Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

APLIKASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DI JATINANGOR Amrullah, Muhammad Fahmi; Zainuddin, Moch.; Fedryansyah, Muhammad
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 2 (2015): Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.431 KB)

Abstract

Jatinangor merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sumedang. Melihat kondisi kecamatan Jatinangor yang semakin maju di bidang pendidikan, ekonomi, ketenagakerjaan, dan kesehatan, tidak dapat dipungkiri permasalahan-permasalahan yang ada pun semakin kompleks sebagai dampak dari kemajuan tersebut. Khusus dalam bidang kesehatan, pemerintah Kabupaten Sumedang mempunyai program Jaminan Kesehatan Semesta (JAMKESTA) dan program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). Jamkesda merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial dibidang kesehatan untuk menjamin akses untuk masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang layak dan menyeluruh yang dilaksanakan oleh daerah. Melihat RPJMD Kabupaten Sumedang tentang implementasi program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) maka dalam mengaplikasikan kebijakan, semua orang harus ikut serta mengawasi dimulai dari proses formulasi kebijakan sampai dengan proses implementasi kebijakan di masyarakat. Hal ini sangat penting jika kebijakan sosial mampu di terapkan dengan baik maka tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai. Proses pembentukan kebijakan ini meliputi political sphere, administrative sphere, dan operational sphere.Oleh sebab itujika kebijakan jaminan kesehatan ini mampu di implementasikan dengan baik maka tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai.
Korelasi Tingkat Penguasaan Kosakata dengan Kemampuan Memahami Hubungan Kausalitas Teks Eksplanasi Siswa Kelas XI Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya Amrullah, Muhammad Fahmi; Martutik, Martutik; Nurhadi, Nurhadi
Journal of Language Literature and Arts Vol. 3 No. 12 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um064v3i122023p1786-1796

Abstract

Pembelajaran Bahasa Indoensia yang semula berfokus pada struktur dan tata bahasa, sekarang berada pada empat kompetensi berbahasa penting untuk menunjang pembelajaran lain yang juga menggunakan bahasa Indonesia, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menyimak. Pemahaman akan suatu bahasa dimulai dari pemahaman akan kosakatanya. Teks eksplanasi meru­pakan teks yang menjelaskan sebab akibat suatu peristiwa bisa terjadi. Dalam menjelaskan terjadi­nya suatu peristiwa, teks eksplanasi menggunakan kosakata yang berbeda dengan teks-teks lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat penguasaan kosakata dengan kemampuan memahami hubungan kausalitas tes eksplanasi. Penelitian ini ter­masuk penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui instrumen tes dari kedua variabel. Populasi dari penelitian ini ialah seluruh siswa kelas XI IBB SMA Laboratorium Malang. Peminatan IBB (Ilmu Bahasa dan Budaya) dipilih karena siswa yang telah masuk ke peminatan ini telah terseleksi dan mempunyai minat dan bakat di bidang bahasa. Kelas XI dipilih karena materi teks eksplanasi terdapat pada kelas XI. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua variabel saling berhubungan. Hubungan antar variabel bernilai positif yang artinya semakin tinggi nilai variabel tingkat pengua­saan kosakata, maka semakin tinggi pula nilai variabel kemampuan memahami hubungan kausalitas teks eksplanasi, dan sebaliknya. Kata kunci: kosakata; Ilmu Bahasa dan Budaya; teks eksplanasi Correlation between Vocabulary Mastery Level and Understanding Ability Causality Relationship of Explanation Text of Grade XI Students of Language and Culture Specialization Learning Indonesian which originally focused on structure and grammar, now focuses on four important language competencies to support other learning which also uses Indonesian, namely listening, speaking, reading and listening. Understanding a language starts from understanding its vocabulary. Explanatory text is text that explains the causes and effects of an event that occurred. In explaining the occurrence of an event, explanatory text uses different vocabulary from other texts. This research aims to find out whether there is a relationship between the level of vocabulary mastery and the ability to understand the causality relationship in the explanation test. This research includes quantitative research. Data was obtained through test instruments for both variables. The population of this study was all students of class XI IBB SMA Laboratory Malang. The IBB (Language and Culture Science) specialization was chosen because students who have entered this specializa­tion have been selected and have interest and talent in the field of languages. Class XI was chosen because explanatory text material is found in class XI. The results of data analysis show that the two variables are interconnected. The relationship between variables is positive, which means that the higher the value of the vocabulary mastery variable, the higher the value of the variable for the ability to understand causal relationships in explanatory text, and vice versa. Keywords: vocabulary; Language and Culture Science; explatory text
Problems of the Hierarchy of Needs Theory in the Perspective of Maqâshid al-Syarî‘ah Arroisi, Jarman; Sahidin, Amir; Amrullah, Muhammad Fahmi
Madania: Jurnal Kajian Keislaman Vol 28, No 2 (2024): DECEMBER
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/madania.v28i2.3397

Abstract

Abraham Maslow's hierarchy of needs theory, which also discusses self-actualization, has been widely studied to increase meaning in various areas of life. However, there are many criticisms of the hierarchy theory, which automatically criticizes the concept of self-actualization. This criticism is increasingly visible when viewed with the Maqâshid al-syarî‘ah approach, which in its conception is highly concerned with the preservation of religion. Therefore, this article discussed the results of the critical study of Abraham Maslow's hierarchy of needs based on the Maqâshid al-syarî‘ah perspective. Based on library research with a critical analysis approach, it could be concluded that: first, Maslow's critical analysis of the hierarchy could be divided into two, namely criticism of hierarchy theory and the concept of self-actualization. Second, criticisms of Maslow's hierarchy theory included: the absence of religious elements in his theory and its irrelevance to the realities of people's lives. Third, criticism of Maslow's self-actualization included the absence of a clear definition of self-actualization. Furthermore, in practice, it led to an individual-materialistic attitude. Fourth, all these criticisms led to the Western humanist perspective, especially Abraham Maslow, who views humans as only mind, soul, and heart without any spirit or religion, which is the essence of Maqâshid al-syarî‘ah. Teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow yang turut membicarakan aktualisasi diri banyak dikaji untuk meningkatkan kebermaknaan di berbagai bidang kehidupan. Namun demikian, terdapat banyak kritik terhadap teori hirarki tersebut, yang secara otomatis juga mengkritik konsep aktualisasi dirinya. Kritik tersebut semakin terlihat jika ditinjau dengan pendekatan Maqâshid al-Syarî‘ah yang dalam konsepsinya sangat perhatian terhadap penjagaan agama. Untuk itu, artikel ini akan membahas, telaah kritis hirarki kebutuhan Abraham Maslow perspektif Maqâshid al-syarî‘ah. Berdasarkan kajian berjenis library research dengan pendekatan analisis kritis dapat disimpulkan, pertama, telaah kritis hirarki Maslow dapat dibagi menjadi dua, yaitu kritik terhadap teori hirarki dan konsep aktualisasi dirinya. Kedua, kritik terhadap teori hirarki Maslow meliputi: ketiadaan unsur agama dalam teorinya dan ketidakrelevanan dengan realita kehidupan masyarakat. Ketiga, kritik terhadap aktualisasi diri Maslow, meliputi ketiadaan definisi yang jelas terkait aktualisasi diri, dan dalam prakteknya justru lebih mengarah kepada sikap individual-materialistik. Keempat, semua kritikan tersebut bermuara pada cara pandang Barat humanis, khususnya Abraham Maslow yang memandang manusia hanya sebatas akal, jiwa dan hati tanpa adanya ruh atau agama, yang merupakan inti dari Maqâshid al-syarî‘ah.