Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENGARUH KENYAMANAN PSIKO-VISUAL DARI PENCAHAYAAN BUATAN PADA ERHACLINIC MEDICAL CENTER FOR DERMATOLOGY DI JAKARTA Pangestu, Mira Dewi; Puspita Santi, Intan Irani
TATANAN Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Basically, artificial lighting only has lighting function, i.e. fulfilling quantitative visual requirement according to task being carried. In design of artificial lighting, though, qualitative aspects also need to be considered especially in commercial building in order to accentuate, to express its character, to define form, to provide certain effects, to build the buildings image, to provide visual comfort for its users, etc. These all can affect its occupants deeper feeling: emotion, psychology, and intellect so that architectural creation can speak louder through its artificial lighting design. This research is carried out in response to the vast spread of dermatology clinic in Indonesias large cities. Another aim is to learn how artificial lighting design can contribute to add value to creating environment that promote its users emotional and psychological condition. erhaclinic as one of frontline dermatology clinics in Indonesia is chosen due to its large network of branches in Indonesia. One of erhaclinics Jakarta-branch buildings is studied of its use of exterior and interior artificial lighting. This qualitative research departs from theory-based observation, especially visual and psycho-visual comfort. Then questionnaire method is employed to support above observation, and its conclusion is the final analysis of the observation. From several findings it is concluded that artificial lighting design of this particular erhaclinic building is a fundamental factor of visual perception of its users, successfully creating warm, comfortable, and calm mood, and giving luxurious impression that they feel they are not in a medical center. The creation of this perception is deemed important in attracting more visitors who have dermatological needs.  Key Words: artificial lighting, psycho-visual comfort, medical center for dermatology, Jakarta  Abstrak Mulanya pencahayaan buatan hanya berperan sebagai lighting function, yaitu untuk memenuhi kebutuhan visual akan kuantitas yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan jenis aktivitas yang dilakukan. Namun dalam perencanaan pencahayaan buatan, terutama pada bangunan komersial juga mempertimbangkan masalah kualitas untuk dapat menimbulkan aksentuasi, mengekspresikan karakter, mendefinisikan bentuk, memberikan efek tertentu, membangun eksistensi, memberikan pengalaman estetis, membangun image/kesan, memberi kenyamanan visual bagi pengamatnya, membangun harmoni serta membangun suasana, yang dapat mempengaruhi ‘deeper feeling’ yaitu emosi, psikologis, dan intelektual dari penggunanya sehingga karya arsitektur dapat lebih berbicara melalui desain pencahayaan buatannya. Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap pesatnya perkembangan keberadaan clinic for dermatology di kota-kota besar di Indonesia. Pertimbangan selanjutnya adalah keinginan untuk lebih mendalami tentang bagaimana melalui perancangan yang optimal dari pencahayaan buatan, khususnya pada bangunan medical center dapat memberikan nilai tambah dalam menciptakan suasana yang membentuk emosi dan psikologis bagi penggunanya. erhaclinic sebagai klinik spesialis kulit yang terdepan di Indonesia dipilih sebagai obyek studi, karena klinik ini akan terus dikembangkan dengan menambah lagi jaringannya di kota-kota besar di Indonesia. Dari bangunan erhaclinic ini akan ditinjau mengenai pemanfaatan pencahayaan buatan dalam membentuk atmosfir yang dapat memberikan efek positif dalam desain baik pada interior maupun eksterior bangunannya. Penelitian kualitatif ini berangkat dari pengamatan yang didasarkan pada teori, khususnya mengenai kenyamanan visual dan psiko-visual. Kemudian dibuat kuesioner untuk memperkuat hasil pengamatan dan kesimpulan merupakan analisa akhir dari hasil pengamatan. Dari beberapa temuan sebagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa desain pencahayaan buatan pada bangunan erhaclinic merupakan faktor fundamental dalam pembentukan persepsi visual yang telah berhasil menciptakan suasana hangat, nyaman, dan tenang, serta menciptakan kesan mewah dan merasa seperti tidak berada di sebuah medical center. Namun demikian, pencahayaan buatan bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan suasana ruangan. Pencahayaan tidak dapat terlepas dari desain interiornya. Pembentukan suasana tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung dalam memilih klinik untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal dermatology.  Kata Kunci: pencahayaan buatan, kenyamanan psiko-visual, medical center for dermatology, Jakarta 
PENGARUH KENYAMANAN PSIKO-VISUAL DARI PENCAHAYAAN BUATAN PADA ERHACLINIC MEDICAL CENTER FOR DERMATOLOGY DI JAKARTA Mira Dewi Pangestu; Intan Irani Puspita Santi
TATANAN Vol. 3 No. 1 (2009)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Basically, artificial lighting only has lighting function, i.e. fulfilling quantitative visual requirement according to task being carried. In design of artificial lighting, though, qualitative aspects also need to be considered especially in commercial building in order to accentuate, to express its character, to define form, to provide certain effects, to build the building's image, to provide visual comfort for its users, etc. These all can affect its occupants' 'deeper feeling': emotion, psychology, and intellect so that architectural creation can 'speak' louder through its artificial lighting design. This research is carried out in response to the vast spread of dermatology clinic in Indonesia's large cities. Another aim is to learn how artificial lighting design can contribute to add value to creating environment that promote its users' emotional and psychological condition. erhaclinic as one of frontline dermatology clinics in Indonesia is chosen due to its large network of branches in Indonesia. One of erhaclinic's Jakarta-branch buildings is studied of its use of exterior and interior artificial lighting. This qualitative research departs from theory-based observation, especially visual and psycho-visual comfort. Then questionnaire method is employed to support above observation, and its conclusion is the final analysis of the observation. From several findings it is concluded that artificial lighting design of this particular erhaclinic building is a fundamental factor of visual perception of its users, successfully creating warm, comfortable, and calm mood, and giving luxurious impression that they feel they are not in a medical center. The creation of this perception is deemed important in attracting more visitors who have dermatological needs.  Key Words: artificial lighting, psycho-visual comfort, medical center for dermatology, Jakarta  Abstrak Mulanya pencahayaan buatan hanya berperan sebagai lighting function, yaitu untuk memenuhi kebutuhan visual akan kuantitas yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan jenis aktivitas yang dilakukan. Namun dalam perencanaan pencahayaan buatan, terutama pada bangunan komersial juga mempertimbangkan masalah kualitas untuk dapat menimbulkan aksentuasi, mengekspresikan karakter, mendefinisikan bentuk, memberikan efek tertentu, membangun eksistensi, memberikan pengalaman estetis, membangun image/kesan, memberi kenyamanan visual bagi pengamatnya, membangun harmoni serta membangun suasana, yang dapat mempengaruhi ‘deeper feeling’ yaitu emosi, psikologis, dan intelektual dari penggunanya sehingga karya arsitektur dapat lebih 'berbicara' melalui desain pencahayaan buatannya. Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap pesatnya perkembangan keberadaan clinic for dermatology di kota-kota besar di Indonesia. Pertimbangan selanjutnya adalah keinginan untuk lebih mendalami tentang bagaimana melalui perancangan yang optimal dari pencahayaan buatan, khususnya pada bangunan medical center dapat memberikan nilai tambah dalam menciptakan suasana yang membentuk emosi dan psikologis bagi penggunanya. erhaclinic sebagai klinik spesialis kulit yang terdepan di Indonesia dipilih sebagai obyek studi, karena klinik ini akan terus dikembangkan dengan menambah lagi jaringannya di kota-kota besar di Indonesia. Dari bangunan erhaclinic ini akan ditinjau mengenai pemanfaatan pencahayaan buatan dalam membentuk atmosfir yang dapat memberikan efek positif dalam desain baik pada interior maupun eksterior bangunannya. Penelitian kualitatif ini berangkat dari pengamatan yang didasarkan pada teori, khususnya mengenai kenyamanan visual dan psiko-visual. Kemudian dibuat kuesioner untuk memperkuat hasil pengamatan dan kesimpulan merupakan analisa akhir dari hasil pengamatan. Dari beberapa temuan sebagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa desain pencahayaan buatan pada bangunan erhaclinic merupakan faktor fundamental dalam pembentukan persepsi visual yang telah berhasil menciptakan suasana hangat, nyaman, dan tenang, serta menciptakan kesan mewah dan merasa seperti tidak berada di sebuah medical center. Namun demikian, pencahayaan buatan bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan suasana ruangan. Pencahayaan tidak dapat terlepas dari desain interiornya. Pembentukan suasana tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung dalam memilih klinik untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal dermatology.  Kata Kunci: pencahayaan buatan, kenyamanan psiko-visual, medical center for dermatology, Jakarta 
Efektivitas Daylight Mirror Shaft sebagai Sistem Pencahayaan Alami Ruang Bawah Tanah pada Langit Tropis Seline Adella Margono; Mira Dewi Pangestu
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 7 No. 2 (2021): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v7i2.152

Abstract

Title: Effectiveness of Daylight Mirror Shafts as Natural Daylighting System for Basements under Tropic Sky Conditions   Basements have lots of potential as functional spaces, but have mostly been neglected due to lighting issues. Therefore, this study will explore the daylight mirror shaft system as a daylight strategy for basements, which features the placement of a reflecting surface on a light shaft to redirect daylight. The system was introduced by Heliobus®, a daylighting company from Switzerland. To see the effectiveness of implementing the system in Indonesia, a study was made on its performance on the climate sky condition. Furthermore, a study was made on the effect of different opening orientations and light shaft placements toward the illuminance level achieved. The lighting data was obtained using the simulation softwares Lightstanza. Results show that the performance of the system on climate sky condition can provide sufficient light for 41% of a basement. The use of mirrors on the light shaft could also increase the lighting levels by 2.1 times compared to a shaft without a mirror. Moreover, it was found that different opening orientations and light shaft placements didn’t give a significant effect on the lighting quantity. Overall, the study shows that the system’s implementation on climate skies still require adjustments through further studies to be effective.
UPAYA PENINGKATAN PERFORMA PENCAHAYAAN DAN IMPLEMENTASI PRINSIP HEMAT ENERGI PADA AREA DUDUK PUJASERA FOODSTEP DI APARTEMEN PARAHYANGAN RESIDENCE BANDUNG Marion Halim; Mira Dewi Pangestu
Riset Arsitektur (RISA) Vol 7 No 02 (2023): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v7i02.6606.196-211

Abstract

Abstract - Lighting among various aspects, is crucial in facilitating users to carry out activities. Lighting can be categorized as decent, if it can meet the visual comfort standards in accordance to the demands of existing activities. One of the differentiating aspects in the lighting procurement strategy is the buildings’ typology. Each typology has different lighting characteristics, where a typically large room typology has a central area that is more difficult achieve natural lighting (Anasiru, 2016) and so it relies more on artificial lighting. However, there have been numerous findings and innovations in the use of natural lighting in buildings with similar typologies. This arises in response to concerns about the high level usage of energy in buildings, proving the need for an energy-efficient lighting system. The object reviewed in this study is Pujasera FoodStep, a commercial area on the semi-basement floor of the Parahyangan Residence Apartment. The object of this research is filled with various food outlets and sitting areas, with an area of about 1250 m2. In addition to being used for eating activities, it is also often used for studying, doing college assignments, and holding discussions. This room with a rather large typology utilizes artificial lighting as the main light source, aside from several natural lighting strategies implemented in this area, namely side openings and light wells. Fulfilling the quantity and quality standards of lighting become especially important at the Foodstep Pujasera, promoted by the management as a learning and working area in addition to dining area. This is made to be even more concerning with the existing state deemed uncomfortable visually based on initial observations. Because of the high usage od artificial lighting in pujasera foodstep as a result of the large semi-basement space, a strategy is needed that can take advantage of existing natural lighting from side openings and lightwells so that it can lighten the burden of artificial lighting, especially considering existing conditions that do not seem to include the potentials of natural lighting in its system, where all the lights can be seen turned on throughout the day, even in areas near the openings. The purpose of this research is to assess the level of visual comfort in the existing conditions, to seek proposed strategies related to artificial lighting to be able to fulfill visual comfort, and also to seek proposed strategies for collaborating artificial lighting and natural lighting in order to save energy.The method used is descriptive experimental, with a quantitative approach through simulation assisted by DIALUX Light Wizard, Curic Sun, and DIALUX Evo software. Through this research, several conclusions were obtained. First, the lighting in existing conditions that rely on artificial light as the main lighting does not meet the standard of visual comfort. Second, is the creation of artificial lighting design that can achieve visual comfort. Third, is to propose a strategy that can collaborate artificial lighting with natural lighting in the Foodstep food court seating area. Suggestions that can be given through this research is to consider the role of other elements aside from artificial lighting as aspects that also affect lighting in the room. The elements mentioned are the design of the side openings and lightwells, as well as the use of wall, floor, and ceiling materials. Key Words: Lighting, visual comfort, energy saving, Foodstep foodcourt
PENGARUH DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KENYAMANAN VISUAL DAN PSIKO-VISUAL PADA TANATAP RING GARDEN COFFEE SHOP AMPERA JAKARTA Ghea Helena Firmansyah Putri; Mira Dewi Pangestu
Riset Arsitektur (RISA) Vol 7 No 04 (2023): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v7i04.7233.351-370

Abstract

Abstract - At the moment, daylight is a significant element in designing a building. Daylight design needs toconsider visual comfort and psycho-visual comfort in a building. Visual comfort calculate the quality andquantity of daylight in an area. Meanwhile, psycho-visual comfort relates to the experience or atmosphere ofdaylight in a room that af ects the visual perception, emotion, and behaviour of space users.Tanatap Ring Garden Cof ee Shop Ampera Jakarta is a cafe designed by RAD+ar, which have functions fordining, hanging out, and meeting. Public Park is the main concept of the Tanatap Ring Garden with sustainablearchitecture and a tropical building approach that responds to the climate on site. The application of thisconcept uses daylight as the main lighting from morning to evening. In addition to saving energy, the use ofdaylight is also designed to create an intimate atmosphere at the entrance and bar area, then an openatmosphere whose intimacy is reduced by the presence of an outdoor as a focal point of this building. Withvarious activities and designs of daylight openings, this aspect af ects the visual and psycho-visual comfort ofvisitors at Tanatap. Therefore, the purpose of this study was to determine the ef ect of light opening design onthe quantity and quality of daylight. This study is also to determine the extent to which the design of daylightopenings af ects the visual comfort and psycho-visual comfort of visitors at the Tanatap Ring Garden AmperaCafe Jakarta.This research uses descriptive - evaluative methods with quantitative approaches. A quantitative approach isused to obtain data on the quantity and quality of daylight to determine visual comfort at Tanatap with digitalsimulation techniques using LightStanza. A quantitative approach was used to obtain data on theperception-emotion-behaviour of respondents with a questionnaire regarding the psycho-visual comfort ofvisitors to Tanatap Ampera. Then, data on the existing condition of visual and psycho-visual comfort werecompared to confirm the achievement of the concept of daylight designed by Tanatap architects.This study resulted in several conclusions. First, the visual comfort in the existing condition in terms of thequantity and quality of daylight at the Tanatap cafe already meets existing standards and is in accordance withthe concept of the Tanatap architect. Second, psycho-visual comfort has an important role in realizing the visualperception of visitors so as to create a comfortable, open, and intimate atmosphere, as well as an impression ofbeing in a garden in accordance with the concept of daylight from the architect Tanatap. Third, the design ofdaylight openings has provided visual and psycho-visual comfort with categories appropriate to be very suitablefor visitors in the research area.Keywords: café, daylighting, natural lighting, visual comfort, psycho-visual comfort, Tanatap Cof ee Shop
POTENSI KONSERVASI ARSITEKTUR UNTUK KAWASAN WISATA KAMPUNG ARAB DI CIREBON Prayuko, Bregas Vikri; Arif, Kamal Abdullah; Herwindo, Rahadhian Prajudi; Purnama, Mimie; Pangestu, Mira Dewi; Purnama, Iwan; Nurhidayah, Nurhidayah; Grasella, Patricia; Lisa, Teresa; Ramadhan, Gibran
Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka Vol 2 No 05 (2023): Jurnal Pengabdian Masyarakat Sabangka
Publisher : Pusat Studi Ekonomi, Publikasi Ilmiah dan Pengembangan SDM Azramedia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62668/sabangka.v2i05.781

Abstract

Kawasan Panjunan Cirebon merupakan salah satu kawasan yang memiliki nilai sejarah yang penting dalam perkembangan kota Cirebon. Panjunan memiliki bangunan cagar budaya Masjid Merah Panjunan, yang dibangun sejak 1480 dan merupakan salah satu masjid tertua di Cirebon. Kawasan ini juga hidup dan memiliki peran penting pada zaman kolonialisme Indonesia. Tidak heran bahwa bangunan-bangunan yang ada di kawasan ini sangat beragam. Hal tersebut nampak dalam studi langgam yang disandingkan dengan keadaan visual (tampak) bangunan pada kawasan Panjunan. Dengan demikian beberapa bangunan yang ada di kawasan ini memiliki potensi konservasi arsitektur. Upaya konservasi arsitektur dapat dilakukan dengan menentukan bangunan-bangunan yang berpotensi untuk dikonservasi berdasarkan tampaknya, dilanjutkan dengan usulan penerapan adaptive reuse untuk bangunan terpilih, serta mendeskripsikan potensi revitalisasi cagar budaya yang ada di sana. Beberapa bangunan terpilih memiliki potensi konservasi dapat dipugar difungsikan secara optimal. Upaya yang dilakukan tidak hanya mendukung konservasi arsitektur melainkan juga dapat mendukung keadaan ekonomi, sosial budaya, bahkan pariwisata kawasan Panjunan, Cirebon. Potensi konservasi akan terjadi secara maksimal jika diupayakan juga revitalisasi pada cagar budaya yang ada pada kawasan Panjunan yang kini kurang mendapatkan perhatian. Dengan dilakukannya revitalisasi, value atau nilai dari cagar budaya tersebut dapat meningkat. Kawasan Panjunan dengan langgam bangunan yang beragam menjadi semakin menarik dengan potensi konservasi arsitekturnya. Dengan demikian perkembangan kawasan selanjutnya juga diharapkan dapat berdampingan dengan upaya konservasinya sehingga tetap dapat melestarikan peninggalan sejarah yang membentuk identitas kawasan dari dulu hingga kini.
MENGOPTIMALKAN RUANG PLAFON DALAM PENGGUNAAN TUBULAR DAYLIGHTING DEVICE UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN PENCAHAYAAN DI KORIDOR Gumulia, Kresentia Vanessa; Pangestu, Mira Dewi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.002

Abstract

Pencahayaan merupakan salah satu elemen penting dalam perancangan bangunan. Tidak hanya pencahayaan pada ruang berkegiatan saja yang membutuhkan perhatian, namun juga pada ruang sirkulasi atau koridor. Konfigurasi double loaded dalam sebuah bangunan umumnya merupakan upaya desain untuk mencapai efisiensi. Salah satu teknologi yang berkembang adalah penggunaan tubular daylighting device untuk memasukkan cahaya alami ke bagian dalam bangunan. Namun, penggunaan tubular daylighting device tipe duct berpotensi menyita ruang plafon yang cukup signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan mensimulasikan peletakan light duct di sisi bangunan yang menghadap Timur-Barat untuk memasukkan cahaya ke dalam koridor. Model bangunan yang digunakan adalah bangunan dengan dimensi 33.6 x 16.8 m dengan ketinggian plafon 3 m dan ketinggian floor to floor 4 m. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan ruang plafon yang diperlukan oleh tubular daylighting device dalam memenuhi kebutuhan pencahayaan di koridor. Dilakukan simulasi dengan software Sketchup dan Velux Daylight Visualizer 3 dengan pendekatan kuantitatif dan pengaturan kondisi langit overcast. Terdapat tiga variabel bebas yang diuji, dimana ketiganya membuahkan hasil yang cukup berbeda. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa light duct dengan material reflektansi 94% dengan dimensi 0.75 x 0.5625 x 8.5 m mampu mencapai standar pencahayaan koridor dengan pencahayaan alami tanpa menyita ruang plafon terlalu banyak, sehingga ruang plafon masih bisa digunakan untuk keperluan mekanikal, elektrikal, plumbing (MEP) dan struktur. Penggunaan light duct ini juga tetap disesuaikan oleh kebutuhan pencahayaan serta ruang yang tersedia pada plafon.
PENGARUH BENTUK LIGHT SHELF TERHADAP PENETRASI CAHAYA PADA GEDUNG PERKANTORAN DI KAWASAN TROPIS Ali, Margareta Evangeina; Pangestu, Mira Dewi
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 5 No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/alur.v5i1.1942

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bentuk light shelf terhadap penetrasi cahaya pada gedung perkantoran di kawasan tropis. Menggunakan metode deskriptif eksperimental dengan pendekatan komparatif - kuantitatif. Dalam simulasi digunakan program Velux daylight visualizer 3 untuk mengetahui nilai dari tingkat penetrasi pencahayaan dalam ruangan, dengan kondisi langit overcast. Eksperimen dilakukan dengan membuat delapan bentuk light shelf yang berbeda.Target dari penelitian ini adalah untuk menemukan bentuk light shelf yang efisien untuk memaksimalkan penetrasi cahaya yang masuk pada ruang dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan kemiringan light shelf berpengaruh besar dalam penetrasi cahaya alami. Penggunaan light shelf berbentuk gelombang dapat meningkatkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam ruangan, hal tersebut dikarenakan terdapat lebih banyak bidang pantul pada permukaan light shelf. Light shelf dengan bentuk lengkung cekung dapat meningkatkan penetrasi cahaya. Kemiringan bidang pantul berpengaruh terhadap penetrasi cahaya, semakin besar sudut datang cahaya, semakin lemah cahaya yang dipantulkan.
PENGARUH BENTUK LIGHT SHELF TERHADAP PENETRASI CAHAYA PADA GEDUNG PERKANTORAN DI KAWASAN TROPIS Ali, Margareta Evangeina; Pangestu, Mira Dewi
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 5 No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2268.215 KB) | DOI: 10.54367/alur.v5i1.1942

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bentuk light shelf terhadap penetrasi cahaya pada gedung perkantoran di kawasan tropis. Menggunakan metode deskriptif eksperimental dengan pendekatan komparatif - kuantitatif. Dalam simulasi digunakan program Velux daylight visualizer 3 untuk mengetahui nilai dari tingkat penetrasi pencahayaan dalam ruangan, dengan kondisi langit overcast. Eksperimen dilakukan dengan membuat delapan bentuk light shelf yang berbeda.Target dari penelitian ini adalah untuk menemukan bentuk light shelf yang efisien untuk memaksimalkan penetrasi cahaya yang masuk pada ruang dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan kemiringan light shelf berpengaruh besar dalam penetrasi cahaya alami. Penggunaan light shelf berbentuk gelombang dapat meningkatkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam ruangan, hal tersebut dikarenakan terdapat lebih banyak bidang pantul pada permukaan light shelf. Light shelf dengan bentuk lengkung cekung dapat meningkatkan penetrasi cahaya. Kemiringan bidang pantul berpengaruh terhadap penetrasi cahaya, semakin besar sudut datang cahaya, semakin lemah cahaya yang dipantulkan.
REVITALISASI ARSITEKTUR PADA KAWASAN PANJUNAN SEBAGAI KAMPUNG WISATA WARISAN BUDAYA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KOTA CIREBON Prayuko, Bregas Vikri; Arif, Kamal Abdullah; Herwindo, Rahadhian Prajudi; Pangestu, Mira Dewi; Lumunon, Austensean Stanislaus; Nurhidayah, Nurhidayah; Purnama, Iwan; Rachmansyah, Bima Sakti; Bangun, Patricia Grasella Savalen; Rayhansyah, Muhammad Azka; Alphadianto, Andanti Eveline Emmanuella; Wijaya, Aileen Febriani
SUBAKTYA: UNPAR COMMUNITY SERVICE JOURNAL Vol. 1 No. 2 (2024): (DESEMBER 2024) SUBAKTYA: UNPAR Community Service Journal
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/sucsj.v1i2.7957.1-15

Abstract

Kota Cirebon, di Jawa Barat, kaya akan sejarah dan budaya namun belum memiliki perkembangan yang pesat dalam aspek pariwisatanya. Kampung Panjunan potensial untuk dikembangkan, dengan kolaborasi antara Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon (STT Cirebon) dan Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) bertujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pengembangan pariwisata berbasis arsitektur dan budaya di Jawa Barat. Melibatkan Dinas Pariwisata Kota Cirebon dan Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Cirebon. Panjunan memiliki Masjid Merah yang kaya budaya, dibangun tahun 1480, salah satu masjid tertua di Cirebon, memiliki potensi pariwisata religi dan budaya. Pemerintah kota mendukung pengembangan pariwisata dan wisata lokal. Keterlibatan masyarakat dimulai dengan mempelajari aspek sosial-budaya Panjunan, memetakan budayanya, mengidentifikasi karakteristik fisik dan spasial untuk menjaga akar sejarahnya, termasuk pembentukan desa wisata. Hasilnya termasuk rencana konseptual untuk pengembangan pariwisata Panjunan dan dokumen pendukung untuk revitalisasi daerah tersebut, berdampak pada aspek fisik, ekonomi, dan sosial-budaya kawasan Panjunan.