Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perancangan Desain Kemasan Kue Suri Makanan Khas Palembang Sari Lestari Pratiwi; Biti Andrispa; Didiek Prasetya
MDP Student Conference Vol 2 No 2 (2023): The 2nd MDP Student Conference 2023
Publisher : Universitas Multi Data Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.491 KB) | DOI: 10.35957/mdp-sc.v2i2.4506

Abstract

Kue suri merupakan salah satu makanan khas Palembang yang sudah jarang dijumpai. Pengemasan yang digunakan masih menggunakan plastik mika yang kurang aman untuk makanan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam merancang desain kemasan kue suri. Penelitian yang dilakukan melingkupi pengumpulan data hingga proses mendesain kemasan. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Gaya desain yang digunakan pada desain kemasan menggunakan gaya vintage classic. Kemasan dibuat berbentuk oktagonal atau segi delapan. Dengan adanya desain kemasan yang dibuat diharapkan dapat membantu kue suri dapat lebih dikenal oleh masyarakat dan dapat membantu dalam promosi.
Analisis Semiotika Roland Barthes pada Kain Songket Silungkang Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat Iswandi, Heri; Didiek Prasetya; Shalyna Nadya Amalia
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol. 10 No. 2 (2025): Besaung: April-July
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v10i2.5752

Abstract

Silungkang Songket is one of the crafts of the people of Sawahlunto City which is a superior product in the area. The specialty of Minangkabau songket cloth, especially in the Silungkang area, lies in its very diverse motifs, including the rangkiang motif, the pucuk rebung motif, the bungo canngkeh motif, and so on. Each of these motifs has its own name and meaning, and usually the motifs applied are inspired by plants, animals or objects in the surrounding nature. This study aims to read the elements of signs in Silungkang Songket cloth by choosing one decorative motif as a case study using Roland Barthes' semiotic concept, namely through the analysis of the sign system in the form of denotation, connotation, and myth. The research method used is a qualitative approach with a descriptive nature. The results of this study indicate that Silungkang Songket cloth is not just a physical object, but also a sign system that reflects social and cultural values. This study also reveals how the Minangkabau people give symbolic meaning to the cultural work. Roland Barthes' semiotic analysis of Silungkang songket cloth shows that every visual element in the cloth not only functions as an aesthetic decoration, but also as a cultural sign that contains layered meanings. And finally, when viewed from the mythological element, the rangkiang motif on the songket cloth serves to strengthen the Minang cultural narrative about harmony, welfare, and social order based on custom and religion.
Kajian Visual Iklan Layanan Masyarakat Kesehatan Gigi Pepsodent 1995–2023: Perspektif Semiotika Dan Estetika Postmodern Yosef Yulius; Hestia Rachmat Nunciata Lubis; Didiek Prasetya; Yohanes Reno; Valentinus Verdianto
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol. 10 No. 2 (2025): Besaung: April-July
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v10i2.5733

Abstract

This study examines the aesthetic values in Pepsodent Dental Health Public Service Advertisements (PSAs) from 1995 to 2023. The main focus of the study is to analyze how these PSAs maintain their visual identity, message consistency, and cultural relevance amidst technological and media developments. Using a qualitative descriptive approach, this study dissects the visual and verbal communication strategies in each PSA period. The theoretical framework is based on Dharsono Sony Kartika's Postmodern aesthetic theory, with an analysis of visual form and special form, and supported by Ferdinand de Saussure's semiotic approach to examine the relationship between signifiers and signifieds in media texts. The results show that these PSAs consistently maintain key elements such as the iconic tooth character, toothbrush, toothpaste, children as the primary audience, and dentists as representatives of health authorities, supported by the jingle lyrics that remain the same. The visual transformation from 2D to 3D animation, to the use of human actors and animal mascots, demonstrates creative adaptation to changes in audiences and distribution media. This study concludes that the Pepsodent Dental Health PSA is an example of successful long-term visual communication that is able to combine traditional-based health messages with a contemporary aesthetic approach, and is effective in building public awareness of the importance of maintaining dental health through media that is attractive, communicative, and relevant across generations.
Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Logo HUT ke-23 APEKSI 2023 Didiek Prasetya; Heri Iswandi; M. Choirul Iqbal
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol. 10 No. 2 (2025): Besaung: April-July
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v10i2.5747

Abstract

The APEKSI 23rd Anniversary logo displayed in the 2023 National Working Meeting (Rakernas XVI) in Palembang City not only serves as a symbol of the visual identity of the activity, but also as a symbolic communication medium that conveys cultural messages, institutional values, and a collaborative spirit between city governments in Indonesia. This research is motivated by the urgency to understand how visual elements in logo design are able to represent local identity while depicting nationalist values in the context of local government visual communication. The purpose of this research is to interpret the visual meaning contained in the logo through Roland Barthes' semiotic approach, which divides the meaning process into three levels: denotative, connotative, and mythological. This research uses a qualitative descriptive method with visual analysis techniques on logo design elements, including the modification of the number "23" which is formed to resemble a pyramid house as a representation of traditional Palembang architecture, the integration of stylized Songket motifs into typography, the selection of symbolic colors such as red, gold, and blue, and the use of sans-serif style capital letters. The research results show that the APEKSI 2023 logo is not only an aesthetically pleasing visual work but also contains a narrative about cultural identity, local wisdom, and institutional ideological values. Therefore, this logo can be interpreted as an effective visual communication symbol, meaningful, and relevant in today's cultural and institutional context.
Penerapan Stilasi pada Motif Kain Tenun Blongsong Palembang Iswandi, Heri; Didiek Prasetya
Judikatif: Jurnal Desain Komunikasi Kreatif Vol. 6 No. 1 (2024): Vol. 6 (2024) No. 1
Publisher : fakultas Desain Koomunikasi visual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/judikatif.v6i1.199

Abstract

Blongsong merupakan salah satu kain tenun khas Palembang. Daerah yang terkenal menghasilkan kain tenun ini adalah Kelurahan Tuan Kentang. Merujuk pada sejarahnya, kain tenun blongsong merupakan kain khas Palembang yang asal mulanya dibawa oleh masyarakat Pulau Jawa ke Sumatera Selatan. Oleh karena itu masyarakat lebih mengenal kain songket dibanding kain tenun blongsong yang didatangkan dari pulau Jawa. Adapun penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang bersumber dari hasil wawancara ke pengrajin yang berada di Kelurahan Tuan Kentang. Berdasarkan dari hasil wawancara, pembuatan kain tenun blongsong dapat dikatakan cukup rumit dikarenakan proses pembuatannya yang cukup lama. Satu helai kain dapat memakan waktu sekitar satu bulan dikarenakan proses awal hingga tahap penenunan masih menggunakan alat manual. Akan tetapi pengrajin masih tetap membuat kain walaupun sampai saat ini masih banyak masyarakat Palembang yang belum mengetahui dan mengenal kain tenun blongsong sebagai kain khas Kota Palembang. Selain itu jika dilihat dari corak pada motif kain tenun blongsong, pola dan bentuknya tidak terlalu tegas, sehingga secara keseluruan motifnya tidak semenarik yang ada pada kain tenun tajung yang justru harganya lebih murah atau lebih terjangkau oleh masyarakat. Melihat dari permasalahan tersebut, maka penulis berinisiatif untuk mengembangkan motif kain tenun blongsong dengan metode stilasi, agar motif yang dihasilkan menjadi lebih estetik. Sehingga ada kesesuaian antara lamanya pengerjaan dengan hasil kain dengan motif yang lebih menarik.
Analisis Interpretasi pada Kain Songket Silungkang melalui Pendekatan Hermeneutika Wilhelm Dilthey Iswandi, Heri; Husni Mubarat; Didiek Prasetya
Judikatif: Jurnal Desain Komunikasi Kreatif Vol. 6 No. 2 (2024): Vol. 6 (2024) No. 2
Publisher : fakultas Desain Koomunikasi visual

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35134/judikatif.v6i2.227

Abstract

Salah satu daerah penghasil kain songket di Sumatera Barat adalah Desa Silungkang. Silungkang terletak di tepi jalan raya Sumatera sekitar 95 km dari selatan-timur Kota Padang. Kain tenun songket yang dihasilkan di Desa Silungkang merupakan bagian dari jati diri masyarakat Minangkabau. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan ragam hias Minangkabau yang menjadi elemen estetik dan juga memiliki nilai filosofi berkaitan dengan sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau. Kain tenun songket dipandang sebagai aset yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi, karena pada dasarnya kain tenun songket adalah simbol tentang keberadaan sebuah entitas yang membuat sesuatu menjadi ada dan dikenal. Oleh sebab itu, maka metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif, karena objek kajian berupa kain songket Silungkang di Minangkabau, suatu hasil karya budaya hasil kreasi manusia yang berfungsi sebagai simbol identitas masyarakatnya. Adapun kain songket ini mengandung berbagai unsur nilai, norma, dan simbol yang sulit dijelaskan melalui angka, statistik, atau metode kuantitatif lainnya. Nilai, norma, dan simbol hanya dapat dijelaskan melalui fenomena alami, interaksi simbolis, serta budaya. Ragam motif kain tenun songket masyarakat adat Minangkabau khususnya di daerah Silungkang, selain memiliki fungsi sosial dan makna budaya melalui simbol-simbol institusi tradisional berisi tentang aturan hidup yang menyangkut dengan agama, intelektual, etika, dan estetika, sebagai wujud ikatan manusia untuk hidup yang lebih baik di dunia dan akhirat. Melalui pendekatan hermeneutika Wilhelm Dilthey, maka dapat membuka cakrawala bagi masyarakat atau pembaca tentang pemahaman motif atau ragam hias pada songket Silungkang dari arti dan maknanya.