Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENYUSUNAN BUKU PERSYARATAN HAK INDIKASI GEOGRAFIS BAWANG MERAH LEMBAH PALU Maulana Amin Thahir
Tadayun: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1668.619 KB) | DOI: 10.24239/tadayun.v2i1.19

Abstract

The potential of diverse horticultural resources owned by Indonesia needs to be sought for legal protection of adequate geographical indications for these products, one of the horticultural products that has the potential to be registered as a product of geographical indications is the Palu Valley Onion. To be able to register the Palu valley onion as a geographical indication product, Book Requirements are needed. This study aims to identify, understand and analyze the urgency of the preparation of the requirements book as a prerequisite for registering Palu Valley Onion as a product of geographical indications. This study is an empirical legal research that is research conducted by researching and examining the facts in line with observations in the field. The collection of data is carried out through interviews method and collection of documents relating to the material discussed. The results of the study indicate that no one has made the book the intended requirements. Therefore, the preparation of the requirements book as a prerequisite for registration of geographical indications is considered very important to be compiled immediately. Abstrak Potensi sumber daya hortikultura yang beraneka ragam yang dimiliki Indonesia perlu diupayakan perlindungan hukum indikasi geografis yang memadai bagi produk-produk tersebut, salah satu produk hortikultura yang berpotensi didaftarkan sebagai produk indikasi geografis adalah bawang merah lembah Palu. Untuk dapat mendaftarkan bawang merah lembah Palu sebagai produk indikasi geografis dibutuhkan Buku Persyaratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami dan menganalisis urgensi penyusunan buku persyaratan sebagai prasyarat pendaftaran bawang merah Lembah Palu sebagai produk indikasi geografis. Penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti dan menelaah fakta yang ada sejalan dengan pengamatan di lapangan. Penghimpunan data dilaksanakan menggunakan metode wawancara serta pengumpulan dokumen yang memiliki kaitan dengan pembahasan penelitian. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa belum ada satu pun pihak yang membuat buku persyaratan yang dimaksud. Oleh karena itu, penyusunan buku persyaratan sebagai prasyarat pendaftaran indikasi geografis dianggap sangat penting untuk segera disusun.
Sosialisasi Hukum Terhadap Pemahaman Pengguna Media Sosial Bagi Siswa di Madrasah Aliyah DDI Lonja Rahmia Rachman; Maulana Amin Tahir; Irzha Friskanov. S
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 4 (2023)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jb.v4i4.6499

Abstract

Media sosial merupakan media teknologi yang dibantu lewat jaringan sebagai wadah interaksi dalam dunia maya dan dapat menghubungkan seseorang untuk mendapatkan informasi atau mencari informasi. Media sosial juga sering digunakan untuk membangun citra diri. Kegiatan penyuluhan hukum ini diperuntukan siswa-siswi Madrasah Aliyah DDI Lonja Kabupaten Sigi untuk dapat lebih bijak dalam penggunaan media sosial. Juga memberikan pemahaman hukum berkaitan dengan peraturan perundang-undangan informasi dan transaksi elektronik. Kegiatan sosialisasi ini menggunakan metode ceramah dan diskusi yang dilakukan yakni tanya jawab. Kesimpulannya adalah perlunya pelajar memahami penggunaan media sosial dan pemahaman hukum yang cukup agar pengguna lebih bijak dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Maka akan mewujudkan nilai kesadaran hukum bagi pelajar dan dapat mencegah tindak pidana di masa yang akan datang
Sosialisasi Hukum Terhadap Pemahaman Pengguna Media Sosial Bagi Siswa di Madrasah Aliyah DDI Lonja Rahmia Rachman; Maulana Amin Tahir; Irzha Friskanov. S
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 4 (2023)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jb.v4i4.6499

Abstract

Media sosial merupakan media teknologi yang dibantu lewat jaringan sebagai wadah interaksi dalam dunia maya dan dapat menghubungkan seseorang untuk mendapatkan informasi atau mencari informasi. Media sosial juga sering digunakan untuk membangun citra diri. Kegiatan penyuluhan hukum ini diperuntukan siswa-siswi Madrasah Aliyah DDI Lonja Kabupaten Sigi untuk dapat lebih bijak dalam penggunaan media sosial. Juga memberikan pemahaman hukum berkaitan dengan peraturan perundang-undangan informasi dan transaksi elektronik. Kegiatan sosialisasi ini menggunakan metode ceramah dan diskusi yang dilakukan yakni tanya jawab. Kesimpulannya adalah perlunya pelajar memahami penggunaan media sosial dan pemahaman hukum yang cukup agar pengguna lebih bijak dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Maka akan mewujudkan nilai kesadaran hukum bagi pelajar dan dapat mencegah tindak pidana di masa yang akan datang
The Distribution of Inheritance to Extramarital Children on Islamic Legal Perspective : Comparative Study of Islamic Inheritance Law and Constitutional Court Decisions Maulana Amin Tahir
Bilancia: Jurnal Studi Ilmu Syariah dan Hukum Vol. 18 No. 1 (2024): BILANCIA
Publisher : Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/blc.v18i1.2993

Abstract

Children are considered a precious blessing from a higher power and are entrusted to our care to be nurtured and guided towards a bright future. As parents, it is our duty to provide the best possible attention to our children, as protecting their rights is an important obligation outlined in the Islamic religion. Illegitimate children, born to unmarried women, are not exempt from these responsibilities. This study focuses on the distribution of inheritance to illegitimate children in accordance with Islamic law, using a descriptive normative juridical method. The findings reveal that under KHI provisions, an illegitimate child is entitled to a share of their mother's inheritance, with a single woman's child receiving half and a child from multiple women receiving two-thirds.
RESPONSIBILITY AND LEGAL PROTECTION OF NOTARY AGAINST PARTIJ ACTE Rachman, Rahmia; Yustisia Lestari, Titie; Amin Tahir, Maulana
Jurnal Meta-Yuridis Vol 8, No 1 (2025)
Publisher : fakultas hukum universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/m-y.v8i1.20311

Abstract

Notaries are responsible for complying with laws and regulations in terms of carrying out their official duties, therefore based on the great responsibility of notaries, especially in making partij acte which is directly related to the interests of the faces, notaries need to get legal protection. The purpose of this research is to find out the legal responsibility for notaries in making partij acte and to find out the legal protection for notaries in making partij acte. This research uses normative legal research methods. The results show that there are 3 (three) forms of legal responsibility for notaries in making partij acte, namely administrative responsibility, civil responsibility and criminal responsibility. Legal protection for Notaries is institutionally provided by the Notary Honor Council and by law Notaries receive legal protection through the obligations / rights of Notaries.
ULTRA PETITA CONSTITUTIONALITY IN THE CONSTITUTIONAL COURT Mohamad Safrin; Maulana Amin Tahir
Qaumiyyah: Jurnal Hukum Tata Negara Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Program Studi Hukum Tata Negara Islam, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24239/qaumiyyah.v6i1.204

Abstract

In making a decision on a judicial review case, ideally the Constitutional Court decides according to what the applicant requested in his/her application, but in practice the Constitutional Court often decides a case beyond what the applicant requested, or in other words, is ultra petita. This is actually contrary to the provisions in Article 45A of Law Number 8 of 2011 concerning Amendments to Law Number 24 of 2003 concerning the Constitutional Court, which prohibits the Constitutional Court from deciding ultra petita. The study used a normative legal method that focused on the legal aspect with a literature study approach. The results of the study show that the legislators wanted the Constitutional Court not to decide more than what the applicant requested because of the nature of the Constitutional Court's decision, which is final and binding. However, in subsequent cases, the provisions regarding the prohibition of ultra petita were also found to be contradictory by the Constitutional Court itself, namely through the Constitutional Court's decision Number 48/PUU-IX/2011 concerning the judicial review of Law Number 35 of 2009 concerning Narcotics and Law Number 8 of 2011 concerning Amendments to Law Number 24 of 2003 concerning the Constitutional Court, shortly after the enactment of Law Number 8 of 2011. The Constitutional Court, in deciding constitutional cases, must avoid actions that exceed its authority while still prioritizing the values ​​of truth and justice that apply in society. However, the application of ultra petita is not without limitations, because it raises challenges that can weaken the effectiveness of the judiciary and has the potential to invite arbitrariness in judicial decision-making. Abstrak Dalam memberikan putusan terhadap suatu perkara pengujian undang-undang, idealnya Mahkamah Konstitusi memutus sesuai dengan apa yang dimohonkan pemohon dalam permohonannya, namun dalam praktiknya Mahkamah Konstitusi sering kali memutus suatu perkara melebihi apa yang dimohonkan pemohon atau dengan kata lain bersifat ultra petita. Hal tersebut justru bertentangan dengan ketentuan dalam pasal 45A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang melarang Mahkamah Konstitusi untuk memutus secara ultra petita. Penelitian menggunakan metode yuridis normatif yang difokuskan pada aspek yuridis dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentuk undang-undang menghendaki agar Mahkamah Konstitusi tidak memutus lebih dari apa yang dimohonkan pemohon dikarenakan sifat putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan mengikat. Akan tetapi, pada perkara-perkara selanjutnya, ketentuan mengenai larangan ultra petita tersebut juga ditemukan kontradiksi oleh Mahkamah Konstitusi sendiri, yaitu melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-IX/2011 tentang pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sesaat setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011. Mahkamah Konstitusi dalam memutus perkara konstitusi harus menjauhi tindakan yang melampaui kewenangannya dengan tetap mengutamakan nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun demikian, penerapan ultra petita bukannya tanpa keterbatasan, karena menimbulkan tantangan yang dapat melemahkan efektivitas peradilan dan berpotensi mengundang kesewenang-wenangan dalam pengambilan keputusan peradilan.
EDUKASI HUKUM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM SISTEM PEMBELAJARAN DI MTS ALKHAIRAAT PARIGI Rahmia Rachman; Maulana Amin Tahir; Irzha Friskanov. S
Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024): Jurnal Abdi Masyarakat November 2024
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jaim.v8i1.6203

Abstract

Hadirnya media sosial sebagai media komunikasi dan informasi memberikan segala kemudahan. Media sosial kini bukan hanya media hiburan semata melainkan digunakan sebagai media pembelajaran bagi pelajar guna memperluas informasi dengan konten menarik. Maka guru sebagai pendidik pula tidak kalah mencari cara sistem pembelajaran menyenangkan agar murid dapat menerima model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Permasalahannya adalah sejauhmana pemahaman siswa-siswi menggunakan media sosial dalam sistem pembelajaran. Dengan adanya media sosial sebagai media pembelajaran, apakah telah menjadi model yang tepat atau bahkan menambah permasalahan dalam dunia pendidikan. Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan di salah satu sekolah di Kabupaten Parigi Moutong dengan metode pelaksanaan ceramah dan diskusi. Penggunaan media sosial dalam sistem pembelajaran telah menjadi fenomena yang tidak terhindarkan di era digitalisasi. Kegiatan pengabdian ini membahas dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial dalam konteks pendidikan. Di satu sisi, media sosial memudahkan akses informasi, meningkatkan interaktivitas, dan memungkinkan kolaborasi tanpa batas antara siswa dan guru. Namun, di sisi lain, media sosial juga membawa tantangan seperti distraksi, penyebaran informasi yang tidak valid, risiko cyberbullying, dan ketergantungan pada teknologi. Artikel ini juga menguraikan beberapa solusi untuk mengatasi tantangan tersebut, seperti edukasi literasi digital, pengawasan yang tepat, serta penerapan kebijakan keamanan data yang lebih baik. Dengan mengelola penggunaan media sosial secara bijak, manfaatnya bagi sistem pembelajaran modern dapat dioptimalkan, memberikan nilai tambah yang besar dalam proses pendidikan.