Turyati, Turyati
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pertunjukan Jonggan Dalam Konteks Sosial Kemasyarakatan Suku Dayak Kanayatn -, Turyati
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i3.23

Abstract

Jonggan merupakan pertunjukan tari tradisi masyarakat suku Dayak Kanayatn. Tarian ini disajikan untuk penyambutan tamu terhormat. Pertunjukan Jonggan terkait dengan berbagai hajat ritual dan hajat sosial masyarakat, antara lain Naik Dango (Ritual panen padi), perkawinan, dan Gawai Dayak (pesta rakyat). Tarian ini biasa ditarikan oleh kaum tua dan muda, laki-laki dan perempuan, tetapi biasanya dihadiri oleh sebagian besar orang tua, karena di dalamnya disajikan pantun-pantun lama yang berisi petuah, moral, agama, dan pandangan hidup. Penelitian Jonggan ini menggunakan pendekatan etnografi untuk mencatat perilaku estetik dan perilaku sosial budaya dalam pertunjukan Jonggan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa anak muda lebih suka menari berpasangan untuk membangun komunikasi dalam acara Jonggan dari pada harus berbalas pantun. Sentuhan emosional, kegembiraan muncul sebagai ungkapan kebersamaan, pribadi, dan komunal yang memberikan gambaran nyata dari hubungan yang berkembang antara emosi pribadi. Gejala pertunjukan menunjukkan terjadinya interaksi dan integrasi sosial yang bermuara pada terbangunnya kohesi sosial masyarakat.Kata kunci: Jonggan, Dayak Kanayatn, Pertunjukan, Tari
“TAAQUM” KARYA SENI PENCIPTAAN TARI Budi dan Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol 7, No 2 (2020): “Gemulai Gerak Ketubuh Tradisi Mencipta Enerji Dinamis Tari Kreasi”
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v7i2.1413

Abstract

ABSTRAKKarya penciptaan tari dengan judul TAAQUM merupakan karya yang diangkat dari pengalaman empirik penulis, berupa kerinduan akan almarhumah ibu. Penciptaan karya tari TAAQUM adalah sebuah upaya melalui proses kreatif untuk menyampaikan perjuangan dari kegelisahan rasa rindu, dengan metode kreativitas Alma M. Hawkins yang menghasilkan sebuah karya tari kontemporer bertipe dramatik. Karya tari ini lebih berfokus pada proses perjuangan seseorang dalam mengatasi rasa rindu akan almarhumah ibu.   Kata Kunci: TAAQUM, Ibu, Rindu, Perjuangan  ABSTRACT. "Taaqum" Art Works Of Dance Creation, Desember 2020. The dance creation with thetitle TAAQUM is awork lifted from the author’s emprical experience of longing for the deceased mother. The creation of the TAAQUM dance is an effort through a creative process to convey the struggle from anxious longing feelings with Alma M. Hawkins ‘ creative method which produces a dramatic contemporary dance. This dance focuses more on the process of a person’s struggle in overcoming feelings of longing for the deceased mother. Keywords : TAAQUM, Mother, Longing, Struggle     
Pertunjukan Seni Talawengkar sebagai Atraksi Seni Budaya di Desa Sitiwinangun Kabupaten Cirebon Turyati Turyati; Nani Sriwardani
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1359.96 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1270

Abstract

ABSTRACTPottery is a tool or device made of clay and is usually used in everyday life. Pottery is one of the works that was born from the past and still survives today. In the past, pottery was a container for storing crops, foodstuffs, and other consumables. Apart from having functional and historical value, the pottery also has aesthetic value. This pottery is the inspiration for the creation of Talawengkar performance art. Talawengker is defined as shards of pottery, from which the fragments are reused as a medium for children’s play. The object of study is in Sitiwinangun because this area is a location for pottery handicrafts. This article describes the collaborative creative process in research participatory action research. The purpose of creating this artwork is an effort to empower the people of Sitiwinangun Village. The results of the research are in the form of works of art through the Talawengkar performance art attraction pattern using floor patterns and dynamic motion.Keywords: Talawengkar Performance, Pottery, Attractions, Cultural ArtsABSTRAKGerabah merupakan alat atau perangkat yang terbuat dari tanah liat dan biasanya digunakan di kehidupan sehari-hari. Gerabah salah satu karya yang lahir dari masa lalu dan masih bertahan sampai sekarang. Di masa lampau, gerabah merupakan perabotan wadah penyimpanan hasil tanam, bahan makanan, hingga barang pakai lainnya. Selain memiliki nilai fungsi dan sejarah, gerabah juga memiliki nilai estetika. Gerabah inilah yang menjadi latar belakang inspirasi sebagai penciptaan seni pertunjukan Talawengkar. Talawengker diartikan sebagai pecahanpecahan gerabah, dari pecahan itulah yang dimanfaatkan kembali menjadi media permainan anak. Objek studi berada di Sitiwinangun, karena daerah ini merupakan lokasi kerajinan gerabah. Artikel ini memaparkan proses kreatif kolaboratif dalam penelitian participation action reseach. Tujuan penciptaan karya seni ini adalah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Desa Sitiwinangun. Hasil penelitian berupa karya seni melalui pola atraksi seni pertunjukan Talawengkar mengunakan pola lantai dan gerak dinamis.Kata kunci: Pertunjukan Talawengkar, Gerabah, Atraksi, Seni Budaya
Kajian Struktur Tari Perang Centong dalam Ritual Ngasa Kampung Budaya Jalawastu Brebes Turyati Turyati; Farah Nurul Azizah
PANGGUNG Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.145 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i4.2302

Abstract

Artikel ini berusaha menelusuri studi tentang struktur tari dalam sebuah ritual, yaitu Tari Perang Centong. Tari tersebut rutin dilakukan dalam ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Bahasan ini bertujuan untuk mengkaji struktur Tari Perang Centong, mulai dari latar belakang ritual, bentuk dan isi tarian, yang dieksplorasi melalui pendekatan etnokoreologi. Metode yang digunakan kualitatif yaitu dengan melakukan pendalaman materi melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk melakukan pencatatan koreografinya. Hasilnya ditemukan bahwa, struktur Tari Perang Centong diidentifikasi berdasarkan bentuk tarinya yang meliputi bentuk penyajian, koreografi, rias-busana, serta propertinya. Sementara isi tariannya meliputi latar belakang cerita, tema, nama tarian, karakter dan unsur filosofi di dalamnya. Bentuk penyajian data koreografi dilengkapi dengan menggunakan notasi laban. Melalui artikel ini diharapkan tercapai sebuah kepentingan yakni menumbuhkan pemahaman nilai tradisi dan kepedulian untuk melestarikan budaya melalui ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Kata kunci: Struktur, Tari Perang Centong, Ritual, Ngasa, dan tradisi.
TARI PIRING DALAM KESENIAN RANDAI DI SANGGAR PALITO NYALO KOTA PADANG SUMATERA BARAT Tusakdiah, Julia Halimah; Turyati, Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol 10, No 1 (2023): "Menguak Seni Tradisi Di Era Globalisasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i1.2702

Abstract

Tulisan ini membahas tentang Tari Piring dalam Kesenian Randai di Sanggar Palito Nyalo. Tari Piring merupakan tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat yang diajarkan dan dipopulerkan oleh Sanggar Palito Nyalo. Sanggar tersebut terkenal dengan Kesenian Randainya, dan sudah diperlombakan serta ditampilkan di banyak festival ataupun perlombaan-perlombaan seni, baik yang diadakan di Kota Padang maupun di daerah lainnya di Sumatera Barat. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan struktur Tari Piring dengan menggunakan landasan teori struktur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Pada operasionalnya, metode ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: studi lapangan (observasi, wawancara, studi dokumentasi) dan studi pustaka. Diketahui bahwa bentuk penyajian dari tarian tersebut berupa Tari Berpasangan, dengan nama-nama gerak yaitu Salam, Ma-amba, Pilin, Rantak Sewah, Angka delapan, dan Ayun. Alat musik yang digunakan ialah Talempong Pacik, Gandang, Pupuik Batang Padi, Sarunai. Busananya terdiri atas Baju Taluak Balango, Celana Galembong, Sisampiang, Destar (Desta), dan Ikat Pinggang. Tarian ini menggambarkan masyarakat Pauh yang tengah bertani seperti mencangkul, memanen, mengeringkan dan sebagainya, serta menggambarkan rasa syukur masyarakat kepada Dewi Padi. ABSTRACT THE PLATE DANCE IN RANDAI ART AT THE PALITO NYALO STUDIO, PADANG CITY, WEST SUMATRA. June 2023. This paper discusses Tari Piring in Randai Arts at the Palito Nyalo Studio. Tari Piring (Plate Dance) is a dance originated from Minangkabau, West Sumatra. Tari Piring in the Randai Arts is taught and popularized by the Palito Nyalo Studio. This Studio is famous for its Randai Art, and it has been contested and performed in many art festivals or competitions, both held in the city of Padang, West Sumatra, and other areas. The purpose of this study is to describe the structure of Tari Piring in Randai Arts at the Palito Nyalo Studio, using the structural theoretical basis by Iyus Rusliana. This study uses a qualitative research method with a descriptive analysis approach. In its implementation, this method uses the following steps: field studies (observations, interviews, documentation studies) and literature study. The results obtained from this study are that the form of presentation of this dance is in pairs, with the names of the movements are Salam, Ma-amba, Pilin, Rantak Sewah, Angka 8, and Ayun. The musical instruments used in this dance are Talempong Pacik, Gandang, Pupuik Batang Padi, Sarunai. Meanwhile, the costume are Taluak Balango shirt, Galembong pants, Sisampiang, Destar (Desta), belt. This dance depicts the Pauh community as farming such as hoeing, harvesting, drying and so on, as well as depicts the people's gratitude to the Goddess of Rice. Keywords: Tari Piring, Art, Palito Nyalo Studio.
Pertunjukan Seni Talawengkar sebagai Atraksi Seni Budaya di Desa Sitiwinangun Kabupaten Cirebon Turyati Turyati; Nani Sriwardani
PANGGUNG Vol 30 No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1270

Abstract

ABSTRACTPottery is a tool or device made of clay and is usually used in everyday life. Pottery is one of the works that was born from the past and still survives today. In the past, pottery was a container for storing crops, foodstuffs, and other consumables. Apart from having functional and historical value, the pottery also has aesthetic value. This pottery is the inspiration for the creation of Talawengkar performance art. Talawengker is defined as shards of pottery, from which the fragments are reused as a medium for children’s play. The object of study is in Sitiwinangun because this area is a location for pottery handicrafts. This article describes the collaborative creative process in research participatory action research. The purpose of creating this artwork is an effort to empower the people of Sitiwinangun Village. The results of the research are in the form of works of art through the Talawengkar performance art attraction pattern using floor patterns and dynamic motion.Keywords: Talawengkar Performance, Pottery, Attractions, Cultural ArtsABSTRAKGerabah merupakan alat atau perangkat yang terbuat dari tanah liat dan biasanya digunakan di kehidupan sehari-hari. Gerabah salah satu karya yang lahir dari masa lalu dan masih bertahan sampai sekarang. Di masa lampau, gerabah merupakan perabotan wadah penyimpanan hasil tanam, bahan makanan, hingga barang pakai lainnya. Selain memiliki nilai fungsi dan sejarah, gerabah juga memiliki nilai estetika. Gerabah inilah yang menjadi latar belakang inspirasi sebagai penciptaan seni pertunjukan Talawengkar. Talawengker diartikan sebagai pecahanpecahan gerabah, dari pecahan itulah yang dimanfaatkan kembali menjadi media permainan anak. Objek studi berada di Sitiwinangun, karena daerah ini merupakan lokasi kerajinan gerabah. Artikel ini memaparkan proses kreatif kolaboratif dalam penelitian participation action reseach. Tujuan penciptaan karya seni ini adalah sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Desa Sitiwinangun. Hasil penelitian berupa karya seni melalui pola atraksi seni pertunjukan Talawengkar mengunakan pola lantai dan gerak dinamis.Kata kunci: Pertunjukan Talawengkar, Gerabah, Atraksi, Seni Budaya
Kajian Struktur Tari Perang Centong dalam Ritual Ngasa Kampung Budaya Jalawastu Brebes Turyati Turyati; Farah Nurul Azizah
PANGGUNG Vol 32 No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v32i4.2302

Abstract

Artikel ini berusaha menelusuri studi tentang struktur tari dalam sebuah ritual, yaitu Tari Perang Centong. Tari tersebut rutin dilakukan dalam ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Bahasan ini bertujuan untuk mengkaji struktur Tari Perang Centong, mulai dari latar belakang ritual, bentuk dan isi tarian, yang dieksplorasi melalui pendekatan etnokoreologi. Metode yang digunakan kualitatif yaitu dengan melakukan pendalaman materi melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk melakukan pencatatan koreografinya. Hasilnya ditemukan bahwa, struktur Tari Perang Centong diidentifikasi berdasarkan bentuk tarinya yang meliputi bentuk penyajian, koreografi, rias-busana, serta propertinya. Sementara isi tariannya meliputi latar belakang cerita, tema, nama tarian, karakter dan unsur filosofi di dalamnya. Bentuk penyajian data koreografi dilengkapi dengan menggunakan notasi laban. Melalui artikel ini diharapkan tercapai sebuah kepentingan yakni menumbuhkan pemahaman nilai tradisi dan kepedulian untuk melestarikan budaya melalui ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Kata kunci: Struktur, Tari Perang Centong, Ritual, Ngasa, dan tradisi.
TARI PIRING DALAM KESENIAN RANDAI DI SANGGAR PALITO NYALO KOTA PADANG SUMATERA BARAT Tusakdiah, Julia Halimah; Turyati, Turyati
Jurnal Seni Makalangan Vol. 10 No. 1 (2023): "Menguak Seni Tradisi Di Era Globalisasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i1.2702

Abstract

Tulisan ini membahas tentang Tari Piring dalam Kesenian Randai di Sanggar Palito Nyalo. Tari Piring merupakan tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat yang diajarkan dan dipopulerkan oleh Sanggar Palito Nyalo. Sanggar tersebut terkenal dengan Kesenian Randainya, dan sudah diperlombakan serta ditampilkan di banyak festival ataupun perlombaan-perlombaan seni, baik yang diadakan di Kota Padang maupun di daerah lainnya di Sumatera Barat. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan struktur Tari Piring dengan menggunakan landasan teori struktur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Pada operasionalnya, metode ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: studi lapangan (observasi, wawancara, studi dokumentasi) dan studi pustaka. Diketahui bahwa bentuk penyajian dari tarian tersebut berupa Tari Berpasangan, dengan nama-nama gerak yaitu Salam, Ma-amba, Pilin, Rantak Sewah, Angka delapan, dan Ayun. Alat musik yang digunakan ialah Talempong Pacik, Gandang, Pupuik Batang Padi, Sarunai. Busananya terdiri atas Baju Taluak Balango, Celana Galembong, Sisampiang, Destar (Desta), dan Ikat Pinggang. Tarian ini menggambarkan masyarakat Pauh yang tengah bertani seperti mencangkul, memanen, mengeringkan dan sebagainya, serta menggambarkan rasa syukur masyarakat kepada Dewi Padi. ABSTRACT THE PLATE DANCE IN RANDAI ART AT THE PALITO NYALO STUDIO, PADANG CITY, WEST SUMATRA. June 2023. This paper discusses Tari Piring in Randai Arts at the Palito Nyalo Studio. Tari Piring (Plate Dance) is a dance originated from Minangkabau, West Sumatra. Tari Piring in the Randai Arts is taught and popularized by the Palito Nyalo Studio. This Studio is famous for its Randai Art, and it has been contested and performed in many art festivals or competitions, both held in the city of Padang, West Sumatra, and other areas. The purpose of this study is to describe the structure of Tari Piring in Randai Arts at the Palito Nyalo Studio, using the structural theoretical basis by Iyus Rusliana. This study uses a qualitative research method with a descriptive analysis approach. In its implementation, this method uses the following steps: field studies (observations, interviews, documentation studies) and literature study. The results obtained from this study are that the form of presentation of this dance is in pairs, with the names of the movements are Salam, Ma-amba, Pilin, Rantak Sewah, Angka 8, and Ayun. The musical instruments used in this dance are Talempong Pacik, Gandang, Pupuik Batang Padi, Sarunai. Meanwhile, the costume are Taluak Balango shirt, Galembong pants, Sisampiang, Destar (Desta), belt. This dance depicts the Pauh community as farming such as hoeing, harvesting, drying and so on, as well as depicts the people's gratitude to the Goddess of Rice. Keywords: Tari Piring, Art, Palito Nyalo Studio.
Kajian Struktur Tari Perang Centong dalam Ritual Ngasa Kampung Budaya Jalawastu Brebes Turyati, Turyati; Azizah, Farah Nurul
PANGGUNG Vol 32 No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v32i4.2302

Abstract

Artikel ini berusaha menelusuri studi tentang struktur tari dalam sebuah ritual, yaitu Tari Perang Centong. Tari tersebut rutin dilakukan dalam ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Bahasan ini bertujuan untuk mengkaji struktur Tari Perang Centong, mulai dari latar belakang ritual, bentuk dan isi tarian, yang dieksplorasi melalui pendekatan etnokoreologi. Metode yang digunakan kualitatif yaitu dengan melakukan pendalaman materi melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk melakukan pencatatan koreografinya. Hasilnya ditemukan bahwa, struktur Tari Perang Centong diidentifikasi berdasarkan bentuk tarinya yang meliputi bentuk penyajian, koreografi, rias-busana, serta propertinya. Sementara isi tariannya meliputi latar belakang cerita, tema, nama tarian, karakter dan unsur filosofi di dalamnya. Bentuk penyajian data koreografi dilengkapi dengan menggunakan notasi laban. Melalui artikel ini diharapkan tercapai sebuah kepentingan yakni menumbuhkan pemahaman nilai tradisi dan kepedulian untuk melestarikan budaya melalui ritual Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Kata kunci: Struktur, Tari Perang Centong, Ritual, Ngasa, dan tradisi.