Penyintas COVID-19 rentan mengalami post-COVID syndrome meskipun telah dinyatakan sembuh atau negatif dari COVID-19. Organ yang terserang post-COVID syndrome antaralain paru, telinga, hidung dan tenggorokan serta rongga mulut. Studi kasus ini melaporkan tatalaksana terintegrasi kasus necrotizing periodontal disease yang merupakan manifestasi post-COVID syndrome. Kasus terjadi pada wanita usia 25 tahun dengan keluhan gusi regio 23 mengalami kerusakan yang menyebabkan tulang penyangga gigi terekspose yang makin lama makin meluas disertai gigi goyah. Pasien dinyatakan terpapar COVID-19 pada 11 bulan sebelumnya. Kulit wajah serta seluruh tangan dan kaki tampak bercak merah. Keadaan umum pasien baik, namun terlihat kurus. Radiografi panoramik digunakan untuk memeriksa kondisi jaringan penyangga gigi. Gigi 23 direncanakan untuk diekstraksi sehingga pasien menjalani pemeriksaan darah lengkap dan tes autoimun. Pasien dicurigai mengalami gangguan sistemik, sehingga selanjutnya dilakukan tes human immunodeficiency virus (HIV), pemeriksaan CD4, serta screening hepatitis dan PCR, karena pasien diduga terpapar COVID-19 yang berulang. Tatalaksana selanjutnya pasien di-swab di sekitar regio 23 untuk memastikan peran mikroorganisme dengan dugaan acute necrotizing ulcerative periodontitis (ANUP). Seluruh hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi dalam batas normal, dengan hasil swab menunjukkan temuan Klebsiella oxytoca. Tindakan bedah pada kasus post-COVID syndrome memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang secara cermat dan perlu kolaborasi yang melibatkan berbagai multidisiplin ilmu. Diagnosis akhir pada kasus ini adalah necrotizing periodontal disease sebagai manifestasi post-COVID syndrome yang dipicu oleh badai sitokin dalam rongga mulut. Diagnosis iniditegakkan berdasarkan elaborasi penelusuran kemungkinan beberapa diagnosis. Pemeriksaan komprehensif yang teliti sangat diperlukan pada penanganan kasus yang langka dan sulit untuk mencegah terjadi komplikasi.