Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Karya Cipta Pertunjukan Wayang Perjuangan Sebagai Penguatan Pendidikan Bela Negara . Sunardi; . Kuwato; . Sudarsono
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 2 (2018): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i2.363

Abstract

Tulisan ini mengungkap tentang pertunjukan wayang perjuangan sebagai penguatan pendidikan bela negara bagi masyarakat Indonesia. Dua persoalan penting yang dibahas yakni: (1) bentuk karya cipta pertunjukan wayang perjuangan; dan (2) fungsi pertunjukan wayang perjuangan bagi masyarakat Indonesia. Bentuk karya cipta pertunjukan wayang perjuangan dikaji dengan konsep estetika wayang, adapun fungsi pertunjukan dikupas dengan teori fungsi kesenian. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa karya cipta pertunjukan wayang perjuangan dibangun berdasarkan beberapa unsur, di antaranya seniman, garap lakon wayang, dan boneka wayang. Pada sisi lain, pertunjukan wayang perjuangan memiliki fungsi sebagai penguatan pendidikan bela negara bagi masyarakat Indonesia.This paper reveals the wayang perjuangan performances as the strengthening of state defense education for the people of Indonesia. Two important issues are discussed, namely: (1) the form of wayang perjuangan performance; and (2) the function of wayang perjuangan for the Indonesian people. The form of wayang perjuangan studied with the aesthetic concept of wayang, while the performance function is analyzed with the theory of art function. The results of the discussion show that the works of wayang perjuangan are built based on several elements, among them artists, working on wayang plays, and puppets. On the other hand, the wayang perjuangan performance has a function as the strengthening of state defense education for the people of Indonesia. 
MAKNA LAKON SRI MULIH DALAM PERTUNJUKAN WAYANG RELEVANSINYA DENGAN KETAHANAN PANGAN Sunardi Sunardi
Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online) Vol. 4 No. 3 (2023): Jurnal Cahaya Mandalika
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jcm.v3i2.1624

Abstract

This paper aims to examine the meaning of wayang performances in relation to people's lives. Sri Mulih's play in a wayang performance as a representation of Indonesia's food security. The Sri Mulih story reveals the character of Dewi Sri, who is believed by the community to symbolize the goddess of rice, food, or prosperity. Sri Mulih's story is an artistic expression that grew out of the culture of an agrarian society to reinforce hopes for food security so that a fertile and prosperous life can be realized. The problem discussed is why the Sri Mulih story represents food security. To study this problem, the hermeneutic theory is used to seek and find the meaning contained in the object of study in the form of phenomena of human life, through understanding and interpretation. The research method uses literature and observation. Literature study by tracing various literary sources and studies on the story of Sri Mulih. Observations were made by observing the wayang performances story abaut Sri Mulih. The results of the study show that: first, the myth of Dewi Sri is interpreted as a symbol of fertility for agricultural land in agrarian communities; secondly, the essence of the Sri Mulih story is the disappearance of catastrophes in various countries because of the presence of Dewi Sri and Batara Sadana; and third, the teachings of the Sri Mulih story have a meaning about food security for Indonesian people. The conclusion of this paper states that the Sri Mulih story as an original Indonesian cultural product is used as a vehicle for the expression of an agrarian society to realize hopes regarding people's prosperity so that food security is realized.
The aesthetics of virtual wayang performances during the covid-19 pandemic Sunardi Sunardi; Jaka Rianto; Katarina Indah Sulastuti; Tatik Harpawati; Purbo Asmoro; Ranang Agung Sugihartono
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 21, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v21i1.4571

Abstract

This paper discusses the aesthetics of virtual wayang performances by puppeteers. The problems studied are: (1) why puppeteers have a new tendency to perform virtual wayang; and (2) the aesthetic style of the virtual wayang performances. Data collection methods by interviews with puppeteers, literature studies about virtual wayang, and observations of wayang virtual performances by puppeteers were analyzed by aesthetic theory. The study results showed that puppeteers used digital platforms to maintain their profession's continuity and economic living conditions. The tendency of virtual wayang to give rise to an aesthetic style of digital puppets is known as aesthetics of taste, with the orientation of wayang performance to meet public tastes. The conclusion results state that the aesthetic style of the virtual wayang performance: (1) the camera as a representation of the audience's eyes; (2) puppeteers are required to be creative, innovative, and productive; (3) the audience has the freedom to determine their tastes; and (4) the importance of collaboration that must be carried out by the puppeteer.
Relevansi Ajaran Hastha Brata dalam Pertunjukan Wayang Terhadap Kepemimpinan Zaman Sekarang Suyanto; Sunardi
PANGGUNG Vol 34 No 3 (2024): Kreativitas, Seni Kontemporer, dan Pariwisata Berkelanjutan
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v34i3.3557

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji relevansi ajaran Hastha Brata dalam pertunjukan wayang terhadap kepemimpinan zaman sekarang. Ajaran Hastha Brata bersumber dari berbagai kitab yang dipresentasikan melalui pertunjukan wayang lakon Wahyu Makutharama. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan telusur internet. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (a) kosmologi Jawa sebagai sumber pengetahuan tentang hakikat kehidupan manusia; (b) ajaran Hastha Brata dalam pertunjukan wayang lakon Wahyu Makutharama merupakan intisari ajaran kepemimpinan; dan (c) ajaran Hastha Brata memberikan landasan bagi kepemimpinan ideal di zaman sekarang. Temuan dari tulisan ini mengungkapkan bahwa ajaran Hastha Brata dalam pertunjukan wayang dapat dijadikan sebagai pondasi kepemimpinan yang kompleks untuk mewujudkan sosok pemimpin yang ideal di masa sekarang.Kata kunci: kosmologi Jawa, Hastha Brata, pertunjukan wayang, kepemimpinan
Figur Semar sebagai simbol budaya dalam pandangan masyarakat Jawa Rukiah, Yayah; Sugihartono, Ranang Agung; Sarwanto, Sarwanto; Sunardi, Sunardi
Jurnal Desain Vol 12, No 1 (2024): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jd.v12i1.23060

Abstract

Artikel ini membahas figur Semar sebagai simbol budaya yang memiliki makna mendalam dalam pandangan masyarakat Jawa. Semar, yang dikenal sebagai tokoh bijaksana dalam dunia pewayangan, tidak hanya berperan sebagai penasihat tetapi juga menjadi lambang spiritualitas, kesederhanaan, dan kedamaian. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, Semar dipandang sebagai representasi nilai-nilai luhur yang mengajarkan kearifan lokal, penghormatan terhadap tradisi, serta panduan moral dalam menjalani kehidupan. Kajian ini mengungkap bagaimana simbol Semar terus relevan sebagai inspirasi dan panduan, meskipun mengalami transformasi makna seiring dengan perkembangan zaman. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan figur Semar dalam rupa wayang kulit purwa gaya Surakarta, dan juga untuk menjelaskan figur Semar sebagai ajaran budaya masyarakat Jawa. Metodologi yang digunakan untuk mengkaji tokoh Semar menggunakan metode kualitatif dengan interaksi analitis. Data primer dalam hal ini bentuk dari wayang kulit Semar dari koleksi Kerayon Kasunanan dan Ki Bambang Suwarno, dengan dielaborasi dengan hasil wawancara juga studi literatur yang relevan. Hasil dari penelitian ini menegaskan pentingnya peran Semar dalam membentuk identitas dan jatidiri masyarakat Jawa.