan kepadatan miselium. Tahap 2 Perlakuan media produksi jamur serbuk kayu 85%, dedak 13%, tepung jagung 2% memberikan hasil terbaik pada parameter waktu pemenuhan miselium (29,11 hari) waktu munculnya tubuh buah (18,55 hari) dan bobot segar jamur tiram (830,00 gram). Perlakuan serbuk kayu 85%, dedak 13%, kapur 2% memberikan hasil terbaik pada pameter jumlah badan buah (7,22).
Bioremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Kadmium (Cd) dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Tamangapa di Kota Makassar Menggunakan Saccharomyces cerevisiae untuk Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Aulia, Andi Junila; Ridwan, Ifayanti; Tambung, Astina
Jurnal Lanskap dan Lingkungan (Julia) Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal Lanskap dan Lingkungan Volume 1 Nomor 2 Desember 2023
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/julia.v1i2.34909

Abstract

Laju peningkatan produksi tanaman pangan khususnya kedelai mengalami leveling off, bahkan produksi kedelai mengalami penurunan sehingga harus impor. Diperlukan upaya peningkatan produksi dengan mempertimbangkan keberlanjutan yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan contohnya ketersediaan lahan. Salah satunya dengan memanfaatkan lahan tercemar logam berat Kadmium (Cd) dengan menggunakan konsep bioremediasi. Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu contoh mikroba yang biasanya digunakan unuk proses bioremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara media kultur dan konsentrasi pemberian Saccharomyces cerevisiae terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang baik. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biofertilizer, Departemen Budidaya Pertanian, dan Teaching Farm Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian disusun dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah 12 perlakuan yang terbagi atas 2 faktor yaitu jenis media kultur dan konsentrasi pemberian Saccharomyces cerevisiae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara media yeast dan konsentrasi 15 ml Saccharomyces cerevisiae yang memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai terbaik. Jenis media kultur yang memberikan hasil terbaik adalah media yeast pada parameter volume akar. Konsentrasi pemberian Saccharomyces cerevisiae yang memberikan hasil terbaik adalah pada konsentrasi 15 ml pada parameter volume akar.
DEMONSTASI PLOT BUDIDAYA BAWANG MERAH MENGGUNAKAN BIJI BOTANI (TRUE SHALLOT SEED) PADA KELOMPOK PEMUDA TANI CIPTA KARYA DESA PARAMBAMBE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR: Demonstration of Shallot Cultivation Plot Using Botani Seeds (True Shallot Seed) at Youth Farmers Group Cipta Karya Parambambe Village, Galesong District, Takalar Regency Syam'un, Elkawakib; Diansari, Pipin; Jayadi, Muhammad; Nurfaida, Nurfaida; Mantja, Katriani; Faried, Muhammad; Lestari, Dwi; Tambung, Astina
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 10 No. 4 (2025): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 10 NO. 4 JULI 2025
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v10i4.42160

Abstract

Bawang merah dikenal sebagai sayuran umbi merupakan salah satu komoditas penting, selain untuk bumbu dapur juga digunakan sebagai pengobatan herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Peningkatan produktivitas bawang merah, selain meningkatkan hasil panen juga mengurangi biaya produksi per satuan hasil, sehingga margin keuntungan petani menjadi lebih besar. Kebutuhan bawang merah dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan beragamnya pemanfaatan bawang merah selain bumbu dapur juga bahan baku berbagai olahan. Petani membudidayakan bawang merah umumnya menggunakan bibit dari umbi. Dalam satu hektar dibutuhkan umbi bibit 1-1.2 ton/ha dengan ukuran umbi sedang (5-10 g), saat musim tanam tiba harga bibit bawang merah Rp40.0000-Rp50.000/kg. Harga bibit bawang merah melalui lapak daring sudah mencapai Rp75.000/kg, bagi petani yang modalnya terbatas pada sentra produksi menunda menanam dan beralih ke komoditas lain. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif sumber bibit yaitu mengggunakan biji botani atau true shallot seed (TSS). Kelebihan biji botani (TSS) sebagai bibit di antaranya hanya 4-6 kg/ha dibandingkan umbi yang mencapai 1-1,2 ton/ha, biaya bibit sekitar Rp18 juta/ha dibandingkan dengan umbi yang mencapai Rp50 juta-Rp60 juta/ha, lebih tahan simpan (2 tahun), ukuran umbi lebih besar dan seragam serta produktivitasnya lebih tinggi (>20 ton/ha). Budidaya bawang merah dari biji merupakan terobosan untuk meningkatkan produktivitas di atas rata-rata nasional (9,8 t/ha). Teknologi penanaman bawang merah menggunakan biji belum banyak dipahami di tingkat petani walau memilki banyak  keuntungan sehingga perlu dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot. Kata kunci: Biji, umbi, bawang merah, produktivitas tinggi, ramah terhadap lingkungan.   ABSTRACT Shallots are known as bulb vegetables and are one of the essential commodities, not only used as kitchen spices but also as herbal medicine to boost the body's immunity. Increasing shallot productivity enhances yield and reduces production costs per unit of output, resulting in greater profit margins for farmers. The domestic demand for shallots tends to increase yearly, driven by their various uses, not only as spices but also as raw materials for various processed products. Farmers generally cultivate shallots using bulbs as planting material. One hectare of land requires 1-1.2 tons of medium-sized bulb seeds (5-10 g). During the planting season, the price of shallot seeds ranges from IDR.40,000 to IDR50,000/kg. The price of shallot seeds on online marketplaces has reached IDR75,000/kg, making farmers with limited capital in production centers postpone planting and switch to other commodities. Therefore, an alternative seed source is needed, which is botanical seeds or True Shallot Seed (TSS). The advantages of TSS include requiring only 4-6 kg/ha compared to bulbs which require 1-1.2 tons/ha, seed costs of around IDR18 million/ha compared to bulbs which reach IDR50 million-IDR60 million/ha, longer shelf life (up to 2 years), larger and more uniform bulb size, and higher productivity (>20 tons/ha). Shallot cultivation using TSS is a breakthrough to increase productivity above the national average (9.8 t/ha). However, farmers still do not widely understand the technology for planting shallots using seeds despite its many benefits, thus requiring training and demonstration plots. Keywords: Seeds, bulbs, shallots, high productivity and the environment friendly.
Propagation of Shafira Taro (Colocasia Esculenta Var. Antiqourum) Applied TDZ, BAP, TDZ AND NAA, BAP and NAA In Vitro Haswin, Dwi Wahyuni; Haring, Fera; Riadi, Muh; Tambung, Astina; Yanti, Nur Aida; Ilham, Ilham
Journal of Agriculture Vol. 4 No. 01 (2025): Research Articles March 2025
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/joa.v4i01.5835

Abstract

Shafira taro (Colocasia esculenta var. antiquorum) is a type of small-tubered taro, also known as Japanese taro, which is traded internationally. This study aims to examine the effect of various concentrations of Thidiazuron (TDZ) and Benzyl Amino Purine (BAP), as well as the combination of Thidiazuron with Naphtalene Acetic Acid (NAA) and BAP with NAA, on the multiplication of Shafira taro shoots through in vitro culture techniques. The method used in this study uses in vitro culture techniques, which are modern plant propagation science known in the world of biotechnology and allow controlled propagation and improvement of plant species. An essential component of this technique is using plant growth regulators (PGRs), critical for modulating various physiological processes in plant cells and tissues. PGRs promote growth and differentiation, optimize secondary metabolite production, and increase plant resistance. This study used a combination of main PGR treatments (TDZ, BAP, and NAA) with a total of 13 (thirteen) treatment combinations using a randomized block design, namely: k0: Control, t1: TDZ 1 ppm, t2: TDZ 2 ppm, t3: TDZ 3 ppm, b1: BAP 1 ppm, b2: BAP 2 ppm, b3: BAP 3 ppm, t1n1: TDZ 1 ppm + NAA 0.5 ppm, t2n1: TDZ 2 ppm + NAA 0.5 ppm, t3n1: TDZ 3 ppm + NAA 0.5 ppm, b1n1: BAP 1 ppm + NAA 0.5 ppm, b2n1: BAP 2 ppm + NAA 0.5 ppm, b3n1: BAP 3 ppm + NAA 0.5 ppm. Each treatment was repeated thrice, with three tissue culture bottles per repetition, resulting in 117 tubes containing one explant. The results showed that the highest number of roots, leaves, and shoots was achieved with 1 ppm BAP, while the optimal fresh weight and shoot height were obtained with 2 ppm BAP. Treatments involving combinations of TDZ, TDZ + NAA, and BAP + NAA did not produce significant results for shoot multiplication.