Dru Hendro, Dru
Unknown Affiliation

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Teater Pakeliran “Wayang Nutur Pupu Tikel” Sedayatana, I Gusti Made Agus Adi; Hendro, Dru
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 1 (2022): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i1.1527

Abstract

Program Pembelajaran Matakuliah Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang berlangsung dalam jangka waktu dua semester di luar Prodi dan di luar Perguruan Tinggi diselenggarakan dengan kerjasama mitra Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) yang memiliki relevansi, reputasi, dan dedikasi dalam memajukan pendidikan tinggi bidang seni, desain, industri kreatif dan kebudayaan. Sebagai salah satu bentuk persyaratan kelulusan sekaligus penerapan program MBKM yang telah ditetapkan di Institut Seni Indonesia Denpasar maka dilaksanakan sebuah project studi independent yang mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan sebuah project independent dengan luaran sebuah penciptaan karya bersama mitra kerja sebagai salah satu bentuk pengerjaan tugas akhir untuk persyaratan kelulusan Sarjana S1 Program Studi Pedalangan. Teater Pakeliran Wayang dengan judul Nutur Pupu Tikel melakukan salah satu garapan inovatif wayang pakeliran dengan adanya kolaborasi unsur teater di dalamnya. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai bentuk karya dari Pakeliran wayang Satwa berjudul Pupu Tikel dan juga mengenai metode pelaksanaan karya yang Pakeliran wayang Satwa berjudul Pupu Tikel. Garapan teater pakeliran wayang nutur yang berjudul Pupu Tikel ini adalah garapan karya seni yang menceritakan pertempuran antara dua kesatria yang gagah serta sama-sama ahli dalam pertarungan gada yaitu Duryodana dan Bima. Garapan yang dikemas dengan percampuran seni wayang tradisional dan juga teater modern.
Wayang Arja Inovatif “Tresnasih Japatuan Mencari Istri yang Sudah Meninggal Hingga ke Sorga” Dwipayana, I Made Pasek Ari; Hendro, Dru; Bratanatyam, I Bagus Wijna
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 2 (2022): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1862

Abstract

Eksistensi Wayang Arja selalu mengalami penurunan, sehingga membuat penggarap tertarik untuk ikut melestarikan Wayang Arja. Penggarap menggarap Wayang Arja dalam nuansa inovatif yang berjudul “Tersnasih Sang Sutindih”, yang di maksud inovatif adalah memasukkan Wayang Arja ke dalam pertunjukan pakeliran layar lebar, menggunakan sumber pencahayaan LCD Proyektor dengan Scenerry dan penggunaan musik midi. Dalam garapan ini pastinya menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode yang diajukan oleh Prof. M. Alma Hawkins, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisasi (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan). Penggarap berharap dengan diwujudkannya garapan ini mampu menjadi pemantik untuk para dalang, terutama dalang muda agar dapat ikut serta melestarikan Wayang Arja ke depannya.
Pakeliran Layar Lebar “Kumbakarna Lina” Budayasa, I Made Siman; Hendro, Dru; Sudarta, I Gusti Putu
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 1 (2023): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i1.2288

Abstract

Menurunnya minat masyarakat untuk mengapresiasi pertunjukan wayang menjadikan penata iba dengan apa yang terjadi pada dunia pewayangan saat ini, hal ini juga diperparah dengan pandemi global yang tengah melanda dunia saat ini. Padahal seperti yang telah diketahui, pertunjukan wayang sarat dengan mutu tinggi dan makna. Maka dari itu penata menciptakan wayang Ramayana inovatif dengan judul “Kumbakarna Lina”, memadukan dengan teknologi saat ini, dengan menggunakan pencahayaan proyektor, layar lebar dan diiringi semar pagulingan, sehingga garapan ini dapat dikatakan pakeliran Layar Lebar “Kumbakarna Lina”. Dalam garapan ini pastinya menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode yang diajukan oleh Alma Hawkins, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisasi (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan). Dengan adanya garapan ini diharapkan masyarakat awam tertarik untuk mengapresiasi pertunjukan wayang dan dapat mengambil makna yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Teater Wayang Silsilah “Kuru Wangsa” Ariadnyana, Made Alit Widi; Marhaeni, Ni Komang Sekar; Hendro, Dru
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 1 (2023): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i1.2289

Abstract

Perkembangan kehidupan masyarakat, sangat berpengaruh dengan perkembangan Teater Indonesia. Karena Teater di Indonesia hadir tidak langsung sama dengan bentuknya seperti sekarang. Seperti Teater Wayang Silsilah dengan judul Kuru Wangsa yang berlandaskan dan berpegang teguh dengan keberadaan leluhur yang tentunya dalam kalangan masyarakat Indonesia tidak lepas dari leluhur yang mengukir sejarah dalam peradabannya. Pertunjukan ini di pentaskan secara Live dengan kemasan Tradisi, Inovasi dan modern. Dalam garapan ini menggunakan metode untuk proses penggarapan yang lebih sistematis, metode yang penggarap gunakan adalah metode creative thinking into art creativity oleh Prof. Nyoman Sedana, yaitu: a. Tahapan Research and Discovery (Penelitian dan penemuan) b. Analysis and Intepretation (Analisis dan tafsir} c. Idea Formulation (Perumusan ide) d. Experimentation and Refinement (Percobaan dan perbaikan/penghalusan) e. Action Plan and Implementation (Rencana aksi dan pelaksanaan). Penggarap berharap tulisan ini dapat membangkitkan eksitensi di kalangan masyarakat luas.
Gerak Wantah Dan Gerak Maknawi Pada Pertunjukan Wayang Ental 3 Dimensi Karya Dalang I Gusti Made Darma Putra Swara, I Wayan Kembalyana Budi; Hendro, Dru
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i2.2847

Abstract

Wayang adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang telah ada selama berabad-abad. Seni wayang ini biasanya dipentaskan dengan memanipulasi boneka kayu atau kulit yang diproyeksikan padalayar putih menggunakan sinar lampu, disertai dengan dialog yang diucapkan oleh dalang. Wayang ental adalah salah satu bentuk seni wayang yang dibuat oleh Dalang Dr. I Gusti Made Darma Putra.S.Sn.,M.Sn . Wayang ental menggunakan boneka berbahan dasar ental yang dikarakterisasikan dengan bentuk menyerupai manusia. Boneka-boneka tersebut kemudian dipakai oleh dalang untuk memerankan cerita dengan teknik manipulasi yang sangat dinamis. Salah satu hal yang membedakan wayang ental dengan seni wayang lainnya adalah penggerakan dari wayang tersebut yang dimana caramenggerakan wayang itu dengan setiap wayang akan digerakan atau dimainkan oleh satu orang.
Pelatihan Pertunjukan Wayang Kulit Tradisi Di Desa Adat Batur “Karya Sudhaningrat” Mahendra, I Kadek Yogi; Hendro, Dru; Marhaeni, Ni Komang Sekar
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 1 (2024): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3740

Abstract

Dilihat dari perkembangan zaman di masa sekarang dimana segala hal sudah bersifat inovasi hal tersebut menyebabkan tradisi mulai tidak diminati oleh generasi muda. Dilihat dari budaya khususnya seni pertunjukan Wayang Kulit di masa sekarang sudah sangat rendah kesksistensiannya di masyarakat, hal ini tidak hanya di alami di satu daerah namun hampir semua daerah di Bali memiliki masalah sepereti ini. Di Bali Utara khususnya di Desa Adat Batur yang dimana kesenian Wayang Kulit Tradisi sangat berperan penting sebagai pelengakap upacara yang diselenggarakan di Pura Ulun Danu Batur, walaupun demikian sangat susah sekali untuk mendapatkan generasi muda yang mau untuk mempelajari kesenian Wayang Kulit Tradisi. Dari permasalahan yang terdapat di Desa Adat Batur penulis melakukan program pembelajaran pertunjukan Wayang Kulit Tradisi kepada salah satu masyarakat yang ingin mendalami di duni seni Pedalangan bliau adalah I Made Sasmika. Ada beberapa tahapan yang dilakukan di dalam proses pembelajaran pertunjukan Wayang Kulit Tradisi antara lain mulai dari memberikan pemahaman tentang kesenian Wayang dan pemilihan gaya pementasan yang pantas dijadikan sebagai dasar pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini dipilih Style pementasan Sukawati karena di dalam pertunjukan Wayang Sukawati sangat banyak terdapat komponen – komponen yang membangun di dalam pementasan. Pada tahap pertama pembelajaran, peserta didik diberikan materi gending Alasarum diserta gerak Wayang, dilanjutkan dengan Penyacah Parwa sebagai sinopsis di dalam pertunjukan wayang yang menggunakan bahasa kawi, tahap ketiga mempelajari gending Bebaturan dan gerakan Mangkat, dilanjutkan dengan mempelajari Tarian Delem dan Siat Wayang. Dengan adanya program ini semoga kedepannya kesenian Wayang Kulit Tradisi di Desa Adat Batur bisa lestari tidak hanya di Batur saja, juga di tempat lain agar bisa terus diminati dan dilestarikan.
Pelestarian Seni Pertunjukan Wayang Kulit Tradisi di Desa Adat Batur Pramana, I Komang Agus; Marhaeni, Ni Komang Sekar; Hendro, Dru; Sudiana, I Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 1 (2024): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3743

Abstract

Desa Adat Batur merupakan salah satu desa adat tua di Bali, dimana desa ini memiliki banyak sekali potensi dalam bidang seni yang ada, seperti Wayang Kulit, Tari Baris, dan Seni Kerawitan, seluruh potensi kesenian yang ada di Desa Adat Batur sangat erat kaitanya dengan tradisi dan upacara adat, oleh karena itu, upaya pelestarian dari kesenian ini mestinya harus tetap dijaga. Dengan adanya perubahan Era globalisasi sekarang ini dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern, akibatnya masyarakat cendrung untuk memilih kebudayan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal, permasalahan ini dapat ditemukan di Desa Adat Batur. Dimana dengan adanya pola hidup modern salah satu kesenian yaitu Seni Pedalangan/Wayang Kulit mulai mengalami kemunduran dan hampir saja punah. Faktor yang menyebabkan seni tradisi dan budaya lokal di Desa Adat Batur mulai dilupakan dimasa sekarang adalah; kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaanya sendiri. Oleh karena itu, dalam mewujudkan upaya pelestarian Seni Pertunjukan Wayang Kulit Tradisi di Desa Adat Batur penulis melakukan kegiatan dengan metoda Culture Expericence dengan pelaksanaan secara langsung di lapangan dan melibatkan masyarakat lokal dalam pelatihan Seni Pedalangan. Serta menggunakan metode penulisan secara kualitatif dengan teknik studi pustaka dalam mengumpulkan data.
Nilai-Nilai Keutaman Dalam Konflik dan Relosusi Pada Alur Dramatik Pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk Lakon Katundung Anggada Suryanata, I Putu Gede; Hendro, Dru; Marhaeni, Ni Komang Sekar
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4383

Abstract

Pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blonk lakon Katundung Anggada merupakan lakon carangan dengan penyajian konflik yang melibatkan isu sosial. Isu ini diselesaikan melalui resolusi yang merefleksikan nilai-nilai keutamaan tokoh Anggada melalui alur struktur dramatik pertunjukan wayang. Penelitian bertujuan menganalisis bentuk konflik serta resolusi dalam pertunjukan tersebut, dan bagaimana kedua elemen ini menghadirkan nilai dan pesan moral bagi audiens. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis struktur alur dramatik dan resolusi konflik lakon Katundung Anggada. Hasil penelitian menunjukkan pertama, bahwa konflik dan resolusi lakon Katundung Anggada dihadirkan dalam basis cerita carangan dengan latar waktu pasca runtuhnya Alengkapura. Diperkenalkannya tokoh anggada sebagai sosok kera bertubuh manusia (wenara) dengan sifat-sifat kejujudan, ketabahan, dan berpegang teguh pada kebenaran sebagai tokoh protagonis, diuji ketika ia menghadapi fitnah atas terjadinya kerusuhan di kerajaan Ayodya yang dipimpin Sri Rama akibat tuduhan Raksasa Sura Prenawa yang dikisahkan pasca perang Alengka dipungut dan diangkat oleh Sri Rama sebagai Patih di Ayodya. Konflik memuncak ketika hasutan Sura Prenawa berhasil membuat Sri Rama mengusir Anggada yang disinyalir akan melakukan pembalasan, di mana Sura Prenawa meyakinkan Rama bahwa Anggada masih menyimpan dendam akibat keterlibatan Rama dalam meninggalnya Subali ayah Anggada. Dengan sifat-sifat keutamaanya, Anggada didampingi para punakawan memilih mengasingkan diri dan memohon petunjuk Bhatari Durga, di mana resolusinya Anggada diminta untuk menyerang Ayodya dalam rupa raksasa dan berhasil mengalahkan kelicikan Sura Prenawa. Kedua Konfilk dan Resolusi dalam kisah Katundung Anggada yang dihadirkan secara dramatis dalam analisisnya mengandung nilai-nilai keutamaan yang memiliki dampak psikologis di anataranya nilai kejujuran, pengabdian, integritas, dan kebijaksanaan.