Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Kawistara

KOMPLEKSITAS PEMBAJAKAN KONTEN DI ERA DIGITAL Tangguh Okta Wibowo
Jurnal Kawistara Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.33534

Abstract

Sebuah buku menarik yang rilis di tahun 2014 untuk membicarakan isu yang sensitif yaitu pembajakkan (piracy) di budaya kontemporer yang diasosiasikan dengan budaya berbagi (file sharing/ peer-to-peer) di dunia digital sekarang ini. Konsep umumnya adalah bagaimana seseorang ‘bersembunyi’ di balik layar komputer untuk mengunduh, baik musik, film, atau file digital lain, melintasi batas geografis secara anonimous atau melakukan hacking sebuah sistem komputer. Buku ini terdiri dari beberapa artikel penelitian dengan sebuah tema besar pembajakkan. Tidak hanya itu, tema besar ini pun dibagi menjadi tiga bagian spesifik, yaitu ontologi, politik, dan praktik terkait pembajakkan. Hal ini memudahkan bagi pembaca untuk mengikuti kumpulan artikel ini dalam sebuah kerangka besar pembajakkan yang digambarkan melalui sebuah sisi lain dari modernitas. Buku ini terbagi menjadi tiga tema. Pertama yaitu perilaku pembajakkan ini tidak hadir begitu saja/taken for granted. Kedua, politik dari pembajakkan dari perspektif makro, dan menganalisis bagaimana privasi menghubungkan struktur kekuasaan dan proses transformasi. Terakhir, membahas beberapa praktik pembajakkan dan implikasi dari beragam konteks pembajakkan.
LEDAKAN KREATIVITAS DAN KONTROL HUKUM DI ERA INTERNET Tangguh Okta Wibowo
Jurnal Kawistara Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.39305

Abstract

Sebuah buku yang ditulis oleh Lawrence Lessig di tahun 2004, seorang pengacara yang memberikan perhatiannya kepada isu yang tidak akan pernah selesai hingga memasuki abad 21 ini, yaitu perihal budaya bebas yang “mencuri” konten berhak cipta tanpa izin. Budaya bebas (Free culture) yang dijelaskan Lessig berbeda dengan free beers, tetapi bebas dalam arti kebebasan berpendapat, pasar bebas, perdagangan bebas, pemilihan suara bebas, dan berkehendak bebas. Inilah yang Lessig coba kritisi, yaitu budaya bebas yang hadir seiring dengan teknologi internet yang telah menyuburkan perubahan penting dan sekaligus tidak dikenali dalam proses produksi konten.