Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Disruptif Inovasi Terkait Citizen Journalism Hidayat, Rahmat Agus Nur; MA, Yudha Wirawanda
J-IKA Vol 5, No 2 (2018): JURNAL J-IKA
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (73.449 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana disruptif praktik jurnalisme warga di grup Facebokk Info Cegatan Solo dan Sekitarnya (ICS) terkait proses prosumsi informasi berita lokal oleh warga Surakarta. Metode penelitian yang digunakkan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tek nik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Sedangkan penga mbilan sampel mengguna kkan purposive sampling dengan mengambil tiga orang pengurus grup Facebook ICS dan tiga anggota yang pernah memp osting berita maupun informasi di grup tersebut. Secara garis besar hasil penelitian ini menemukan bahwa grup Facebook ICS merupakan jembatan baru untuk memperoleh informasi maupun berita lokal, di mana media setempat tidak mampu untuk mengatasi tuntutan berita dari konsumennya yang sangat beragam. Selain itu juga karena faktor kecepatan dan kekeluargaan yang terjalin di dalamnya membuat grup tersebut masih dipercaya serta pengguna mendisruptif diri mereka sendiri melalui grup tersebut karena tidak dapat menemukan informasi berita yang diinginkan di media lokal seperti koran, radio dan sejenisya.
Gender In Social Media: Semiotic Study of Gender Constuction of Women in Instagram Account @ModusKeras Postings Nurrohman, Dwi Bagus; Wirawanda, Yudha
Komunikator Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jkm.101010

Abstract

Instagram adalah satu jenis media sosial yang memungkinkan penggunanya berbagi foto kepada pengguna lain. Namun tak hanya sekedar foto biasa yang seringkali dibagikan pengguna instagram, kadangkala foto tersebut mengandung seksualitas seperti di dalam akun Instagram @moduskeras yang umumnya menampilkan perempuan sebagai objeknya. Penelitian dengan metode kualitatif ini bertujuan mengetahui bagaimana konstruksi gender terjadi dalam media sosial Instagram dengan menelusuri unsur-unsur semiotik dari berbagai gambar unggahan akun @moduskeras. Dengan menggunakan teori-teori media sosial, konstruksi gender, bias gender dalam media online, dan semiotika. Menggunakan analisis semiotika Charles Peirce yang mengusung tiga unsur, yaitu tanda, objek, dan interpretan. Tanda kemudian akan dikategorikan menjadi ikon, indeks dan simbol. Terdapat 10 gambar yang menjadi objek kajian bagaimana gender dikonstruksi. Peneliti melihat 10 gambar tersebut terdapat aspek-aspek tanda yang dapat menunjukkan bagaimana gender perempuan dibentuk. 10 gambar tersebut kemudian dimasukkan kedalam 4 macam kategorisasi yaitu: Objetivikasi tubuh perempuan, komersialisasi perempuan, perempuan menjadi objek fetishisme dan menjadi sosok pasif, serta perempuan memiliki batas dan terpenjara. Hasil penelitian ini adalah akun Instagram @moduskeras mengkonstruksi gender perempuan sesuai dengan paham patriarki yang membuat perempuan tidak bisa terlepas dari seksualitas dan menjadi objek dari laki-laki.Abstract                Instagram is one kind of social media that allows users to share photos to others. But not only regular photos that distributed by users, sometimes the photo contains sexuality. Instagram @moduskeras account generally displays women as its object. This research with qualitative method aims to find out how gender constructions occur in social media Instagram by tracing the semiotic elements on images uploaded by @moduskeras account. Using theories about Instagram as social media, gender constructions, gender bias in online media, and semiotics. Using Peirce's semiotic analysis that carries three elements: signs, objects, and interpretations. The sign will then be categorized into icon, index, and symbol. There are 10 images which become the object of studying how gender is constructed. Researcher saw that 10 pictures have several aspects of the sign that can show how women's gender is formed. The 10 images then inserted into four types of categorization: Objectivication of women's bodies, commercialization of women, women become objects of fetishism and being passive, and women have limits and imprisonment from the world. The result of this research is Instagram @moduskeras account constructs women’s gender based on patriarchal system which women can not be separated from sexuality and become the object of men.
Fanatisme Fans Sepakbola terkait Flaming dan Netiquette Wirawanda, Yudha
Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Volume 10, No. 2, September 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v10i2.6755

Abstract

Spectre adalah salah satu thread di forum daring Kaskus. Thread ini memungkinkan pengguna untuk melakukan flaming yang berkaitan dengan fanatisme pendukung sepakbola. Walaupun memperbolehkan prosumsi flaming, namun Spectre tetap memiliki netiquette. Penelitian ini menganalisis praktik fanatisme fans sepakbola terkait flaming dan netiquette. Penelti menggunakan teori habitus dan arena dari Bourdieu untuk menganalisis perilaku pengguna. Peneliti juga menggunakan konsep prosumsi dan netiquette untuk menganalisis data. Peneliti menggunakan metode etnografi virtual untuk menganalisis permasalahan. Peneliti berkesimpulan bahwa bentuk fanatisme dan flaming di ruang siber dibentuk juga oleh netiquette. Namun kebiasaan dan budaya fanatisme pengguna di Kaskus juga membentuk netiquette yang ada di Spectre.
Bias Gender dalam Berita Kasus Vanessa Angel (Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam detik.com) Yudha Wirawanda; Rino Andreas; Vania Alayda Rahma
CHANNEL: Jurnal Komunikasi Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.548 KB) | DOI: 10.12928/channel.v7i1.13013

Abstract

ABSTRAKPemberitaan kasus prostitusi yang melibatkan Vanessa Angel dalam portal berita detik.com memperoleh atensi publik yang tinggi. Kolom komentar baik di portal berita maupun akun sosial media resmi diisi berbagai macam opini publik. Peneliti memilih lima berita dari portal berita ini pada hari kejadian dan satu hari setelah kejadian. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis wacana kritis dengan pendekatan Sara Mills dalam buku Feminist Stylistic. Dari pembahasan, peneliti melihat bahwa Vanessa sebagai perempuan dan selebritis ditampilan sebagai karakter yang negatif dalam kasus ini. Selain itu, Vanessa juga diposisikan sebagai objek dalam beberapa bentuk kalimat dalam kelima berita tersebut. Peneliti melihat bahwa wacana patriarki di Indonesia masih memosisikan perempuan dan public figure sebagai sosok yang memiliki nilai berita tinggi, namun juga rentan untuk diposisikan secara tidak berimbang. Peneliti juga melihat bahwa penulis berita sudah berusaha untuk memilih diksi dan menyusun kalimat secara seimbang. Namun wacana ideologi patriarki masih terlihat dalam beberapa narasi dan pembacaan produksi dan konsumsi wacana publik di portal berita secara khusus dan wacana di khalayak secara umum.
Gender In Social Media: Semiotic Study of Gender Constuction of Women in Instagram Account @ModusKeras Postings Dwi Bagus Nurrohman; Yudha Wirawanda
Komunikator Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jkm.101010

Abstract

Instagram adalah satu jenis media sosial yang memungkinkan penggunanya berbagi foto kepada pengguna lain. Namun tak hanya sekedar foto biasa yang seringkali dibagikan pengguna instagram, kadangkala foto tersebut mengandung seksualitas seperti di dalam akun Instagram @moduskeras yang umumnya menampilkan perempuan sebagai objeknya. Penelitian dengan metode kualitatif ini bertujuan mengetahui bagaimana konstruksi gender terjadi dalam media sosial Instagram dengan menelusuri unsur-unsur semiotik dari berbagai gambar unggahan akun @moduskeras. Dengan menggunakan teori-teori media sosial, konstruksi gender, bias gender dalam media online, dan semiotika. Menggunakan analisis semiotika Charles Peirce yang mengusung tiga unsur, yaitu tanda, objek, dan interpretan. Tanda kemudian akan dikategorikan menjadi ikon, indeks dan simbol. Terdapat 10 gambar yang menjadi objek kajian bagaimana gender dikonstruksi. Peneliti melihat 10 gambar tersebut terdapat aspek-aspek tanda yang dapat menunjukkan bagaimana gender perempuan dibentuk. 10 gambar tersebut kemudian dimasukkan kedalam 4 macam kategorisasi yaitu: Objetivikasi tubuh perempuan, komersialisasi perempuan, perempuan menjadi objek fetishisme dan menjadi sosok pasif, serta perempuan memiliki batas dan terpenjara. Hasil penelitian ini adalah akun Instagram @moduskeras mengkonstruksi gender perempuan sesuai dengan paham patriarki yang membuat perempuan tidak bisa terlepas dari seksualitas dan menjadi objek dari laki-laki.Abstract                Instagram is one kind of social media that allows users to share photos to others. But not only regular photos that distributed by users, sometimes the photo contains sexuality. Instagram @moduskeras account generally displays women as its object. This research with qualitative method aims to find out how gender constructions occur in social media Instagram by tracing the semiotic elements on images uploaded by @moduskeras account. Using theories about Instagram as social media, gender constructions, gender bias in online media, and semiotics. Using Peirce's semiotic analysis that carries three elements: signs, objects, and interpretations. The sign will then be categorized into icon, index, and symbol. There are 10 images which become the object of studying how gender is constructed. Researcher saw that 10 pictures have several aspects of the sign that can show how women's gender is formed. The 10 images then inserted into four types of categorization: Objectivication of women's bodies, commercialization of women, women become objects of fetishism and being passive, and women have limits and imprisonment from the world. The result of this research is Instagram @moduskeras account constructs women’s gender based on patriarchal system which women can not be separated from sexuality and become the object of men.
Fanatisme Fans Sepakbola terkait Flaming dan Netiquette Yudha Wirawanda
Komuniti: Jurnal Komunikasi dan Teknologi Informasi Volume 10, No. 2, September 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/komuniti.v10i2.6755

Abstract

Spectre adalah salah satu thread di forum daring Kaskus. Thread ini memungkinkan pengguna untuk melakukan flaming yang berkaitan dengan fanatisme pendukung sepakbola. Walaupun memperbolehkan prosumsi flaming, namun Spectre tetap memiliki netiquette. Penelitian ini menganalisis praktik fanatisme fans sepakbola terkait flaming dan netiquette. Penelti menggunakan teori habitus dan arena dari Bourdieu untuk menganalisis perilaku pengguna. Peneliti juga menggunakan konsep prosumsi dan netiquette untuk menganalisis data. Peneliti menggunakan metode etnografi virtual untuk menganalisis permasalahan. Peneliti berkesimpulan bahwa bentuk fanatisme dan flaming di ruang siber dibentuk juga oleh netiquette. Namun kebiasaan dan budaya fanatisme pengguna di Kaskus juga membentuk netiquette yang ada di Spectre.
TWITTER: Expressing Hate Speech Behind Tweeting Yudha Wirawanda; Tangguh Okta Wibowo
Profetik: Jurnal Komunikasi Vol 11, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/pjk.v11i1.1378

Abstract

This study explores on how Indonesian people use Twitter. Only one hundred and forty (in one tweet) characters are able to create unlimited tweets expressing an agenda, Twitter has a role as canalization of desire that their users cannot devote in offline world. This study will focus on the prosumption practice toward the use of Twitter behind tweeting to spread a variety of opinions, including hate speech, because the characters of cyberspace allow the formation of habitus toward virtual users that they can devote freely a certain emotion in cyberspace. This study critically analyzes the prosumption practices of creating hate speech behind tweeting. This study also discusses on how Twitter's characters are able to express hate speech by the users. The interaction of users to use Twitter in expressing hate speech has played a role on how the users construct the world.
Representation of Health Messages in Bear Brand’s Advertisement Series Using Barthes’ Semiotics Analysis Winda Shabrina; Alfrisa Renuat; Dwi Kusuma Ningsih; Yudha Wirawanda
Expose: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : President University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33021/exp.v5i1.3893

Abstract

In this digital era, advertisement is a form of communication. Messages can be included in advertisements. One example is the Bear Brand advertisement, which broadcasts health messages during the COVID-19 pandemic. Bear Brand is a milk drink brand. As a brand, it has several advertisements in media. The purpose of this study is to analyze health messages in the Bear Brand New Normal series advertisements. This study uses qualitative research methods. This study analyzes advertisements in the official channel of Bear Brand on YouTube. Purposive sampling is used in this study. This study examines the channel's New Normal ad series. This study employs Roland Barthes' semiotic theory to explain the level of signification of the relationship between the signifier and the signified in the Bear Brand advertisement, as well as to describe the denotative and connotative forms and myths in the advertisement. This study also employs Stuart Hall's representation theory to examine the representation of health messages in advertisements that include both verbal and nonverbal cues. The findings of the study show how health messages are represented in advertisements related to the COVID-19 pandemic.
Representasi Male Gaze Pada Video Klip Ardhito Pramono “Here We Go Again” (Semiotika John Fiske) Noni Mutiara Ardhanic Cahya; Yudha wirawanda
Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 7, No 2 (2023): Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/ji.v7i2.14392

Abstract

Male Gaze merupakan fenomena yang sedang hangat terjadi di kalangan masyarakat . Para pelaku yang selalu berkuasa dan menindas sosok perempuan, dan perempuan memilih bungkam saat berhadapan dengan pihak yang lebih berkuasa. Hal ini menimbulkan asumsi negatif dan menyebabkan para korban (perempuan) enggan mengadukan tindakan tersebut kepada orang lain. Sehingga pihak yang berkuasa menjadi lebih berani dan dominan dalam suatu hubungan, karena pelaku merasa diri mereka aman. Fenomena tersebut juga terjadi pada video klip “ Here We Go Again” karya Ardhito Pramono. Dimana Ardhito sebagai fanboy sangat terobsesi dan posesif kepada kekasih bayanganya. Tujuan peneliti mengangkat pembahasan ini adalah untuk mengetahui representasi kasus Male Gaze dalam video klip “Here We Go Again”. Peneliti menggunakan teknik analisis dengan menggunakan metode kualitatif dan mengambil teknik analisa semiotika John fiske untuk menyampaikan makna dan kode-kode mendalam pada video klip tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa representasi Male Gaze pada video klip ini terdapat tiga tahapan menurut John Fiske meliputi level realitas, level representasi, dna level ideologi dihubungkan dari penggambaran Male Gaze yang dilakukan, dan disimpulkan bahwa pada video klip ini menghasilkan  ideologi Patriarki berupa kekerasan simbolik dan kekerasan fisik.
Assistance in identifying the potential of the Kembang Kuning tourist village, Cepogo District, Boyolali Rina Sari Kusuma; Ratri Kusumaningtyas; Nieldya Nofandrilla; Budi Santoso; Vinisa Nurul Aisyah; Yanti Haryanti; Yudha Wirawanda
Community Empowerment Vol 8 No 10 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/ce.9782

Abstract

Tourism is one of the pillars of the local economy in Indonesian society, and as such, this sector should receive special attention to maintain and develop it. The COVID-19 pandemic has caused significant economic disruption, leading to a prolonged crisis. Kembang Kuning Village in Boyolali is an example of a tourism industry that possesses natural and cultural resources, which could serve as capital to establish a tourist village but has been hindered by the pandemic. This mentoring activity aims to revitalize tourist villages by identifying their potential. The service method includes traning and education of SWOT analysis. The results of the service demonstrate that there are strategies that Kembang Kuning Village can implement to not only restore local residents' income from the tourism sector but also enhance the quality of the existing tourist villages.