Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

AKULTURASI KOMUNIKASI MASYARAKAT SUKU BUGIS DAN SUKU BANJAR DI DESA HANDIL TERUSAN, KALIMANTAN TIMUR Muhammad Syaikhu Nuris; Rizky Amalia Syahrani
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 4, No 01 (2021): FEBRUARI 2021
Publisher : COMMUNICATION MAJOR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v4i01.4220

Abstract

AbstrakAkulturasi komunikasi merupakan proses percampuran budaya yang melahirkan budaya baru tanpa menghilangkan budaya aslinya. Melihat fenomena yang terjadi di Desa Handil Terusan, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan bermacam perbedaan yang dibawa dari daerah aslinya, bisa saja menimbulkan bermacam hambatan ketika melakukan komunikasi. Berdasarkan konteks di atas, maka penelitian ini akan menjawab pertanyaan bagaimana komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya bisa terjadi dan bentuk akulturasi dalam komunikasi seperti apa yang terjadi dalam lingkungan komunikasi (environmental) pada masyarakat suku bugis dan suku banjar di Desa Handil Terusan, Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan analisis kualitatif dengan delapan informan utama. Hasil penelitian dengan menggunakan teori komunikasi intrapersonal dengan tiga variabel akulturasi menunjukkan  bahwa kompleksitas struktur kognitif dari diri masyarakat bisa dengan cepat beradaptasi dan membuka diri, karena kabar baik yang diberikan oleh keluarga sebelumnya yang sudah pernah merantau. Berdasarkan variabel citra diri, ada beberapa kegiatan yang memiliki kesamaan dari kampung halaman masing-masing seperti tahlilan, membaca yasin bersama setiap hari kamis malam dan gotong royong untuk membersihkan tempat ibadah. Hasil penelitian berdasarkan variabel motivasi akulturasi, pendatang di Desa Handil Terusan bertemu dengan orang lain dengan latar belakang budaya yang berbeda merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Bentuk akulturasi yang terjadi adalah terjadinya komunikasi yang unik, dimana penggunaan bahasa banjar dengan logat bugis yang kuat dan sebaliknya, masyarakat banjar yg menggunakan bahasa bugis namun dengan dialek banjar. Kata Kunci: Akulturasi; Budaya; Suku Bugis; Suku Banjar
KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL MAHASISWA DALAM MENERIMA BERITA HOAX Rizky Amalia Syahrani; Kheyene Molekandella Boer
SOURCE : Jurnal Ilmu Komunikasi Source : Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 8 Nomor 2 Oktober 2022
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/source.v8i2.5569

Abstract

Informasi di era digital menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Ruang digital memberikan ruang bagi lalu lintas informasi yang tinggi, sehingga rentan dengan keberadaan informasi yang tak jelas sumbernya cenderung provokatif misalnya hoax. Kegiatan literasi diperlukan untuk berjalan seiring dengan perkembangan teknologi. Terutama di Kalimantan Timur kondisi kegiatan literasi masih minim dilakukan sehingga tidak diiringin dengan kemampuan literasi public.Metode penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pengambilan informan menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah enam informan mahasiswa dari tiga kampus berbeda.Hasil penelitian menggunakan dua konsep literasi yaitu critical understanding dan community abilities. Critical understanding yang ditemukan adalah mayoritas informan sudah memiliki kemampuan berfikir keritis saat menerima informasi yang mencurigai. Caranya adalah dengan melakukan pembanding dengan sumber berita lainya. Sedangkan communities abilities yang ditemukan adalah mayoritas informan aktif mendiskusikan, mengedukasi lingkungan terdekat mereka tentang cara mengidentifikasi hoax.
Negosiasi Identitas Praktik Filantropi Digital Rumah Garda Indonesia Rizky Amalia Syahrani; Ainal Fitri; Fathayatul Husna; Dony Arung Triantoro
Jurnal Komunika Islamika : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Kajian Islam Vol 10, No 1 (2023): Januari-Juni
Publisher : Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37064/jki.v10i1.16955

Abstract

Adaptation of Popular Culture in Digital Fatwa on Social Media Dony Arung Triantoro; Fathayatul Husna; Rizky Amalia Syahrani; Futri Syam; Ainal Fitri
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol. 9 No. 2 (2023): December 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v9i2.7607

Abstract

The development of modern information technology and mass education does not necessarily weaken traditional religious authorities such as Habib. One of Habib's efforts to survive amidst the development of contemporary information technology is to deliver fatwas with popular culture. Fatwa is the main channel for Habib to establish and strengthen his authority. This article examines the adaptation of popular culture in digital fatwas on social media. This study uses a qualitative method. The data collection technique was carried out through netnography. Then, the data was analyzed using thematic analysis. The results of this research show that there are several forms of adaptation of popular culture carried out by Habib Husein Ja'far in conveying his fatwa on social media. First, Habib Husein Ja'far adapted slang language in conveying his fatwa on social media. Second, Habib Husein Ja'far adopted Japanese culture. Third, Habib Husein Ja'far visualized his fatwa in modern comics. Based on these findings, this study concludes that the development of modern technology has provided opportunities for habib to deliver their fatwas digitally. The form of the fatwa delivered by Habib adopts the form of popular culture, thereby attracting the attention of modern young Muslims.Perkembangan teknologi informasi modern dan pendidikan massal tidak lantas melemahkan otoritas keagamaan tradisional seperti habib. Salah satu upaya yang dilakukan habib untuk bertahan di tengah perkembangan teknologi informasi modern adalah dengan mengemas fatwa melalui budaya populer. Fatwa menjadi saluran utama bagi seorang habib untuk membentuk dan menguatkan otoritasnya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi budaya populer dalam fatwa digital di media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui netnografi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk adaptasi budaya populer yang dilakukan Habib Husein Ja’far dalam menyampaikan fatwanya di media sosial yaitu: Pertama, Habib Husein Ja’far mengadaptasi bahasa slang dalam menyampaikan fatwanya di media sosial. Kedua, Habib Husein Ja’far mengadaptasi budaya Jepang. Ketiga, Habib Husein Ja’far memvisualisasikan fatwanya ke dalam komik modern. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi modern telah memberikan peluang kepada habib untuk menyampaikan fatwanya secara digital. Bentuk fatwa yang disampaikan oleh habib mengadopsi bentuk budaya populer, sehingga menarik perhatian anak muda Muslim modern.
Enhancing disaster communication literacy based on traditional games among West Aceh students Dony Arung Triantoro; Raudhatun Nafisah; Fathayatul Husna; Futri Syam; Rizky Amalia Syahrani; Ainal Fitri; Ashabul Yamin Asgha; Mirza Adia Nova; Ismu Ridha
Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 19 No. 2 (2023): Transformasi Desember
Publisher : LP2M Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/transformasi.v19i2.8642

Abstract

[Bahasa]: Aceh Barat sebagai salah satu daerah rawan bencana alam di Indonesia memerlukan langkah-langkah konkrit sebagai upaya mitigasi bencana. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan tentang literasi komunikasi bencana di kalangan siswa. Studi-studi sebelumnya telah  mengkaji tentang model komunikasi bencana berdasarkan beberapa pengalaman daerah-daerah yang mengalami bencana alam dan non-alam. Namun, belum banyak studi yang mengkaji literasi komunikasi bencana melalui permainan tradisional seperti teka-teki silang (TTS). Oleh karena itu, artikel ini berupaya mengisi kekosongan studi tersebut dengan mengambil studi kasus pada Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTsN) 3 Aceh Barat. Data-data artikel ini diperoleh melalui aktivitas penyuluhan dan pendampingan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bersifat insidentil. Hasil pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan bahwa literasi komunikasi bencana perlu didiseminasikan dalam bentuk permainan teka-teki silang. Para siswa yang mengikuti penyuluhan ini lebih aktif menggunakan kemampuan berpikir mereka untuk memahami istilah-istilah dalam kebencanaan. Di samping keaktifan mereka dalam mengisi permainan teka-teki silang tersebut, pada saat yang sama mereka berlatih untuk bekerjasama menyelesaikan permainan tersebut bersama teman-teman mereka. Hal ini merepresentasikan bahwa resiko bencana dapat diminimalisir melalui kerjasama aktif di kalangan masyarakat. Kata Kunci: literasi, komunikasi bencana, permainan tradisional [English]: West Aceh as one of the natural disaster-prone areas in Indonesia requires concrete steps for disaster mitigation. One important step that must be taken is to provide knowledge about disaster communication literacy among students. Previous studies have examined disaster communication models based on some experiences of areas that experienced natural and non-natural disasters. However, few studies have examined disaster communication literacy through traditional games such as crossword puzzles (TTS). Therefore, this article attempts to fill this gap by taking a case study of Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTsN) 3 Aceh Barat. The data for this article were obtained through counseling and mentoring activities in the form of incidental community service. The results of this community service show that disaster communication literacy needs to be disseminated in the form of a crossword puzzle game. The students who participated in this counseling were more active in using their thinking skills to understand the terms of disaster. In addition to their activeness in filling out the crossword puzzle game, they practiced working together with their friends to complete the game. This represents that disaster risk can be minimized through active cooperation among the community. Keywords: literacy, disaster communication, traditional games
Komunikasi Visual: Analisis Semiotika Terhadap Baliho Calon Anggota Legislatif di Aceh Barat Tahun 2024 Syahrani, Rizky Amalia; Dony Arung Triantoro; Raudhatun Nafisah; Ainal Fitri; Muhammad Haekal
Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan Vol 15 No 1 (2024): Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan
Publisher : DEPARTEMENT OF COMMUNICATION AND ISLAMIC BROADCASTING STUDIES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/hikmah.v15i1.9009

Abstract

The 2024 general election in West Aceh District has brought interesting phenomena, particularly regarding the use of speech billboards with certain identities inserted by legislative candidates. This paper aims to analyze the factors underlying the dysfunction of these billboards. This research employs a qualitative methodology in the form of a case study. The data was collected from the documentation of billboards that were installed prior to the commencement of the campaign period in October 2023. The data were subjected to analysis through several stages based on the social semiotic analysis method, which was developed by Theo Van Leeuwen and comprises four dimensions: discourse, genre, style, and modality. Based on the social semiotic analysis of the speech billboards of legislative candidates in West Aceh, it can be concluded that the choice of language and visualization on speech billboards is used to promote personal identity. The use of speech billboards at weddings, graduation ceremonies, and religious events can be seen as a manifestation of the tendency to use religious sentiment for one's own political gain, with the potential to disrupt the sanctity of the event and the space in which the event takes place. The visualization that the legislative candidates want to convey is visual, by displaying photos and identities that are significantly larger than the event organizer, showing that there is power for the billboard owner, in this case the legislative candidates, to present themselves.
Meningkatkan Literasi Digital Peserta didik: Strategi Edukasi Anti-Hoaks di Media Sosial Fitri, Ainal; Syam, Futri; Syahrani, Rizky Amalia; Asgha, Ashabul Yamin
Riau Journal of Empowerment Vol 6 No 3 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/raje.6.3.206-215

Abstract

The rapid development of communication technology goes hand in hand with the increase in hoax information that reaches the community, including in the environment of students. Therefore, critical thinking is needed to analyze information, namely by increasing digital literacy among students. In simple terms, digital literacy is the ability to understand and evaluate, so that the information accessed is correct and safe using digital technology. This community service aims to improve the digital literacy of students through anti-hoax strategies on social media. The community service was carried out at Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Al-Manar on December 5, 2022, by using lecture and open discussion methods involving 40 students who were given a pre-test before the activity was carried out and a post-test after the activity. The results showed that 90% of students had received hoax news whereas during the pre-test 77.5% of students involved in this socialization activity had not been able to distinguish between hoax news and real news. However, after the digital literacy socialization activities, the post-test results showed 97.5% of students were able to distinguish hoax news on social media and were familiar with the term digital literacy.