Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pemanfaatan Biogas sebagai Sumber Energi Penghasil Energi Pendinginan, Energi Listrik dan Energi Pemanasan - Studi Fisibilitas Luga Martin Simbolon; Muhammad Arman; Susilawati Susilawati
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 18, No 2 (2023): Volume 18, Nomor 2, Agustus 2023
Publisher : Mechanical Engineering Department - Semarang State Polytechnic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32497/jrm.v18i2.3884

Abstract

Walaupun menjadi salah satu sumber polusi yang cukup tinggi, penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi masih menjadi yang dominan jika dibandingkan dengan jenis sumber energi yang lain. Selain itu, permasalahan yang terjadi saat ini adalah produksi bahan bakar fosil tidak sebanding dengan permintaan yang terus meningkat. Guna menurunkan dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan energi yang ramah lingkungan terus dikembangkan, salah satunya adalah yang digunakan pada penelitian saat ini, yaitu pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pendinginan, energi listrik dan energi pemanasan atau yang dikenal dengan trigeneration energy. Metoda yang digunakan adalah dengan cara memanaskan fluida dengan bahan bakar biogas, lalu fluida panas dialirkan ke sistem  refrigerasi sistem absorpsi dan sistem pembangkit listrik TEG (thermoelectric generator). Berdasarkan hasil perhitungan, pemanasan fluida menggunakan biogas membutuhkan energi sebesar 615 watt. Kemudian besaran energi ini digunakan untuk sistem pendingin absorpsi dan TEG yaitu berturut-turut 70 dan 397 watt. Sisa energi sebesar 148 watt dapat digunakan untuk energi pemanasan. Ketika energi pemanasan tidak digunakan, maka energi dari fluida panas (615 watt) dapat seluruhnya digunakan atau di maksimalkan untuk pembangkitan energi pendinginan dan energi listrik. Keywords: 
KAJI EKSPERIMENTAL RETROFIT R404A DENGAN REFRIGERAN RAMAH LINGKUNGAN R290 PADA FREEZER Kasni Sumeru; Triaji Pangripto Pramudantoro; Apip Badarudin; Ridwan Nugraha; Luga Martin Simbolon; Mohamad Firdaus bin Sukri
Jurnal Teknologi Terapan Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Teknologi Terapan
Publisher : P3M Politeknik Negeri Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31884/jtt.v9i2.520

Abstract

R404A refrigerant is still widely used as the working fluid in freezers with temperatures below -30°C. However, because of R404A’s high global warming potential (GWP) value, its use as a working fluid should be stopped immediately. One alternative is an environmentally friendly refrigerant, that is R290. In this study, the R404A refrigerant was replaced by R290 in a freezer that can reach -40°C. In the case of replacing a refrigerant with a different type, the reference used is the same charging volume in the system. The filling mass of R290 is the ratio of the density of R404A to R290 at its evaporation temperature, which is -40°C. The amount of R404A’s mass filling is 170 g, while the amount of R290’s mass filling is 62.9 g. Based on a 120-minutes testing, replacing R404A with R290 has resulted in the reduction of power input by 6.0%, as well as in the slight increase of its cooling capacity, which is 2.42%. As a result of the input power decrease and the cooling capacity increase, the COP in the freezer also increased, namely by 8.05%. More importantly, if a leak occurs in the refrigerant, the replacement of R404A with R290 can help reduce gas emissions that contribute to global warming. It is because the GWP value of R404A refrigerant, which is 3922, is replaced by the GWP value of R290 refrigerant, which is only 3.
Memanfaatkan Simulasi CFD untuk Menganalisa Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kelas Kampus Teknik Refrigerasi dan Tata Udara Polban Muhammad Shiddiq Maulana; Bowo Yuli Prasetyo; Luga Martin Simbolon
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 15 No. 1 (2024): Prosiding 15th Industrial Research Workshop and National Seminar (IRWNS)
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v15i1.6220

Abstract

Penelitian berupa simulasi CFD yang dilakukan di “LG VRF System Training Center Classroom 2” pada jurusan teknik refrigerasi dan tata udara Politeknik Negeri Bandung. Simulasi CFD dilakukan dengan menggunakan software bernama Ansys Fluent. Proses simulasi CFD dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu pre-processing, solver, dan post processing. Proses validasi merupakan proses memastikan keakuratan hasil simulasi dengan cara membandingkan data pengukuran dengan hasil simulasi. Nilai error validasi temperatur memiliki nilai terkecil sebesar 1,128% dan error terbesar sebesar 2,710%. Hasil simulasi vector pada ruang kelas, nilai udara yang keluar dari diffuser menghasilkan udara berkecepatan 2 m/s lalu menurun hinga 0 m/s. pada supply dan return FCU dengan menggunakan menghasilkan udara berkecepatan 1,95 m/s. Hasil simulasi contour berupa visualisasi distribusi temperatur udara pada diffuser mengeluarkan udara bertemperatur 24,7 °C. FCU mengeluarkan udara bertemperatur sebesar 24,7°C yang ditahan oleh tembok bagian timur yang bersuhu sekitar 26,5°C.
Performa Mini Air Cooled Chiller Berdasarkan Variasi Campuran Air dan Ethylene Glycol Sebagai Refrigeran Sekunder Yuliantini; Apip Badarudin; Luga Martin Simbolon
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6648

Abstract

Mini Air Cooled Chiller merupakan hasil modifikasi outdoor unit AC Split yang dikombinasikan dengan evaporator berupa shell and helic coil yang digunakan untuk menurunkan refrigeran sekunder yang dapat diganti dengan campuran air dan ethylene glycol. Perbedaan karakteristik air dan ethylene glycol akan mempengaruhi performa dari sistem. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perfoma sistem berdasarkan variasi campuran air dan ethylene glycol dengan rasio 90%:10%, 80%:20%, dan 70%:30% pada sistem mini air cooled chiller dengan R22. Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit selama 180 menit dan ketika sistem mengalami cut in – cut off. Hasil pengujian diperoleh chilling time tercepat ketika menggunakan variasi campuran 70%:30% selama 43 menit dan terlama pada variasi 90%:10% selama 46 menit. Performa sistem yang dihasilkan berupa COPa, COPC, dan efisiensi sistem tertinggi pada varasi 80%:20% yaitu 3,88, 5,08, dan 76,26%. Selain itu, kapasitas pendinginan heat exchanger tertinggi pada variasi 80%:20% sebesar 1,1498 kW dengan konsumsi energi listrik terendah pada variasi 80%:20% sebesar 0,0898 kWh.
Pengaruh Aktivitas Memasak Terhadap Konsentrasi PM10 dan PM2.5 di Dapur dengan dan Tanpa Ventilasi Risma Hilda Febiana; Luga Martin Simbolon; Sugiyarto; Aindri Yuliane
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6652

Abstract

Kualitas udara dalam ruangan, khususnya dapur sangat penting karena berpengaurh terhadap kesehatan penghuni. Aktivitas memasak dapat menghasilkan partikel halus PM2,5 dan PM10 yang dapat berisiko bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi PM2,5 dan PM10 pada dapur dengan dan tanpa ventilasi dan membandingkan dengan standar baku mutu udara. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Particulate Counter HT-9600 dan Anemometer LM-8000A pada tiga kondisi waktu: sebelum, saat dan sesudah memasak. Hasil menunjukkan bahwa pada dapur tanpa ventilasi PM10 meningkat pada pagi hari dari 32 µg/m³ menjadi 222 µg/m³, dan PM2,5 meningkat hingga 210 µg/m³ saat memasak. Sebaliknya, pada dapur dengan ventilasi kenaikan konsentrasi tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi. Berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan PP No. 22 Tahun 2021, dapur tanpa ventilasi masuk kategori “Sangat Tidak Sehat”, sedangkan dapur berventilasi berada dalam kategori lebih aman. Ventilasi terbukti efektif dalam menurunkan konsentrasi partikel dan mengurangi risiko polusi udara di dapur.
Kaji Eksperimental Retrofitting R22 Menjadi R290 Berdasarkan Variasi Massa Pengisian R290 Terhadap Kinerja Mini Brine Chiller Dini Hayatun Nufus; Apip Badarudin; Luga Martin Simbolon
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6655

Abstract

Penggunaan refrigeran R22 telah digunakan sejak dahulu sebagai fluida kerja pada sistem refrigerasi kompresi uap. Refrigeran R22 merupakan refrigeran jenis HCFC yang dapat merusak lapisan ozon karena memiliki zat klorin yang berpotensi pemanasan global yang tinggi. Oleh karena itu, salah satu refrigeran alternatif untuk menggantikannya yaitu R290, karena memiliki tekanan kerja yang sebanding dengan R22. Refrigeran R290 merupakan jenis refrigeran HC murni/alami yang ramah lingkungan serta memiliki nilai ODP 0 (nol) dan GWP yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mini brine chiller setelah pergantian refrigeran R22 menjadi R290 berdasarkan variasi massa pengisian R290 sebesar 90%, 100%, dan 110% untuk mengetahui pengaruhnya terhadap COP, efisiensi, serta kapasitas pendinginan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, COPactual dengan nilai tertinggi yaitu pada saat menggunakan R290 variasi 90% sebesar 4,6 dengan efisiensi sistem 80,7%. Sedangkan untuk kapasitas pendinginan tertinggi yaitu pada saat menggunakan R22 yaitu sebesar 2,5 kW. Namun jika dibandingkan dengan R290, kapasitas pendinginan yang lebih mendekati dengan R22 yaitu pada saat menggunakan R290 variasi 90% sebesar 2,1 kW. Selain itu, konsumsi energi listrik yang dihasilkan saat menggunakan R290 variasi 90% memiliki nilai yang lebih rendah sebesar 0,827 kWh, sehingga R290 variasi 90% lebih efisien dan lebih menghemat energi listrik.
Analisis Kenyamanan Termal Pada Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan (Studi kasus Taman 2 Monumen Perjuangan Bandung) Sofia Meilynda; Luga Martin Simbolon; Sugiyarto; Neneng Nuryati
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6686

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan elemen penting dalam tata ruang perkotaan yang berfungsi sebagai paru-paru kota, tempat interaksi sosial, serta penyeimbang iklim mikro di lingkungan sekitar yang berperan penting dalam menciptakan kenyamanan lingkungan, termasuk kenyamanan termal bagi masyarakat yang memanfaatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kenyamanan termal di Taman 2 Monumen Perjuangan Bandung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif melalui pengukuran lapangan dengan parameter temperatur udara, kelembapan relatif (RH), dan kecepatan angin, serta kualitatif berupa penyebaran kuesioner kepada pengunjung taman. Hasil analisis THI (Temperature Humidity Index) menunjukkan seluruh zona taman berada dalam kategori “kurang nyaman” hingga “tidak nyaman”, dan hasil dari analisis PET (Physiological Equivalent Temperature) berada pada kategori “hangat” hingga “panas”. Hasil kuesioner menyatakan 53% responden tidak merasa panas terhadap temperatur udara di sekitar taman, 56% responden merasa kering terhadap kelembapan udara di sekitar taman, dan 45% responden merasa sejuk terhadap hembusan angin di taman. Sebanyak 73% responden sudah merasa nyaman dengan kondisi taman, namun 74% responden berpendapat bahwa taman masih membutuhkan penambahan vegetasi dan elemen air seperti air mancur ataupun kolam kecil. Penelitian ini menekankan pentingnya peran vegetasi dan elemen pendingin pasif dalam meningkatkan kenyamanan termal pada RTH di wilayah tropis perkotaan.