Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

IDENTIFIKASI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP CEKAMAN HARA Bukhari Bukhari; Nuryulsen Safridar
Jurnal Real Riset Vol 4, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Jurnal Real Riset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cekaman hara terjadi pada tanaman yang ditanam di tanah marginal lahan kering ultisol, keadaan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman yang disebabkan oleh rendahnya kation-kation yang dapat dipertukarkan. Cekaman hara umumnya berpengaruh terhadap fisiologi tanaman yang terlihat pada pertumbuhan dan produksinya yang semakin menurun.  Perkembangan pesat di bidang pemuliaan yang dilakukan oleh lembaga pusat penelitian dan pengembangan tanaman cerealia Maros Sulawesi Selatan telah menghasilkan varietas jagung unggul komposit maupun hibrida yang tahan terhadap berbagai factor lingkungan yang kondsi ektrim dan serba terbatas seperti kondisi lahan kering tanah ultisol, namun jumlahnya masih terbatas dan belum teruji pada lahan kering tanah ultisol yang pada umumnya miskin unsur hara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memilih varietas jagung yang tahan dan peka terhadap cekaman abiotik.  Terhadap varietas jagung yang peka diprediksikan dapat diperbaiki dengan memakai  bahan organik jerami padi dan biochar  yang hasilnya varietas jagung yang tadinya peka, dengan pemberian bahan organik jerami padi dan biochar dapat ditanam pada tanah ultisol sungguhpun tanah tersebut miskin unsur hara P, K dan Mg, sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung yang semakin bertambah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yakni faktor pertama adalah varietas dan faktor kedua adalah perlakuan cekaman hara. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh varietas Anoman 1 sebagai varietas yang paling tahan terhadap Cekaman hara,  Sedang yang tidak tahan terhadap cekaman hara adalah Varietas Lamuru dan Arjuna yang nantinya akan diteliti lebih lanjut untuk meningkatkan ketahanannya dengan memakai jerami padi dan Biochar.Kata Kunci : Ketahanan , Varietas, Jagung, Cekaman dan Hara
PENGARUH NAUNGAN DAN KANDUNGAN NUTRISI GOOD-PLANT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA HIDROPONIK Jamilah Jamilah; Bukhari Bukhari
Jurnal Real Riset Vol 4, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Jurnal Real Riset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon tanaman Selada (Lactuca sativa L) yang ditanam secara hidroponik terhadap pengaruh naungan dan nutrisi good-plant. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jabal Ghafur. Waktu penelitian ini dari bulan Maret s/d April 2017. Bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya: nutrisi good-plant, benih selada, pH up-down, air, rockwol, dan kain flannel. Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya: TDS (Total Dissolved Solids) meter, pH meter, trai semai, solder, netpot, styrofoam, mulsa plastik sebagai pelapis sterofom, gelas ukur, bambu, paranet, camera, alat tulis, papan infomasi dan Screenhouse yang dibangun menggunakan bambu sebagai kerangka, beratap plastik UV trasparan dan dipagari menggunakan paranet dan didalamnya dilengkapi dengan rak antar ulangan dengan ketinggian 80 cm, serta alat-alat lain yang menunjang penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan split plot design, terdiri dari dua faktor yang diteliti, yaitu faktor naungan (N) dan faktor konsentrasi nutrisi good-plant (G). Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga secara keseluruhan di peroleh 27 satuan percobaan, tiap satuan percobaan ditanami 6 tanaman sehinga di peroleh 162 satuan. Parameter yang diamati terdiri dari: Tinggi Tanaman, dihitung pada saat tanaman berumur 10, 20 dan 30 HST (hari setelah tanam) dalam satuan cm. Jumlah daun, dihitung pada saat tanaman berumur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam (HST). Panjang daun, pada umur 10, 20 dan 30 HST dalam satuan cm. dan Berat berangkasan basah, dilakukan pada akhir pengamatan dengan cara memanen tanaman kemudian di timbang dalam satuan gram. Naungan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter panjang daun pada umur 20 HST. Berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 10, 20 dan 30 HST, panjang daun pada umur 10 dan 30 HST dan jumlah daun pada umur 30 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 10 dan 20 HST dan berat berangkasan basah umur 30 HST. Pertumbuhan terbaik dijumpai pada N1. Nutrisi Good-plant berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan panjang daun pada umur 10 dan 20 HST dan jumlah daun pada umur 20 HST. Berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 10 HST dan berpengaruh tidak nyata pada semua parameter yang diamati pada umur 30 HST. Pertumbuhan terbaik dijumpai pada G2. Sedangkan perpaduan antara Naungan dan Nutrisi Good-plant Tidak terdapat interaksi terhadap semua perlakuan.Kata Kunci : Hidroponik, Naungan, Nutrisi Good-plant dan tanaman selada.
Analisis Pertumbuhan Jagung akibat Pemberian Gambut dan Pemupukan Fosfat pada Tanah Mineral Masam Podzolik (Ultisol) Bukhari Bukhari
Jurnal Agrista Vol 10, No 3 (2006): Volume 10 Nomor 3 Desember 2006
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.768 KB)

Abstract

Corn Growth Analysis with Peat Application and Posfat Fertilization on Mineral Acid Podzolik Soil (Ultisol)ABSTRACT. The experiment to improve mineral acid soil productivity in Aceh that is potential to plantation. This experiment was conducted during the month of February until Mei 2006. It studied the effect of peat application, phosphate fertilization and the effect of the interaction. They were consist of sixteen combination of treatment with fourty eight plots. The experimental design was in randomized completely block design, there were two factors treatment. e.i. four level of peat namely; no pead, 10 ton, 20 ton, and 30 ton ha-1. The result shows that in general the application of peat and phosphate fertilization with different level were able to improve significantly the corn growth e.i.: crop growth rate, relative growth rate, net assimilation rate, and leaf area biomassa ratio, but they interaction were not significantly on 4 – 8 weeks periode. The interaction were significantly on 8 weeks to harvest periode however the two single factor show nonsignificantly. The interaction between pead application of 2 ton ha-1 and 100 ton ha-1 posfat fertilization gave a better result.
PENGARUH LAMA FERRMENTASI DAN PEMBERIAN NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) PADA MUTU BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) Bukhari Bukhari
Jurnal Sains Riset Vol 8, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3041.498 KB) | DOI: 10.47647/jsr.v8i2.41

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan pemberian Natrium Karbonat (Na2CO3) serta interaksinya terhadap mutu biji kakao (Theobroma cacao L). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tehnik Pasca Panen Jurusan Tehnik Pertanian dan laboratorium Analisis pangan dan Pengolahan Pasca Panen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari tanggal 25 Agustus s/d tanggal 3 September 2015, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti ada 2 yaitu faktor lama fermentasi (L) ada 4 taraf yaitu : L1 = 0 (tanpa fermentasi), L2 = 2 hari fermentasi, L3 = 4 hari fermentasi, L4 = 6 hari fermentasi. Faktor pemberian Na2CO3 (A) ada 4 taraf yaitu : A0 = 0 % , A1 = 2 %, A2 = 4 %, A3 = 6 %. Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan 2 ulangan, sehingga diperoleh 32 satuan percobaan. Parameter yang diamati meliputi kadar air, lemak, pH, ALB dan Uji Organoleptik. Pengukuran pH menggunakan pH meter, asam lemak bebas (ALB) diukur dengan menggunakan metoda Sudarmadji et al., 1996. dan uji organoleptik. Hasil pengamatan menunjukkan Lama fermentasi berpengaruh nyata, perlakuan alkalisasi serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Perlakuan terbaik untuk kadar air adalah fermentasi 4 hari. Lama fermentasi, perlakuan alkalisasi, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar lemak biji kakao yang dihasilkan. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan fermentasi 6 hari yaitu 50,36%. Sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan 2 hari fermentasi dan alkalisasi yaitu 48,92%. Perlakuan terbaik untuk lemak adalah fermentasi 6 hari dan alkalisasi. Lama fermentasi, perlakuan alkalisasi, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap pH biji kakao. pH biji kakao setelah fermentasi berkisar antara 5,1-5,24, sedangkan pH setelah alkalisasi berkisar antara 6,53-6,88. Perlakuan terbaik untuk pH adalah fermentasi 4 hari dan alkalisasi. Lamanya fermentasi, alkalisasi, dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) yang ada pada biji kakao. ALB terendah ada pada fermentasi 4 hari dan setelah alkalisasi sedangkan yang tertinggi adalah pada biji kakao yang tidak mengalami perlakuan fermentasi. Perlakuan terbaik untuk asam lemak bebas adalah fermentasi 4 hari dan alkalisasi. Warna biji kakao yang dominan dipilih oleh para panelis pada uji organoleptik adalah warna coklat, aroma yang dominan dipilih adalah aroma khas coklat, tekstur yang dominan dipilih adalah agak halus, sedangkan untuk tingkat kerapuhan panelis dominan memilih agak rapuh. Kata kunci : lama fermentasi, natrium karbonat, biji kakao
EFISIENSI PENGGUNAAN Trichoderma sp UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM (Fusarium oxysporium) DAN PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN PISANG Bukhari Bukhari; Nuryulsen Safridar
Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No. 2 (2018): Jurnal Ilmiah Pertanian
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/jip.v14i2.256

Abstract

This research was conducted in Pante Cermin, Padang Tiji Subdistrict, Pidie District. in March to August 2015, with the aim to know the use efficienci of Trichoderma sp on the growth of several types of Banana seedlings (Musa Paracica L.) This research using Randomized Block Design (RAK) factorial pattern with the factors studied is the type of banana and trichoderma dose . Both factors consist of 4 levels: Banana Barangan (J1), Ambon banana (J2), Banana King (J3) and Geupok banana (J4). While the dose of Tricoderma sp is: TO = 0 g / seeds T1 = 15 g / seeds T2 = 30 g / seedlings and T3 = 45 g / seedlings. So there are 16 treatment combinations and repeated 3 times, which resulted in 48 experimental units.To determine the influence of each treatment and its interaction on the growth of banana seedlings, the analysis of variance (Test F) and continued with the test of Beda Nyata Jujur (BNJ) at 5% level.The results showed that the growth of good banana seedlings among 4 species studied was shown by Barangan bananas, but not unlike bananas. However, trichoderma administration until the age of 4 months has not shown the growth and intensity of different attacks. So it should be extended the study period to 6 months. After 6 months of research there has been a difference in growth and intensity of attack, where the intensity of the greatest attack is shown by T0 (without trichoderma). Medium intensity of smallest attack is shown by T3 (Dose trichoderma sp 45 gr / banana seedlings). The type of banana does not affect the growth and intensity of fusarium wilt attack. and the interaction of these two factors had no significant effect on the growth of banana seedlings and the intensity of Fusarium wilt disease.
PENGARUH PEMBERIAN Trichoderma Sp UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA BEBERAPA JENIS PISANG DI LAHAN YANG TELAH TERINFEKSI BUKHARI BUKHARI; NURYULSEN SAFRIDAR
Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 15 No. 1 (2018): Jurnal Ilmiah Pertanian
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/jip.v15i1.1480

Abstract

The experimental design used was a 4x4 factorial with 2 replications in a randomized block design (RAK) pattern. The first factor is the Type of Banana (J) consisting of 4 levels: J1 (Raja Banana ), J2 (Ambon Banana), J3 (Barangan Banana) and J4 (Geupok Banana). The second factor was the mixing of Trichoderma Sp with organic manure aplication (D) consisting of 4 levels: D0 (without trichoderma sp), D1 (200 g trichoderma sp in 4 kg manure), D2 (200 gr trichoderma sp in 8 kg manure), and D3 (200 gr trichoderma sp in 12 kg manure). Observations made include: Intensity of Fusarium oxysporum wilting attack, number of leaves, Leaf length and stem diameeter. The results showed that the type of banana had a very significant effect on the intensity of fusarium oxysporum wilt disease and the number of leaves, but no significant effect on the length and diameter of the stem. Barangan Bananas and Ambon Bananas show stronger resilience (more resistant to fusarium oxysporum wilt disease). While the Raja Banana and Geupok Bananas look more sensitive to the attack of the disease. The mixing of Trichoderma Sp with organic manure also significantly influenced the intensity of fusarium oxysporum wilt disease, number of banana leaf and leaf length, but no significant effect on stem diameter. The best dose is found in treatment D1, but not different from D2. An increase in the amount of organic matter manure
The Influence of Microbia Time and Types of PGPR on Growth of Soybean Plant (Glycine Max Meril) on Vegetative Phase Bukhari; Rudi Fadhli; Nuryulsen Safridar
Britain International of Exact Sciences (BIoEx) Journal Vol 2 No 2 (2020): Britain International of Exact Sciences Journal, May
Publisher : Britain International for Academic Research (BIAR) Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/bioex.v2i2.249

Abstract

This research was conducted in the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture, Jabal Ghafur Glee Gapui University, Pidie Regency, which took place from September 16 to November 15, 2017. This study used a Completely Randomized Design (CRD) of 2 x 3 with 3 replications. The time factor for administration consists of 2 levels : W1 (Pagi), W2 (Sore). Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) type factors consist of three levels: P1 (Rhizobium), P2 (Mikoriza), P3 (Mikoriza + Rhizobium). Parameters observed in soybean plant components include: plant height at ages 15, 30 and 45 HST, root fresh weight, root dry weight, number of nodulations. The difference in the time of administration of PGPR has a very significant effect on root dry weight, but it does not significantly affect the height of plants aged 15, 30 and 45 HST, root fresh weight, root length and number of root nodules, the best treatment was encountered at the time of administration of PGPR W2 (Afternoon ). Different types of PGPR have very significant effect on root length and number of nodulations, but no significant effect on plant height aged 15, 30 and 45 HST, root fresh weight and root dry weight. The best treatment was found in the treatment P1 (Rhizobium). There was no interaction between the time of administration of the PGPR and the type of PGPR against all observed parameters.
PENGARUH MACAM PUPUK ORGANIK DAN MEDIA HARA PADA BUDIDAYA SISTEM HIDROFONIK SAWI PAGODA Bukhari Bukhari; Cut Mulia Sari; Sri Handayani; Muhammad Nur
Jurnal Real Riset Vol 4, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Jurnal Real Riset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sawi merupakan jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia  sehingga  permintaan sayuran ini selalu mengalami kenaikan. Bila ditinjau dari aspek teknis, ekonomi dan sosial, tanaman sawi sangat prospektif untuk diusahakan ka rena masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas, disamping itu  harga  jual tanaman ini relatif  stabil dan mudah diusahakan. Salah satu varietas sawi yang memiliki harga dan minat konsumsi yang tinggi dari masyarakat adalah sawi pagoda (Brassica narinosa ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik cair dan media tanam serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda.  Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap Faktorial (RAL) dengan dua faktor yang diteliti yaitu jenis pupuk organik cair (J) terdiri dari 2 taraf dan  media tanam (M) terdiri dari 4 taraf,  terdapat 8 kombinasi perlakuan dan diulang 3 kali  sehingga dapat 24 satuan percobaan.Susunan kombinasi perlakuan. Hasil penelitian ternyata bahwa jenis pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap pH larutan nutrisi hidroponik, tinggi tanaman sawi pagoda, jumlah daun, panjang akar dan berat brangkasan.  Sedangkan media tanam berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap tinggi tanaman sawi pagoda umur 15 hari dan berat berangkasan, tetapi tidak berpengaruh  nyata terhadap pH larutan nutrisi, tinggi tanaman sawi pagoda umur 25 dan 35 hari, jumlah daun pada semua umur pengamatan dan panjang akar.Ccocopeat merupaka media terbaik dari sejmlah media yang dipakai. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara jenis pupuk organik cair dan media tanam terhadap semua peubah yang diamatiKata kunci : Hidrofonik, Media, Organik, Pupuk, Sawi
IDENTIFIKASI TAMBAHAN Trichoderma PADA PISANG DARI INDUK TERBAIK YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN TRICHODERMA UNTUK MENEKAN Layu Fusarium. Bukhari Bukhari; Nuryulsen Safridar
Jurnal Agroristek Vol 3, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jar.v3i1.208

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Identifikasi tambahan Trichoderma pada tanaman pisang dari induk terbaikuntuk mengendalikan layu fusarium terhadap pertumbuhan tanaman pisang (Musa paradeciaca)serta ada tidaknya interaksi antara kedua faktor yang dicobakan.Penelitian ini  dilaksanakan di desa Dayah kecamatan Keumala Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, pada bulan November 2017 sampai dengan Juni 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 x 4 dengan 2 ulangan.  Faktor 2Indukan Hasil Perlakuan Terbaik dari dua penelitian sebelumnya, yang masing-masing disimbulkan dengan A1(Barangan +200 gram trcoderma  8 kg pupuk kandang), A2 (Barangan+200 gram tricoderma 12 kg pupuk kandang), A3 (Geupok+200 gram trcoderma 8 kg pupuk kandang), A4  (Geupok+200 gram trcoderma 12 kg pupuk kandang). Faktor pemberian  Trichoderma sp juga terdiri dari 4 taraf  yaitu T0(Tanpa tambahan Trichoderma sp ), T1 (ditambah 200 gram/lubang tanam), T2 (ditambah 400 gram/lubang tanam)T3 (ditambah 600 gram/lubangtanam). Parameter  yang diamati  : Instesitas Serangan, tinggi tanaman pada umur 40, 80 dan 120 HST, jumlah daun dan lilit batangIndukan tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan penyakit layu fusarium, terhadap semua parameter yang diamati. Trichoderma tidak berpengaruh nyata terahadap terhadap intensitas serangan penyakit layu fusarium, tinggi tanaman jumlah daun dan lingkaran batang tanaman pisang terhadap semua parameter yang diamati. Terdapat interaksi yang nyata antara 2 indukan terbaik dan Trichoderma terhadap lingkaran batang  tanaman pisang, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter lainya. Kombinasi terbaik dijumpai pada perlakuan A2T3 (barang dengan dosis Trichoderma 0.50 gram). Kata kunci : Trichoderma, layu fusarium dan tanaman pisang.
PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN FOSFOR PADA TANAH YANG SERING TERGENANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Bukhari Bukhari; Nuryulsen Safridar; Rudi Fadli
Jurnal Agroristek Vol 3, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jar.v3i2.264

Abstract

The purpose of this study were: (1) To determine the effect of dolomite lime and phosphorus fertilization on soils that were often inundated on the growth and yield of peanuts, (2) to determine the interaction between these two factors on the growth and production of peanuts in soils that were often inundated. The experimental design used in this study was "Randomized Block Design", with 3 (three) replications and 2 (two) factors studied, namely the effect of dolomite (Liming) (K) lime with 4 (four) levels, namely; K0 = 0 gr / polybag, K1 = 2 gr / polybag, K2 = 4 gr / polybag, and K3 = 6 gr / polybag. While Phosphorus (Sp-36) (P) fertilization with 3 (three) levels, namely; P0 = 0 gr / polybag, P1 = 2.5 gr / polybag, P2 = 5 gr / polybag. The variables observed to show the effect of dolomite lime and Sp-36 fertilization were: (1) Plant height: measured at the age of 21, 42, 63 days after planting (DAS). (2) A number of branches per clump (cm). (3) The number of flowers per family. (4) The yield of pods per polybag (gram). And (5) the number of pods per (fruit). The results of the research on the effect of dolomite liming treatment on the growth and yield of groundnut showed that: (1) had a very significant effect (level of 1%) on plant height at 21, 42 and 63 DAS, (2) had no significant effect on the number of branches per clump, (2) 3) It had a significant effect (level of 5%) on the number of flowers per clump, (4) had a very significant effect (level of 1%) on the yield of pods per polybag, and (5) had a very significant effect (level of 1%) on the number of pods per hill. While the effect of phosphorus fertilization treatment on the growth and yield of peanuts showed that: (1) had a very significant effect (level of 1%) on plant height at 21 and 42 DAS, (2) had no significant effect on the number of branches per clump, (3) very real (level 1%) on the number of flowers per clump, (4) had a very significant effect (level 1%) on the yield of pods per polybag, and (5) had a significant effect (level 5%) on the number of pods per hill. The interaction between dolomite liming and phosphorus fertilization on the growth and yield of peanuts in all the variables studied (plant height, number of branches per clump, number of flowers per clump, a yield of pods per polybag and number of pods per hill), showed a very significant effect (level 1%).Keywords: Dolomite lime, phosphorus fertilization, soil, peanuts.