Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

DISTRIBUSI FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN STANDAR 14 T ., Rosmiarti
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol 8: Juni 2018
Publisher : STIKES 'Aisyiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/bi.v8i0.91

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Pemeriksaan kehamilan merupakan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Perawatan antenatal meliputi koreksi terhadap gangguan dan intervensi dasar. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan standar  asuhan pelayanan kebidanan 14 T di Puskesmas Dempo Palembang tahun 2017. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan penelitian survey deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Dempo Palembang  pada bulan November-Desember tahun 2017 yang berjumlah 30 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelian: Menunjukan standar 1,2,3 dan standar 14 yaitu, timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah dan temu wicara sudah dilakukan 100% oleh bidan, penggunaan  tablet Fe  70%,  imunisasi Tetanus Toksoid 53,33%, pemeriksaan hemoglobin (HB) 26,66%, pemeriksaan protein urine 23,33%, senam ibu hamil 20%, pemeriksaan reduksi urine 13,33%, pemeriksaan veneral desease researh laboratory (VDRL) 6,66%, pemberian obat malaria 6,66%, perawatan payudara 10%, sedangkan pemberian kapsul berminyak beryodium tidak dilakukan. Kesimpulan: masih ada rangkaian  pelaksanaan Standar Asuhan Pelayanan Ante Natal Care yang belum dilaksanakan  di Puskesmas Dempo Palembang. Kata Kunci        : Antenatal Care, Bidan  
ANALISIS KADAR HAEMOGLOBIN DAN HEMATOCRIT PADA REMAJA PUTRI PRE DAN POST MENSTRUASI DI SMA NEGERI I RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN 2017 Sari, Enderia; Rosmiarti, Rosmiarti
Masker Medika Vol 5 No 2 (2017): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Tujuan: Ibu nifas dapat memahami dan melakukan tentang tehnik menyusui dan perawatan talipusar yang benar. Metode:.Desain penelitian yang digunakan adalah jenis desain Pre Ekperimen (one group pretest postest. Populasi dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 91 responden, dn terdapat drop out sebanyak 8 responden. data dilakukan dengan ujic Wilcoxon Test. dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil: dari analisa pre menstruasi didapat hasil mean hemoglobi adalah 13,1 gr% Kadar hemoglobin maximum adalah 14,8 gr% dan nilai minimun adalah 10,6 gr%. Pada post menstruasi didapat hasil pmeriksaan mean hemoglobin adalah 13,1 gr% Kadar hemoglobin maximum adalah 15,0 gr% dan nilai minimun adalah 10,3 gr. Pada analisa Bivariat Dari hasil uji Wilcoxon , angka significancy menunjukkan angka pada kadar hemoglobin pre dan post 0,74 dan kadar hematokrit 0,435. Karena nilai p > 0.05 maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit secara bermakna. Simpulan: dari analisa dilakukannya pemeriksaan hemoglobin dan hematoktrik pre dan post menstruasi tidak ada perbedaan significan terhadap pre dan post menstruasi pada pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit pre dan post
HUBUNGAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG TAHUN 2017 Rosmiarti, Rosmiarti
Masker Medika Vol 6 No 1 (2018): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. WHO memperkirakan hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Menurut data dinas kesehatan kota Palembang, angka kelahiran BBLR tahun 2008 sebanyak 213 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sebanyak 203 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab BBLR adalah kelahiran prematur, paritas ibu, umur ibu, faktor plasenta, faktor janin dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. Desain penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel yang diteliti meliputi paritas ibu. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017 yang berjumlah 553 orang dengan besar sampel penelitian sebanyak 240 orang yang diambil dengan teknik acak sistematik, instrumen penelitian yaitu check list. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan dari 240 ibu didapatkan kejadian BBLR 142 orang (59,2%) yang memiliki paritas risiko tinggi 32 orang dengan kejadian BBLR (87,5%) sedangkan umur ibu risiko tinggi 123 orang dengan kejadian BBLR ( 51,,2%). Dari statistik uji Chi-Square yang membandingkan p value dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu p value (0,00) dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. Kesimpulan: ibu dengan paritas dan risiko tinggi lebih banyak melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan risiko rendah.
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013 Rosmiarti, Rosmiarti
Masker Medika Vol 4 No 1 (2016): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di seluruh dunia, ada 500.000 kematian ibu per tahun dan mortalitas terutama neonatal 10 juta per tahun di dunia dan memperkirakan bahwa jika seorang ibu hanya melahirkan 3 anak, angka kematian ibu dapat recuded 300.000 kehidupan dan kematian bayi menjadi 5,6 juta jiwa per tahun. Dari kematian ibu dan perinatal, mayoritas terjadi di negara berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor risiko berkorelasi dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Muhammadyah Palembang pada tahun 2013. itu adalah survei analitik dengan approarch cross sectional. Populasi yang 1.629 responden, 94 responden diambil secara random sampling menggunakan Systematic Random Sampling. Variabel penelitian meliputi variabel independen (pendidikan, pekerjaan, riwayat operasi caesar, riwayat abortus) dan variabel dependen (plcenta previa). Dari analisis univariat, wanita dengan plasenta previa adalah 55,3% dan tanpa itu adalah 44,7%. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi adalah 66,0% dan yang memiliki pendidikan rendah 34,0%. Ibu yang dipekerjakan adalah 34,0% dan yang menganggur 66,0% .Mothers yang memiliki sejarah operasi caesar adalah 70,2 dan yang tidak memiliki sejarah operasi caesar 29,8%. Ibu yang memiliki riwayat abortus yang 54,3% dan yang tidak memiliki riwayat abortus 45,7%. Dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan p value 0,002 ≤ 0,05 bahwa ada korelasi antara pendidikan ibu dengan kejadian plasenta previa, p value = 0.335> 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian plasenta previa, p value 0,002 ≤ 0,05 menunjukkan ada hubungan antara sejarah operasi caesar dengan kejadian plasenta previa, dan nilai p 0,001 ≤ 0,05 menunjukkan ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa. disarankan untuk petugas kesehatan untuk memberikan IEC dan meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama tentang plasenta previa dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat dan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan. According to World Health Organization (WHO) worldwide, there are 500,000 maternal mortality per year and particularly neonatal mortality were 10 million per year in the world and estimates that if a mother just gave birth to 3 children, the maternal mortality can be recuded to 300,000 lives and infant mortality to 5.6 million lives per year. From maternal and perinatal deaths, majority occurs in developing countries. The purpose of this study was to determine the risk factors correlated with incident of placenta previa at Muhammadyah Hospital Palembang in 2013. it is an analytical survey with cross sectional approarch. population were 1,629 respondents, 94 respondents were taken by random sampling using Systematic Random Sampling. Variable of the study includes independent variables (education, occupation, history of cesarean section, history of abortion) and dependent variable (plcenta previa). From univariate analysis, women with placenta previa were 55,3% and without it were 44,7%. Mothers who had high education were 66,0% and who had low education 34,0%. Mothers who were employed were 34,0% and who were unemployed 66,0%.Mothers who had history of cesarean section were 70,2 and who did not have history of cesarean section 29,8%. Mothers who had history of abortion were 54,3% and who did not have history of abortion 45,7%. From bivariate analysis with Chi-Square statistical test showed p value 0,002 ≤ 0,05 that there was correlation between maternal education with incident of placenta previa, p value = 0,335 > 0,05 showed there was no correlation between maternal employment with incident of placenta previa, p value 0,002 ≤ 0,05 showed there was correlation between history of cesarean section with incident of placenta previa, and p value 0,001 ≤ 0,05 showed there was correlation between history of abortion with incident of placenta previa. it is suggested to health workers to provide IEC and improve health care, particularly about placenta previa in order to increase public knowledge and to reduce mortality and morbidity.
HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN ASUHAN ANTENATAL DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEMATIAN PERINATAL DI PUSKESMAS KOTA PALEMBANG Rosmiarti, Rosmiarti; Sari, Enderia
Masker Medika Vol 1 No 1 (2013): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Childbirth is one of the factors that influence perinatal mortality. In addition to otherfactors such as the deliveries performed at home with traditional personnel as birthattendants, as well as the mother condition during pregnency are less favorable ( lessnutritional status, complications of pregnancy) and late referral. Service qualitiy is aprerequisite in order to increase the use of service need to be preceded by improvedmedical standards through the efforts of Maternal Perinatal Audit (AMP).This study aims to find out is there any relation between antenatal care services and riskfactors of perinatal death in public Health Centers of Palembang City. This study is aretrospective observation of events that already exist using a case control study usingprimary data obtained from direct interview of the respondents who visited the publichealth center by using a questionnaire, as well as secondary data source that is originatednd medical records of ANC history and outcome of pregnancy and childbirth. The resultsshowed that of 180 respondents, 75% control and 25% of cases, 71.1% receivedunstandarized antenatal care, 80.6% was not risky age, risky parity 56.7%, 68.9% ofhighly educated, and 89,4% do not experience complications in pregnancy and childbirth.The result of logistic regression analysis showed significant effect between the antenatalcare services jointly (simultaneously) on perinatal mortality in the city of palembang in2012, with age variable with complications of pregnancy and childbirth as interactionvariables. Respondents who received antenatal care services that unstandarized to havea risk 3.89 times for infants experiencing perinatal death when compared to respondentswho receive standarized antenatal care services. By knowing the relationship betweenantenatal care services and risk factors of perinatal death, it is recommended thatadequate maternal health practices, the frequency of regular visits, service providersaccording to the standar (ST) remains an effort that should be improved, needs to domore intensive counseling, and need consider improving the quality of antenatal care,especially for pregnant women with high risk and the risk of pregnancy and childbirthcomplications.
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN AKSEPTOR MELAKUKAN KB SUNTIK 1 BULAN DI BPM YUSIDA EDWARD PALEMBANG TAHUN 2018 Rosmiarti, Rosmiarti
Masker Medika Vol 7 No 1 (2019): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 1 bulan adalah dukungan suami. Seperti dukungan suami dalam bentuk emosional, instrumental dan informasi. Pada dasarnya peran suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain peserta KB dan mendukung pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 1 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat survey analitik dengan rancangan survey cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB 1 bulan dengan besar sampel 34 akseptor yang diambil secara accidental sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui pengisian kuisione dan kartu KB. Hasil analisa univariat di peroleh bahwa responden yang patuh sebanyak 82,4%, responden yang medapat dukungan suami dalam bentuk emosional sebanyak 85,3% responden yang medapat dukungan suami dalam bentuk insrumental sebanyak 85,3% dan responden yang medapat dukungan suami dalam bentuk informasi sebanyak 58,8%. Data yang ditemukan di uji kembali menggunakan uji Chi Square dan hasilnya adalah ρ value = 1.000 untuk dukungan suami emosional, ρ value = 0,205 untuk dukungan suami instrumental dan ρ value = 0,672 untuk dukungan suami informasi, sebagai hasil signifikan yang berarti dukungan suami tidak mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 1 bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dukungan suami tidak berpengaruh terhadap kepatuhan akseptor melakukan KB suntik 1 bulan One of the factors that influences the compliance of acceptors conducting monthly contraception injection is husband's support, such as husband's support in the form of emotional, instrumental and information. Basically the role of husbands in family planning (KB) includes family planning participants and couples supports in using contraception. The purpose of this study was to find out the effect of husband's support for the compliance of acceptors conducting monthly contraception injection of family planning. The research design used is quantitative research that is analytical survey with a cross sectional survey design. The population of this study was all monthly contraception acceptors with a sample size of 34 acceptors taken with accidental sampling. Data collection was obtained through filling quizzes and KB cards. The results of univariate analysis showed that respondents who obeyed were 82.4%, respondents who received husband support in emotional form were 85.3%, respondents who received husband support in the instrumental form were 85.3 % and respondents who received husband support in the form of information were 58.8%. Data found in theresearch were retested using the Chi Square test and the result was ρ value = 1,000 for emotional husband support, ρ value = 0.205 for instrumental husband support and ρ value = 0.672 for information on husband's support, as a significant result which means that husband's support does not affect the compliance of acceptors doing mothly contraception injection. The conclusion of this study is that husband's support has no effect on the acceptor's compliance doing contraception injection. Therefore, it is recommended for acceptors to be obedient in doing family planning according to the schedule even without husband's support
Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013 Rosmiarti Rosmiarti
Cendekia Medika: Jurnal Stikes Al-Ma`arif Baturaja Vol. 1 No. 2 (2016): Cendekia Medika
Publisher : LPPM STIKES Al-Ma'arif Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.249 KB)

Abstract

WHO tahun 2008, Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 358.000 atau 260/100.000 kelahiran hidup. 11 negara menyumbang AKI terbanyak tahun 2008 adalah India (63.000), Nigeria (50.000), Kungu (19.000), Afganistan (18.000), Ethopia (14.000), Pakistan (14.000), Tanzania (14.000), Bangladesh (12.000), Indonesia (10.000), Sudan (9700), Kenya (7900). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013. Penelitian ini bersifat Survey Analitik dengan pendekatan secara Cross Sectional, data didapat dengan mencatat rekam medik dan instrumen penelitian dengan menggunakan checklist. Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 5286 responden, sampel penelitian sebanyak 98 responden yang diambil secara random sampling dengan menggunakan tehnik Sistematic Random Sampling. Variabel penelitian ini meliputi variabel independen (paritas, pekerjaan dan riwayat KPD sebelumnya) dan variabel dependen (ketuban pecah dini). Dari analisis univariat ibu yang mengalami ketuban pecah dini sebesar 40,8% dan yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebesar 59,2%, ibu yang mempunyai paritas tinggi 53,1% dan ibu yang mempunyai paritas rendah 46,9%, ibu yang mempunyai pekerjaan 25,5% dan ibu yang tidak mempunyai pekerjaan 74,5%, ibu yang mempunyai riwayat KPD sebelumnya 42,9% dan ibu yang tidak mempunyai riwayat KPD sebelumnya 57,1%. Dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value 0,010 ≤ 0,05 berarti Ada hubungan antara paritas ibu dengan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin, nilai p value 0,043 < 0,05 berarti Ada hubungan antara Pekerjaan ibu dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin dan nilai p value 0,000 <a =0,05 berarti Ada hubungan antara riwayat KPD sebelumnya dengan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin. Disarankan kepada petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan KIE serta mengupayakan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya tentang ketuban pecah dini guna meningkatkan pengetahuan masyarakat serta menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
ANALISIS KADAR HAEMOGLOBIN DAN HEMATOCRIT PADA REMAJA PUTRI PRE DAN POST MENSTRUASI DI SMA NEGERI I RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN 2017 Enderia Sari; Rosmiarti Rosmiarti
Masker Medika Vol 5 No 2 (2017): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Tujuan: Ibu nifas dapat memahami dan melakukan tentang tehnik menyusui dan perawatan talipusar yang benar. Metode:.Desain penelitian yang digunakan adalah jenis desain Pre Ekperimen (one group pretest postest. Populasi dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 91 responden, dn terdapat drop out sebanyak 8 responden. data dilakukan dengan ujic Wilcoxon Test. dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil: dari analisa pre menstruasi didapat hasil mean hemoglobi adalah 13,1 gr% Kadar hemoglobin maximum adalah 14,8 gr% dan nilai minimun adalah 10,6 gr%. Pada post menstruasi didapat hasil pmeriksaan mean hemoglobin adalah 13,1 gr% Kadar hemoglobin maximum adalah 15,0 gr% dan nilai minimun adalah 10,3 gr. Pada analisa Bivariat Dari hasil uji Wilcoxon , angka significancy menunjukkan angka pada kadar hemoglobin pre dan post 0,74 dan kadar hematokrit 0,435. Karena nilai p > 0.05 maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit secara bermakna. Simpulan: dari analisa dilakukannya pemeriksaan hemoglobin dan hematoktrik pre dan post menstruasi tidak ada perbedaan significan terhadap pre dan post menstruasi pada pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit pre dan post
HUBUNGAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG TAHUN 2017 Rosmiarti Rosmiarti
Masker Medika Vol 6 No 1 (2018): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. WHO memperkirakan hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Menurut data dinas kesehatan kota Palembang, angka kelahiran BBLR tahun 2008 sebanyak 213 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sebanyak 203 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab BBLR adalah kelahiran prematur, paritas ibu, umur ibu, faktor plasenta, faktor janin dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. Desain penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel yang diteliti meliputi paritas ibu. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Pusri Palembang tahun 2017 yang berjumlah 553 orang dengan besar sampel penelitian sebanyak 240 orang yang diambil dengan teknik acak sistematik, instrumen penelitian yaitu check list. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan dari 240 ibu didapatkan kejadian BBLR 142 orang (59,2%) yang memiliki paritas risiko tinggi 32 orang dengan kejadian BBLR (87,5%) sedangkan umur ibu risiko tinggi 123 orang dengan kejadian BBLR ( 51,,2%). Dari statistik uji Chi-Square yang membandingkan p value dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu p value (0,00) dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. Kesimpulan: ibu dengan paritas dan risiko tinggi lebih banyak melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan risiko rendah.
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013 Rosmiarti Rosmiarti
Masker Medika Vol 4 No 1 (2016): Masker Medika
Publisher : IKesT Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di seluruh dunia, ada 500.000 kematian ibu per tahun dan mortalitas terutama neonatal 10 juta per tahun di dunia dan memperkirakan bahwa jika seorang ibu hanya melahirkan 3 anak, angka kematian ibu dapat recuded 300.000 kehidupan dan kematian bayi menjadi 5,6 juta jiwa per tahun. Dari kematian ibu dan perinatal, mayoritas terjadi di negara berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor risiko berkorelasi dengan kejadian plasenta previa di Rumah Sakit Muhammadyah Palembang pada tahun 2013. itu adalah survei analitik dengan approarch cross sectional. Populasi yang 1.629 responden, 94 responden diambil secara random sampling menggunakan Systematic Random Sampling. Variabel penelitian meliputi variabel independen (pendidikan, pekerjaan, riwayat operasi caesar, riwayat abortus) dan variabel dependen (plcenta previa). Dari analisis univariat, wanita dengan plasenta previa adalah 55,3% dan tanpa itu adalah 44,7%. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi adalah 66,0% dan yang memiliki pendidikan rendah 34,0%. Ibu yang dipekerjakan adalah 34,0% dan yang menganggur 66,0% .Mothers yang memiliki sejarah operasi caesar adalah 70,2 dan yang tidak memiliki sejarah operasi caesar 29,8%. Ibu yang memiliki riwayat abortus yang 54,3% dan yang tidak memiliki riwayat abortus 45,7%. Dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan p value 0,002 ≤ 0,05 bahwa ada korelasi antara pendidikan ibu dengan kejadian plasenta previa, p value = 0.335> 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian plasenta previa, p value 0,002 ≤ 0,05 menunjukkan ada hubungan antara sejarah operasi caesar dengan kejadian plasenta previa, dan nilai p 0,001 ≤ 0,05 menunjukkan ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa. disarankan untuk petugas kesehatan untuk memberikan IEC dan meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama tentang plasenta previa dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat dan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan. According to World Health Organization (WHO) worldwide, there are 500,000 maternal mortality per year and particularly neonatal mortality were 10 million per year in the world and estimates that if a mother just gave birth to 3 children, the maternal mortality can be recuded to 300,000 lives and infant mortality to 5.6 million lives per year. From maternal and perinatal deaths, majority occurs in developing countries. The purpose of this study was to determine the risk factors correlated with incident of placenta previa at Muhammadyah Hospital Palembang in 2013. it is an analytical survey with cross sectional approarch. population were 1,629 respondents, 94 respondents were taken by random sampling using Systematic Random Sampling. Variable of the study includes independent variables (education, occupation, history of cesarean section, history of abortion) and dependent variable (plcenta previa). From univariate analysis, women with placenta previa were 55,3% and without it were 44,7%. Mothers who had high education were 66,0% and who had low education 34,0%. Mothers who were employed were 34,0% and who were unemployed 66,0%.Mothers who had history of cesarean section were 70,2 and who did not have history of cesarean section 29,8%. Mothers who had history of abortion were 54,3% and who did not have history of abortion 45,7%. From bivariate analysis with Chi-Square statistical test showed p value 0,002 ≤ 0,05 that there was correlation between maternal education with incident of placenta previa, p value = 0,335 > 0,05 showed there was no correlation between maternal employment with incident of placenta previa, p value 0,002 ≤ 0,05 showed there was correlation between history of cesarean section with incident of placenta previa, and p value 0,001 ≤ 0,05 showed there was correlation between history of abortion with incident of placenta previa. it is suggested to health workers to provide IEC and improve health care, particularly about placenta previa in order to increase public knowledge and to reduce mortality and morbidity.