Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Photosynthetic Paramaters of Two Indonesian Soybean Top Varieties Padjung, Rusnadi; Syam'un, Elkawakib; Kasim, Nurlina
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 43, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v43i2.2842

Abstract

Each plant genotype has its own photosynthetic parameters required to run crop growth model. The research is aimed to characterize photosynthetic parameters particularly maximum photosynthesis and initial light use efficiency of two soybean varieties widely planted in Indonesia, Dena-1 and Anjasmoro. Photosynthetic performances were measured in a designed experiment to study the effect of Actinomycetes spp. on growth and yield of soybean. Photosynthesis was measured using an open chamber portable photosynthetic system (LI-6400), at variable Photosynthetically Active Radiation (PAR), i.e. 500; 1,000; 1,500; and 2,000 µmol (photon)/m2/s. The photosynthetic light response curve (PN/I curve) was developed using Solver function of Microsoft Excel. Maximum gross photosynthesis (Pgmax) of Dena-1 is 45.64 μmol (CO2)/m2/s, while Anjasmoro variety is only 34.81 μmol (CO2)/m2/s. Quantum yield at low light (initial light use efficiency) of Dena-1 is also higher with the value of 0.068 μmol (CO2)/μmol(photons) compared to Anjasmoro that have 0.058 μmol (CO2)/μmol (photons). Hence light response curve of Dena-1 variety is consistently higher than Anjasmoro. Under Actinomycetes spp. treatment the light response curve of Dena-1 is higher than Anjasmoro at PAR lower than 706 μmol (photon)/m2/s and higher at PAR above it.
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN DEMPLOT BUDIDAYA BAWANG MERAH PRODUKSI LIPAT GANDA: Training and Assistance of Double Production of Onion Cultivation Demplots Ulfa, Fachira; Syam'un, Elkawakib; Bahrun, Abdul Haris; Dewi, Vien Sartika; Mantja, Katriani; Heliawaty, Heliawaty
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 9 No. 1 (2023): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 9 NO. 1 OKTOBER 2023
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v9i1.27552

Abstract

Kebutuhan bawang merah dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan yang tidak seimbang dengan produksi sehingga kebutuhan dalam negeri diatasi melalui impor. Selama ini, penanaman yang lazim dilakukan petani adalah menggunakan umbi bawang merah atau mencapai 40% dari total biaya produksi. Penanaman bawang merah dengan biji memberikan banyak keuntungan diantaranya hemat (hanya 5 kg/ha), biaya bibit murah, lebih tahan simpan (2 tahun) dan umbi yang dihasilkan lebih besar serta produksinya lebih tingggi dibandingkan dengan menggunakan umbi. Penanaman bawang merah dari biji merupakan terobosan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Teknologi penanaman bawang merah dengan menggunakan biji belum banyak dipahami di tingkat petani walau memberikan banyak keuntungan sehingga perlu dilakukan pembimbingan dan pelatihan serta pendampingan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam membudidayakan bawang merah melalui biji botani dengan program Produksi Lipat Ganda (Proliga) di atas 10 ton per Ha. Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai November 2022 dan diawali dengan melakukan pre-test kepada anggota kelompok tani. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah: 1). Penyuluhan mengenai teknologi ramah lingkungan dalam budidaya bawang merah; 2). Praktek membuat pupuk organik cair, zat pengatur tumbuh dan pestisida nabati; 3). Pendampingan pembuatan plot budidaya bawang merah asal biji botani. Hasil  yang dicapai dari kegiatan ini adalah: a). Kelompok tani mampu menyerap teknologi yang diberikan terbukti dengan berhasilnya mereka membuat pupuk organik cair, zat pengatur tumbuh dan pestisida dari bahan nabati yang ramah terhadap lingkungan; b). Kelompok tani mampu membudidayakan bawang merah dengan menggunakan biji sebagai bahan tanam. Kata kunci: Benih, umbi bawang merah, ramah lingkungan.   ABSTRACT The need for domestic shallots from year to year tends to increase which is not balanced with production so that domestic demand is met through imports. So far, the planting that is commonly done by farmers is using shallot bulbs which can reach 40% of the total production cost. Planting shallots with seeds provides many advantages including being economical (only 5 kg/ha), cheap seed costs, more shelf-stable (2 years) and larger tubers and higher production compared to using tubers. Planting shallots from seeds is a breakthrough to increase farmer productivity and welfare. The technology for planting shallots using seeds is not widely understood at the farmer level, although it provides many advantages, so guidance and training and assistance are needed. This activity aims to increase farmers' knowledge and skills in cultivating shallots through botanical seeds with Double Fold Production above 10 tonnes per Ha. This activity was carried out from July to November 2022 and began with conducting pre-tests on members of farmer groups. The methods used in this service activity are: 1). Counseling on environmentally friendly technology in shallot cultivation; 2). The practice of making liquid organic fertilizers, growth regulators and vegetable pesticides; 3). Assistance in making shallot cultivation plots from botanical seeds. The results achieved from this activity are: a). Farmer groups are able to absorb the technology provided, as evidenced by their success in making liquid organic fertilizers, growth regulators and pesticides from environmentally friendly vegetable materials; b). Farmer groups are able to cultivate shallots using seeds as planting material. Keywords: Seeds, shallot bulbs, environmentally friendly.
PENGEMBANGAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN TEKNOLOGI PRODUKSI LIPAT GANDA (PROLIGA) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI: Enhancing Productivity of Chili Crops Through the Development of Training and Mentoring in Double Folding Production Technology (Proliga) Ulfa, Fachira; Syam'un, Elkawakib; Dungga, Novaty Eny; Dewi, Vien Sartika; Rafiuddin, Rafiuddin; Heliawaty, Heliawaty
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 9 No. 2 (2024): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 9 NO. 2 MEI 2024
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v9i2.31603

Abstract

Permasalahan yang sering terjadi dalam membudidayakan tanaman cabai adalah pembudidayaan tanaman tidak dilakukan dengan penanganan pembudidayaan yang benar. Masalah-masalah seperti ini perlu dicarikan solusinya untuk meningkatkan produktivitas nasional yang hanya 8,74 t/ha dengan mulai menerapkan teknologi Produksi Lipat Ganda (Proliga). Teknologi Proliga ini difokuskan pada peningkatan produktivitas menjadi >20 t/ha. Beberapa komponen teknologi Proliga yang diterapkan, di antaranya: (1) menggunakan sistem persemaian sehat; (2) menggunakan varietas unggul yang adaptif; (3) melaksanakan pengelolaan hara, tanah, dan air; dan (4) pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Talakaya di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah: 1). Penyuluhan; 2). Pelatihan dan pendampingan pembuatan demplot pesemaian, penanaman serta pemeliharaan cabai. Setelah kegiatan ini kelompok tani dapat menerapkan tambahan ilmu yang diperolehnya dalam berusahatani cabai baik di musim hujan maupun kemarau. Kata kunci: Cabai, Proliga, ramah lingkungan. ABSTRACT The common problem in cultivating chili plants is that they are not grown with proper cultivation practices. Issues like this need to be addressed to improve the natnal productivity, which currently stands at only 8.74 t/ha, by implementing the Double Folding Production (PROLIGA) technology. Proliga technology is focused on increasing productivity to over 20 t/ha. Some of the components of Proliga technology applied include: (1) using a healthy seeding system; (2) using adaptable superior varieties; (3) managing nutrients, soil, and water; and (4) controlling pests and diseases. This activity is carried out for the Talakaya Farmers Group in the Galesong District of Takalar Regency. The methods employed in this activity are: 1) Extension; 2) Training and assistance in the establishment of healthy seedbeds, planting, and maintenance of chili plants. After this activity, the farmer group can apply the additional knowledge they have gained in chili farming, both during the rainy and dry seasons. Keywords: Chili, Proliga, environmentally friendly.
Karakter Fisik Umbi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascaloncium L.) Widiayani, Nuniek; Syam'un, Elkawakib; Dariati, Tigin; Iswoyo, Hari; Dungga, Novaty Eny; Faried, Muhammad
Agrisintech (Journal of Agribusiness and Agrotechnology) Vol 5 No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31938/agrisintech.v5i1.598

Abstract

This study aimed to analyze the various physical characteristics of the bulbs of several shallot varieties, which are widely developed in Indonesia. The various characteristics of shallot bulbs are essential to know. This research was conducted from May to June 2023 at the Teaching Farm, Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi. The study was arranged in a randomized block design (RBD). Seven varieties of onions are the object of research namely Sanren F1 F1, Lokana, Rubaru, Ambassador 3 Agrihorti, Violetta 2 Agrihorti, Kramat 1 1, dan Mentes . Sampling was done randomly on each treatment plot. The number of bulbs sampled was 5 per variety in each replication. The parameters observed included equatorial diameter (cm), polar diameter (cm), bulb thickness (cm), average geometric diameter (cm), average arithmetic diameter (cm), bulb weight (g), and bulb volume (cm3), and shape index, then those parameters are calculated using formulas. The Lokana variety has the largest bulb size compared to other varieties. In general, the seven shallot varieties had equatorial diameters ranging from 2.03 to 3.02 cm, polar diameters ranging from 2.51 to 3.12 cm, bulb thickness ranging from 2.25 to 2.73 cm, bulb weights ranging from 6. 30 – 14.36 g, the volume between 7.60 – 26.27 cm3, geometric diameter between 2.29 – 2.95 cm, arithmetic diameter between 2.29 – 2.96 cm. The Lokana variety has greater physical characteristics than other varieties. Penelitian mengenai karakter fisik umbi bawang merah masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis berbagai karakter fisik dan geometrikal umbi beberapa varietas bawang merah yang banyak dikembangkan di Indonesia. Berbagai karakter dari umbi bawang merah menjadi penting untuk diketahui. Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga Juni 2023, di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, pada ketinggian 9 mdpl.  Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK). Tujuh varietas bawang yang menjadi objek penelitian yaitu Sanren F1 F1, Lokana, Rubaru, Ambassador 3 Agrihorti, Violetta 2 Agrihorti, Kramat 1 1, dan Mentes. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada setiap petakan perlakuan. Jumlah umbi yang dijadikan sampel sebanyak 5 buah per varietas pada setiap ulangan. Parameter yang diamati meliputi diameter equitorial (cm), diameter polar (cm), tebal umbi (cm), rata-rata diameter geometrik (cm), rata-rata diameter aritmetika (cm), bobot umbi (g), volume umbi (cm3), dan indeks bentuk, lalu parameter tersebut dihitung menggunakan rumus. Varietas Lokana memiliki ukuran umbi yang paling besar, dibandingkan varietas lainnya. Tujuh varietas bawang merah memiliki diameter equitorial berkisar antara 2,03 – 3,02 cm, diameter polar antara 2,51 – 3,12 cm, ketebalan umbi antara 2,25 – 2,73 cm, bobot umbi antara 6,30 – 14,36 g, volume antara 7,60 – 26,27 cm3, diameter geometrik antara 2,29 – 2,95 cm, diameter aritmetik antara 2,29 – 2,96 cm. Varietas Lokana memiliki karakter fisik yang lebih besar dibandingkan varietas lainnya.
INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI LIPAT GANDA CABAI SEBAGAI SOLUSI KETAHANAN PANGAN DAN EKONOMI KELUARGA MELALUI OPTIMALISASI PEKARANGAN Ulfa, Fachira; Syam'un, Elkawakib; Dungga, Novaty Eny; Dewi, Vien Sartika; Rafiuddin, Rafiuddin; Heliawaty, Heliawaty
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 10 No. 2 (2025): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 10 NO. 2 JANUARI 2025
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v10i2.41891

Abstract

Kegiatan pengabdian dilaksanakan di kelompok Tani Talakaya Desa Campagaya Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar dengan masalah pemanfaatan pekarangan yang belum optimal. Sebagian besar pekarangan hanya ditanami tanaman hias atau bahkan dibiarkan terlantar. Selain itu, petani juga memiliki keterbatasan pengetahuan dalam budidaya cabai dan akses terhadap pupuk organik. Tujuan kegiatan ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan dengan menanam cabai menggunakan teknologi produksi lipat ganda (Proliga) yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi keluarga. Beberapa komponen teknologi proliga yang diterapkan, diantaranya: (1) Menggunakan varietas unggul yang adaptif; (2) Menggunakan sistem persemaian sehat; (3) Meningkatkan populasi tanaman; (4) Melaksanakan pengelolaan hara, tanah, dan air; dan (5) Pengendalian hama dan penyakit. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi penyuluhan, pelatihan pembuatan rumah semai, pembuatan pupuk organik cair, zat pengatur tumbuh, dan pestisida nabati. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani dalam budidaya cabai, terbukti dengan kemampuan mereka menghasilkan produk pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Manfaat kegiatan ini selain membantu meningkatkan ketahanan pangan keluarga melalui produksi cabai sendiri, juga berpotensi mengurangi biaya rumah tangga dan meningkatkan pendapatan. Kegiatan ini berhasil mencapai tujuan dengan optimalisasi pekarangan sebagai sumber pangan dan pendapatan tambahan bagi keluarga. Kata kunci: Proliga, cabai, pekarangan, pangan, ekonomi keluarga. ABSTRACT This activity was carried out in the Talakaya Farmers group, Campagaya Village, Galesong District, Takalar Regency, which faced the problem of suboptimal yard use. Most yards are only planted with ornamental plants or even left neglected. Apart from that, farmers also have limited knowledge of cultivating chilies and access to organic fertilizer. This activity aims to optimize the use of the yard by planting chilies using double production technology (Proliga), which is expected to increase food security and the family economy. Several components of the proliga technology implemented include: (1) using adaptive superior varieties; (2) using a healthy nursery system; (3) increasing plant populations; (4) carrying out nutrient, soil and water management; and (5) pest and disease control. The methods used in this activity include counseling, training in making seedling houses, liquid organic fertilizer, and vegetable pesticides. The activity results show an increase in the knowledge and skills of farmer groups in chili cultivation, as evidenced by their ability to produce more efficient and environmentally friendly agricultural products. The benefits of this activity not only help increase family food security through their chili production but also have the potential to reduce household costs and increase income. This activity achieved its objectives by optimizing the yard as a food source and additional income for the family. Keywords: Proliga, chili, home garden, food, family economy.
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH AIR KELAPA SEBAGAI ZPT DAN POC DALAM BUDIDAYA SAYUR ORGANIK BERBASIS VERTIKULTUR Ulfa, Fachirah; Dungga, Novaty Eny; Haring, Feranita; Syam'un, Elkawakib; Rafiuddin, .
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 2 No. 2 (2017): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 2 NO. 2 MEI 2017
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v2i2.2153

Abstract

Semakin berkurangnya lahan pertanian menyebabkan perlunya teknologi yang menggunakan lahan terbatas seperti vertikultur. Vertikultur merupakan teknologi budidaya tanaman yang dilakukan secara vertikal sehingga menghemat lahan dan air. Teknologi semacam ini sangat cocok diterapkan dalam pengembangan sayur organik karena teknik bertanam seperti ini tidak langsung menyentuh tanah yang biasanya mengandung bahan pencemar sehingga sayur yang dihasilkan akan aman untuk dikonsumsi manusia. Pertumbuhan dan perkembangan sayuran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain pemberian pupuk dan ZPT (zat pengatur tumbuh). Pupuk dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman yang dapat berbentuk cair (POC), sedangkan ZPT dimaksudkan sebagai pengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk dan ZPT yang diberikan dapat berasal dari bahan alami dengan memanfaatkan limbah air kelapa. Kata kunci: Air kelapa, ZPT, POC, sayur organik, vertikultur. 
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH MELALUI PENGGUNAAN BIJI SEBAGAI BIBIT Syam'un, Elkawakib; Yassi, Amir; Jayadi, Muhammad; Sjam, Sylvia; Ulfa, Fachirah; Zainal, .
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 2 No. 2 (2017): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 2 NO. 2 MEI 2017
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v2i2.2162

Abstract

Bawang merah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak dibutuhkan masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan. Kebutuhan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan beragamnya produk olahan. Ketersediaannya yang langka menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dan mempengaruhi inflasi secara nasional. Sebagai komoditas penting maka pemerintah mencanangkan produksi nasional bawang merah sebesar 1.410.847 ton. Untuk mencapai produksi tersebut dibutuhkan benih sebanyak 155.556 ton umbi bibit dan biji bibit (True shallot seed) sebanyak 28.590. Selama ini, biaya usahatani bawang merah khususnya dari bibit dapat mencapai 60% dari total biaya produksi dengan mutu bibit yang kurang memenuhi syarat agronomi. Karena bibit diperoleh dari umbi yang diseleksi dari hasil panen umbi untuk konsumsi. Semestinya produksi untuk bibit berbeda cara pe-nanganannya dengan produksi untuk konsumsi. Perbanyakan tanaman bawang merah dengan umbi memiliki kekurangan di antraanya biayanya mahal karena dibutuhkan bibit dalam jumlah besar (1,0-1,5 ton/ha), mudah rusak dan umur simpannya singkat (kurang 3 bulan) serta mengalami masa dormansi. Sedangkan keuntungan menggunakan biji adalah biaya produksinya rendah karena dibutuhkan 5-6 kg/ha, hemat biaya transportasi bibit,  umur simpan lebih lama (2 tahun), ukuran umbi  lebih besar, dan produksinya lebih tinggi. Penggunaan biji untuk bibit bawang merah merupakan alternatif dalam membudidayakan bawang merah lebih murah dengan produktivitas yang tinggi.   Kata Kunci, Bawang merah, biji untuk bibit, dan umbi untuk bibit.
TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH RAMAH LINGKUNGAN Ulfa, Fachirah; Syam'un, Elkawakib; Rafiuddin, .
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 4 No. 1 (2018): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 4 NO. 1 OKTOBER 2018
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v4i1.5279

Abstract

Bawang merah dikenal sebagai sayuran umbi dan merupakan salah satu komoditas sayuran penting yang banyak digemari sebagai bumbu penyedap masakan. Bawang merah dapat menimbulkan keresahan jika ketersediaannya langka sehingga upaya peningkatan produksi dan mutu produksi komoditas ini mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kebutuhan bawang merah dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan yang tidak seimbang dengan produksi sehingga kebutuhan dalam negeri diatasi melalui impor. Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi bawang merah dewasa ini adalah tingginya tingkat penggunaan bahan kimia baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida. Pemanfaatan bahan kimia yang tidak rasional akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan pestisida nabati dan pupuk organik padat maupun cair akan mengurangi input penggunaan bahan kimia yang akhirnya berdampak baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kegiatan ini berupa alih iptek ke petani khususnya kelompok Tani Sipakainga dan Kelompok Tani Sipatangarri di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan yang merupakan upaya yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani. Target yang dicapai dalam kegiatan ini adalah menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok tani dalam berusahatani bawang merah ramah lingkungan. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan pelatihan pembuatan pupuk organik padat (kompos) dan cair serta pembuatan zat pengatur tumbuh dari bahan alami serta demonstrasi teknis budidaya bawang merah ramah lingkungan. Hasil yang diperoleh adalah: 1). Anggota kelompok tani telah paham cara membuat kompos dan mampu membuat POC dan ZPT dari limbah air kelapa; 2). Para anggota kelompok tani telah mampu membudidayakan bawang merah yang sifatnya ramah lingkungan; 3). Para anggota kelompok tani dapat memanfaatkan wadah styrofoam sebagai wadah tanam bawang merah di pekarangan. Kata Kunci: bawang merah, air kelapa, pupuk organik, zat pengatur tumbuh.
PEMANFAATAN BAHAN ALAMI BIOAKTIF TANAMAN (BABT) DALAM PRODUKSI TOMAT CHERRY ORGANIK Sjam, Sylvia; Syam'un, Elkawakib; Sartika Dewi, Vien
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 6 No. 1 (2020): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 6 NO. 1 OKTOBER 2020
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v6i1.11906

Abstract

Cherry tomatoes have an economic advantage compared to other tomatoes, namely their high and stable selling price. Organic cherry tomato production without synthetic chemical residues is one of the farming activities that can be carried out or managed to increase income sources. The biggest problem in almost all vegetable crop centers that grow tomatoes in South Sulawesi is the high application of synthetic chemical compounds including synthetic fertilizers and pesticides. At the center, no one has produced organic tomatoes even though the demand is high, so the cherry tomatoes are imported from outside South Sulawesi. The above phenomenon shows that there is a need for efforts to develop and plant organic cherry tomatoes through a business unit. This opportunity is very good because the market, especially supermarkets in South Sulawesi, is still lacking in organic cherry tomatoes and tomatoes are also needed in restaurants. The long-term goal is to create a technology-based business unit that comes from several studies. The technological innovation that will be applied is an organic cultivation system, which is environmentally friendly technology starting from a seed treatment with formulations that have been obtained from natural ingredients, the use of microorganisms and natural bioactive plant materials for the manufacture of organic fertilizers (solid and liquid fertilizers), and controlling pests and diseases (plant pests) with extracts of natural bioactive plant materials (NBPM). Trying to make an effort to produce organic cherry tomatoes more commercially so that it is expected to be a profitable entrepreneur. Activities start from the selection of raw materials, the planting process to the production process using environmentally friendly technologies without synthetic chemical intake in accordance with SNI standards using a planting schedule for sustainable production. ABSTRAK Tomat cherry memiliki keunggulan ekonomis dibandingkan dengan tomat lain, yaitu harga jualnya yang tinggi dan stabil. Produksi tomat cherry organik tanpa residu kimia sintetik merupakan salah satu aktivitas usaha tani yang dapat dilakukan atau dikelola untuk meningkatkan sumber pendapatan. Masalah yang terbesar pada hampir semua sentra-sentra tanaman sayuran yang menanam tomat yang ada di Sulawesi Selatan adalah tingginya aplikasi senyawa kimia sintetik termasuk pupuk dan pestisida sintetik. Pada sentra tersebut juga belum ada yang meproduksi tomat organik padahal permintaan tinggi sehingga tomat cherry didatangkan dari luar Sulawesi Selatan. Fenomena di atas menunjukkan bahwa perlunya upaya pengembangan dan penanaman tomat cherry organik melalui suatu unit usaha. Peluang ini sangat baik karena dipasaran terutama disupermarket yang ada di Sulawesi Selatan masih sangat kurang tomat cherry organik dan juga tomat ini dibutuhkan di restoran-restoran.Tujuan jangka panjang adalah untuk menciptakan unit usaha berbasis pada tehnologi yang berasal dari beberapa penelitian. Inovasi teknologi yang akan diterapkan adalah sistem budidaya secara organik adalah tehnologi ramah lingkungan mulai dari perlakuan benih (seed treatmen) dengan formulasi yang telah didapatkan yang berasal dari bahan alami, pemanfaatan mikroorganisme dan bahan alami bioaktif tanaman untuk pembuatan pupuk organik (pupuk padat dan cair), dan pengendalian hama dan penyakit (organisme pengganggu tanaman) dengan ekstrak bahan alami bioaktif tanaman (BABT). Produksi tomat cherry organik diusahakan lebih komersil sehingga diharapkan sebagai wirausaha yang bemanfaat. Kegiatan dimulai dari pemilihan bahan baku, proses penanaman sampai proses produksi dengan menggunakan tehnoloi ramah lingkungan tanpa asupan kimia sintetik sesuai dengan standar SNI dengan menggunakan jadwal tanam untuk kesinambungan produksi.
DEMONSTASI PLOT BUDIDAYA BAWANG MERAH MENGGUNAKAN BIJI BOTANI (TRUE SHALLOT SEED) PADA KELOMPOK PEMUDA TANI CIPTA KARYA DESA PARAMBAMBE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR: Demonstration of Shallot Cultivation Plot Using Botani Seeds (True Shallot Seed) at Youth Farmers Group Cipta Karya Parambambe Village, Galesong District, Takalar Regency Syam'un, Elkawakib; Diansari, Pipin; Jayadi, Muhammad; Nurfaida, Nurfaida; Mantja, Katriani; Faried, Muhammad; Lestari, Dwi; Tambung, Astina
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 10 No. 4 (2025): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 10 NO. 4 JULI 2025
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v10i4.42160

Abstract

Bawang merah dikenal sebagai sayuran umbi merupakan salah satu komoditas penting, selain untuk bumbu dapur juga digunakan sebagai pengobatan herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Peningkatan produktivitas bawang merah, selain meningkatkan hasil panen juga mengurangi biaya produksi per satuan hasil, sehingga margin keuntungan petani menjadi lebih besar. Kebutuhan bawang merah dalam negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan beragamnya pemanfaatan bawang merah selain bumbu dapur juga bahan baku berbagai olahan. Petani membudidayakan bawang merah umumnya menggunakan bibit dari umbi. Dalam satu hektar dibutuhkan umbi bibit 1-1.2 ton/ha dengan ukuran umbi sedang (5-10 g), saat musim tanam tiba harga bibit bawang merah Rp40.0000-Rp50.000/kg. Harga bibit bawang merah melalui lapak daring sudah mencapai Rp75.000/kg, bagi petani yang modalnya terbatas pada sentra produksi menunda menanam dan beralih ke komoditas lain. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif sumber bibit yaitu mengggunakan biji botani atau true shallot seed (TSS). Kelebihan biji botani (TSS) sebagai bibit di antaranya hanya 4-6 kg/ha dibandingkan umbi yang mencapai 1-1,2 ton/ha, biaya bibit sekitar Rp18 juta/ha dibandingkan dengan umbi yang mencapai Rp50 juta-Rp60 juta/ha, lebih tahan simpan (2 tahun), ukuran umbi lebih besar dan seragam serta produktivitasnya lebih tinggi (>20 ton/ha). Budidaya bawang merah dari biji merupakan terobosan untuk meningkatkan produktivitas di atas rata-rata nasional (9,8 t/ha). Teknologi penanaman bawang merah menggunakan biji belum banyak dipahami di tingkat petani walau memilki banyak  keuntungan sehingga perlu dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot. Kata kunci: Biji, umbi, bawang merah, produktivitas tinggi, ramah terhadap lingkungan.   ABSTRACT Shallots are known as bulb vegetables and are one of the essential commodities, not only used as kitchen spices but also as herbal medicine to boost the body's immunity. Increasing shallot productivity enhances yield and reduces production costs per unit of output, resulting in greater profit margins for farmers. The domestic demand for shallots tends to increase yearly, driven by their various uses, not only as spices but also as raw materials for various processed products. Farmers generally cultivate shallots using bulbs as planting material. One hectare of land requires 1-1.2 tons of medium-sized bulb seeds (5-10 g). During the planting season, the price of shallot seeds ranges from IDR.40,000 to IDR50,000/kg. The price of shallot seeds on online marketplaces has reached IDR75,000/kg, making farmers with limited capital in production centers postpone planting and switch to other commodities. Therefore, an alternative seed source is needed, which is botanical seeds or True Shallot Seed (TSS). The advantages of TSS include requiring only 4-6 kg/ha compared to bulbs which require 1-1.2 tons/ha, seed costs of around IDR18 million/ha compared to bulbs which reach IDR50 million-IDR60 million/ha, longer shelf life (up to 2 years), larger and more uniform bulb size, and higher productivity (>20 tons/ha). Shallot cultivation using TSS is a breakthrough to increase productivity above the national average (9.8 t/ha). However, farmers still do not widely understand the technology for planting shallots using seeds despite its many benefits, thus requiring training and demonstration plots. Keywords: Seeds, bulbs, shallots, high productivity and the environment friendly.