Hanifa Rahma
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Kajian Pengembangan Sediaan Liposom pada Ekstrak yang Memiliki Aktivitas sebagai Antioksidan Yunita Fidia Astuti; Ratih Aryani; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.334 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4225

Abstract

Abstract. Liposomes are drug delivery systems that can increase the stability of compounds, so that liposomes can be developed to protect antioxidant compounds. This study aims to determine the formulation and manufacturing method of liposomes in extracts that have antioxidant activity and the effect of liposomes on antioxidant activity of extracts. This study was conducted using the SLR (Systematic Literature Review) method. The results of the study showed that the development of liposome preparations on extracts that had antioxidant activity can be made with the main components of soy lecithin, egg yolk lecithin, and 1,2-Dipalmitoyl-sn-glysero-3-phosphocholine (DPPC). In addition, cholesterol can be added as membrane stabilization, Tween 80 and PEG 2000 as surfactants. Liposomes can be prepared by thin layer hydration method, the heating method, microfluiditation and ultrasonication, the SCCO2 GAS method, and ethanol injection. Liposome preparations can protect extracts that have antioxidant activity by increasing the percentage value of free radical inhibition by up to 8% when compared to extracts without modification of the liposome system. Abstrak. Liposom merupakan sistem penghantaran obat yang mampu meningkatkan stabilitas senyawa, sehingga liposom dapat dikembangkan untuk melindungi senyawa antioksidan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan metode pembuatan sediaan liposom pada ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan serta mengetahui pengaruh sediaan liposom terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak. Kajian ini dilakukan dengan metode SLR (Systematic Literature Review). Hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan sediaan liposom pada ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan dapat dibuat dengan komponen utama lesitin kedelai, lesitin kuning telur, dan 1,2-Dipalmitoyl-sn-glysero-3-fosfokolin (DPPC). Selain itu dapat ditambahkan kolesterol sebagai stabilisasi membran, Tween 80 dan PEG 2000 sebagai surfaktan. Liposom dapat dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis, pemanasan, mikrofluiditasi dan ultrasonikasi, gas antisolvent SCCO2, dan injeksi etanol. Sediaan liposom dapat melindungi ekstrak yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan pengingkatan nilai persen inhibisi radikal bebas hingga 8% jika dibandingkan dengan ekstrak tanpa modifikasi sistem liposom.
Kajian Pengembangan Sistem Nanostructured Lipid Carrier (NLC) Untuk Penghantaran Agen Inhibitor Tirosinase Anindi Febrilia; Sani Ega Priani; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.378 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4390

Abstract

Abstract. Tyrosinase inhibitors is compounds that have anti-hyperpigmentation activity so it can be used for topical treatment. Stratum corneum as a skin protector from external stimuli makes it difficult for active substances to penetrate. Therefore, the development of preparation with Nanostructured Lipid Carrier (NLC) system was carried out to increase penetration and effectiveness of tyrosinase inhibitor agents to reach melanocyte cells. This study tries to investigate the formulation of NLC preparations contain tyrosinase inhibitor agents, as well as the effect of developing an NLC system on percutaneous penetration and therapeutic effectiveness of tyrosinase inhibitor agents. The study was conducted based on a Systematic Literature Review on articles from reputable databases that matched the inclusion and exclusion criteria. The results of study show that tyrosinase inhibitors have been developed into NLC preparations including kojic acid, deoxyarbutin, Ficus deltoidea extract, glabridin, hydroquinone, MHY908, piceatannol, and trans-resveratrol. The formulation of NLC preparations use solid lipids, liquid lipids and the addition of surfactants. The development of NLC system able to increase penetration of tyrosinase inhibitor agents it can see from increase the flux value or percent penetrated by 11.53-309.10%. The development of NLC system can increase effectiveness of tyrosinase inhibitor agents as anti-hyperpigmentation which is characterized by increase the L value, increase the % reduction in melanin, decrease the IC50 value, and increase the % tyrosinase inhibitory activity compared to the pure active substance or conventional preparations. Abstrak. Inhibitor tirosinase merupakan senyawa yang memiliki aktivitas sebagai anti hiperpigmentasi dapat digunakan untuk pengobatan topikal. Stratum korneum sebagai pelindung kulit dari rangsangan luar menyebabkan zat aktif sulit terpenetrasi. Maka dari itu dilakukan pengembangan sediaan dengan sistem Nanostructured Lipid Carrier (NLC) untuk meningkatkan penetrasi dan efektivitas dari agen inhibitor tirosinase untuk mencapai sel melanosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji formulasi sediaan NLC mengandung agen inhibitor tirosinase, serta pengaruh pengembangan sistem NLC terhadap penetrasi perkutan dan efektivitas terapi dari agen inhibitor tirosinase. Kajian dilakukan berbasis Systematic Literature Review terhadap artikel dari database bereputasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil kajian menunjukkan agen inhibitor tirosinase telah banyak dikembangkan menjadi sediaan NLC diantaranya asam kojat, deoxyarbutin, ekstrak Ficus deltoidea, glabridin, hidrokuinon, MHY908, piceatannol, dan trans-resveratrol. Formulasi sediaan NLC menggunakan lipid padat, lipid cair serta penambahan surfaktan. Pengembangan sistem NLC mampu meningkatkan penetrasi agen inhibitor tirosinase dilihat dari peningkatan nilai fluks atau persen terpenetrasi sebesar 11,53-309,10%. Pengembangan sistem NLC dapat meningkatkan efektivitas agen inhibitor tirosinase sebagai anti hiperpigmentasi ditandai dengan peningkatan nilai L, peningkatan % pegurangan melanin, penurunan nilai IC50, dan peningkatan % aktivitas penghambatan tirosinase dibandingkan zat aktif murni atau sediaan konvensional.
Sistem Vesikular sebagai Penghantaran Baru pada Obat Rute Perkutan Mega Suryani Putri; Fitrianti Darusman; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.348 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.4535

Abstract

Abstract. Vesicles are colloidal particles in the form of bilayers from ampiphilic molecules or surfactants that have a role as drug carriers so that they can help increase drug penetration. The success of the formulation of the vesicular carrier system is influenced by the characteristics of a stable vesicle system. This study aims to find out how the vesicular system as a new delivery system in percutaneous route drugs to increase percutaneous penetration. The research conducted systematic literature of National and International articles from leading publishers. The results showed that liposomes can increase percutaneous penetration whose characteristics are stable with a vesicular size of 260.9±44.9 nm, PDI of 0.272±0.04 and a potential of zeta of 35.6±0.03 mV. The vesicular carrier system is able to increase percutaneous penetration marked an increase in the value of flux and percent penetration. The test results showed that the vesicles size of the vesicular carrier system affects the increase in percutaneous penetration. The highest increase in penetration is indicated by a vesicular carrier system that has a vesicle size of <300 nm. Abstrak. Vesikel merupakan partikel koloid berupa bilayer dari molekul ampifilik atau surfaktan yang memiliki peran sebagai pembawa obat sehingga dapat membantu meningkatkan penetrasi obat. Keberhasilan formulasi sistem pembawa vesikuler dipengaruhi oleh karakteristik sistem vesikel yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem vesikular sebagai sistem penghantaran baru pada obat rute perkutan untuk meningkatkan penetrasi perkutan. Penelitian ini dilakukan literatur sistematis artikel Nasional dan Internasional dari penerbit terkemuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liposom dapat meningkatkan penetrasi perkutan yang karakteristiknya stabil dengan ukuran vesikuler 260,9±44,9 nm, PDI 0,272±0,04 dan potensi zeta sebesar 35,6±0,03 mV. Sistem pembawa vesikuler mampu meningkatkan penetrasi perkutan ditandai peningkatan nilai fluks dan penetrasi persen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran vesikel sistem pembawa vesikuler mempengaruhi peningkatan penetrasi perkutan. Peningkatan penetrasi tertinggi ditunjukkan oleh sistem pembawa vesikuler yang memiliki ukuran vesikel <300 nm.
Formulasi Basis Pastiles sebagai Model Penghantar Sediaan Antioksidan Nadya Aulia Amanda; Hanifa Rahma
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1334

Abstract

Abstract. In this era many, natural products are known to have potential as antioxidants, such as garlic, shallots, turmeric, ginger, nutmeg, paprika, lemongrass, and legumes. However, public interest to consume antioxidants from natural products is less. Because it has a bad taste when consumed directly. Therefore, must be processed to increase public interest in the consumption of antioxidants from natural products. One of them is made into pastilles. The purpose of this research was to determine the base formulation of pastilles as an optimal delivery model for antioxidant. The base of the pastilles was made using the molding mixture method with variations of sucrose and glucose syrup formula 1 (60%:15%); formula 2 (60%: 20%); formula 3 (60%: 25%). Based on the basic evaluation including organoleptic test, Gravimetric method of water content test, size uniformity test, weight diversity test, friability test, and dissolving time test, the optimal base is obtained in formula 1 because it satisfy all the evaluation requirements for pastilles. Abstrak. Saat ini sudah banyak bahan alam yang diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan seperti bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe, pala, paprika, serai, dan legkuas. Akan tetapi, minat masyarakat dalam hal konsumsi antioksidan dari bahan alam masih kurang. Karena memiliki rasa yang kurang enak apabila dikonsumsi secara langsung. Oleh karena itu, perlu diolah menjadi sediaan untuk meningkatkan minat masyarakat dalam hal konsumsi antioksidan dari bahan alam. Salah satunya adalah dibuat menjadi pastiles. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi basis pastiles sebagai model penghantaran sediaan antioksidan yang optimal. Basis pastiles dibuat dengan menggunakan metode molding mixture dengan variasi sukrosa dan sirup glukosa formula 1 (60%:15%); formula 2 (60%: 20%); formula 3 (60%: 25%). Berdasarkan evaluasi basis meliputi uji organoleptik, uji kadar air metode Gravimetri, uji keseragaman ukuran, uji keragaman bobot, uji friabilitas, dan uji waktu larut maka diperoleh basis yang optimal adalah pada formula 1 karena memenuhi seluruh syarat evaluasi pastiles.
Optimasi Proses Ekstraksi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) yang Memiliki Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Penggunaan secara Empiris Farendina Suarantika; Vinda Maharani Patricia; Hanifa Rahma
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 9 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v9i1.5253

Abstract

Green betel (Piper betle L.) exhibits various pharmacological activities, including antiallergic, analgesic, antibacterial, antiproliferative, and antioxidant, and contains various chemical compounds such as chavibetol, chavibetol acetate, carvacrol, caryophyllene, allyl pyrocatechol diacetate, campene, chavibetol methyl ether. This research was conducted to optimize green betel leaf processing techniques which were applied empirically by the community, through testing the antioxidant activity using the Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) method. Processing techniques that are optimized are infusion, fresh brewed, and soaked boiled. The antioxidant activity of fresh brewed green betel leaf extract has an antioxidant capacity of 18.126 mg Trolox/g extract. For green betel leaf extract boiled and soaked, it is 21.848 mg Trolox/g extract, while for infusion green betel leaf extract is 22.809 mg Trolox/gram extract. The highest antioxidant activity was given by green betel leaf infusion extract, 22.809 mg Trolox/gram extract.
Formulasi Basis Pastiles sebagai Model Penghantar Sediaan Antioksidan Nadya Aulia Amanda; Hanifa Rahma
Jurnal Riset Farmasi Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v2i2.1334

Abstract

Abstract. In this era many, natural products are known to have potential as antioxidants, such as garlic, shallots, turmeric, ginger, nutmeg, paprika, lemongrass, and legumes. However, public interest to consume antioxidants from natural products is less. Because it has a bad taste when consumed directly. Therefore, must be processed to increase public interest in the consumption of antioxidants from natural products. One of them is made into pastilles. The purpose of this research was to determine the base formulation of pastilles as an optimal delivery model for antioxidant. The base of the pastilles was made using the molding mixture method with variations of sucrose and glucose syrup formula 1 (60%:15%); formula 2 (60%: 20%); formula 3 (60%: 25%). Based on the basic evaluation including organoleptic test, Gravimetric method of water content test, size uniformity test, weight diversity test, friability test, and dissolving time test, the optimal base is obtained in formula 1 because it satisfy all the evaluation requirements for pastilles. Abstrak. Saat ini sudah banyak bahan alam yang diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan seperti bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe, pala, paprika, serai, dan legkuas. Akan tetapi, minat masyarakat dalam hal konsumsi antioksidan dari bahan alam masih kurang. Karena memiliki rasa yang kurang enak apabila dikonsumsi secara langsung. Oleh karena itu, perlu diolah menjadi sediaan untuk meningkatkan minat masyarakat dalam hal konsumsi antioksidan dari bahan alam. Salah satunya adalah dibuat menjadi pastiles. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi basis pastiles sebagai model penghantaran sediaan antioksidan yang optimal. Basis pastiles dibuat dengan menggunakan metode molding mixture dengan variasi sukrosa dan sirup glukosa formula 1 (60%:15%); formula 2 (60%: 20%); formula 3 (60%: 25%). Berdasarkan evaluasi basis meliputi uji organoleptik, uji kadar air metode Gravimetri, uji keseragaman ukuran, uji keragaman bobot, uji friabilitas, dan uji waktu larut maka diperoleh basis yang optimal adalah pada formula 1 karena memenuhi seluruh syarat evaluasi pastiles.
Karakterisasi dan Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri Pada Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa Farendina Suarantika; Vinda Maharani Patricia; Hanifa Rahma
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 9 No. 2 (2023): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v9i2.415

Abstract

Salah stau tananaman yang memiliki kandungan minyak atsiri yaitu sereh wangi atau Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Berdasarkan penelitian sebelumnya tanaman sereh wangi memiliki kandungan senyawa kimia diantaranya sitronelal (32-45%), sitronelol (11-15%), geraniol (10-12%), geranil asetat (3-8%), sitronelal asetat (2-4%). Tujuan penelitian ini untuk mengkarakterisasi minyak atsiri sereh wangi dan mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat pada minyak sereh wangi. Ekstraksi minyak sereh wangi menggunakan metode destilasi-uap, untuk identifikasi senyawa menggunakan instrumen Kromatografi gas–Spektrometri massa (GC-MS). Hasil karakterisasi untuk miyak atsiri sereh wangi dimana minyak memiliki warna kuning, bau yang khas, bentuk cairan, indeks bias 1,46, bobot jenis 0,869 gram/mL dan larut dalam etanol. Senyawa kimia yang terdapat pada minyak atsiri sreh wangi adalah golongan monoterpenoid. Hasil identifikasi dengan kromatografi gas-spektrometri massa didapatkan 23 puncak, 10 puncak diantaranya memiliki persentase luas area yang besar dan memiliki nilai SI (Similarity Index) besar dari 80%, adapun senyawanya yaitu Citronella, Citronellyl acetate, Geranyl acetate, Delta-Cadinene, Linalool.
Formulasi Pelembab Stick Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) Diani Elza Fitria Siti Nurjani; Gita Cahya Eka Darma; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13380

Abstract

Abstract. Indonesia is a tropical country with stronger ultraviolet radiation intensity. The prevalence of dry skin in Indonesia reaches 50-80%, so for normal skin function, the moisture content in the stratum corneum should be more than 10%, as loss of moisture can cause dry, scaly, and cracked skin. Dry skin is a condition where the skin loses moisture and is unable to retain water properly. Sunflower seed oil contains oleic acid which can address dry skin by filling the gaps between corneocyte layers, thereby preventing water evaporation from the skin. This study aims to determine characterizing sunflower seed oil and what concentration of sunflower seed oil can be used as a moisturizer. Stick moisturizers are used by applying so that they will not dirty hands, facilitate use, are more practical, easy to carry, and relatively stable. Moisturizing sticks containing sunflower seed oil with concentrations of 3, 6, 9, 12, and 15% underwent physical evaluations including organoleptic assessment, homogeneity, pH, melting point, stability and irritation. Abstrak. Indonesia merupakan negara iklim tropis dengan intensitas radiasi ultra violet yang lebih kuat. Prevalensi kulit kering di Indonesia mencapai 50-80% sehingga agar fungsi kulit normal kadar air pada stratum korneum harus lebih dari 10% karena hilangnya kelembaban dapat mmebuat kulit menjadi kering, bersisik dan tampak pecah-pecah. Kulit kering adalah kondisi di mana kulit kehilangan kelembaban dan tidak mampu menahan air dengan baik. Minyak biji bunga matahari mengandung asam oleat yang mampu mengatasi kulit kering dengan mengisi ruang antara lapisan korneosit sehingga mampu mencegah terjadinya penguapan air pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi minyak biji bunga matahari dan berapa konsentrasi minyak biji bunga matahari yang dapat digunakan sebagai pelembab. Pelembab stick digunakan dengan cara dioleskan sehingga tidak akan mengotori tangan, memudahkan penggunaan, lebih praktis, mudah dibawa, dan relatif stabil. Pelembab stick mengandung minyak biji bunga matahari dengan variasi konsentrasi 3, 6, 9, 12, dan 15% dilakukan evaluasi fisik meliputi organoleptis, homogenitas, pH, titik leleh, stabilitas dan iritasi.
Kajian Formulasi Etosom sebagai Sistem Penghantaran Agen Sitotoksik dalam Pengobatan Kanker Kulit Nadya Lutfiah; Sani Ega Priani; Hanifa Rahma
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13437

Abstract

Abstract. Skin cancer is a global health issues with a high incidence. Commonly used skin cancer treatments include chemotherapy, radiation therapy, cryotherapy, curettage, and electrocautery. However, these therapies face a number of issues related to cost, toxicity, and bioavailability, leading to reduced treatment efficacy and poor patient compliance. Ethosomes are present as a delivery system for cytotoxic agents in skin cancer treatment to overcome this problem and are the best treatment for skin cancer because the cytotoxic agents are delivered along with ethosome can penetrate deeper layers in the skin for systemic purposes. Etosomes can be used for long-term treatment purposes by controlling drug release and specifically acting on cancer cells, thereby minimizing drug side effects. This study aimed to analyze the ethos formulation as a delivery system for cytotoxic agents in the treatment of skin cancer. The research method used was a systematic literature review by searching for international articles from reputable publishers. The results of this study show that ethosomes can be formed using phospholipids, ethanol and water with or without added cholesterol and additional solvents. The most widely used phospholipids are phosphatidylcholine (0.5–5%), ethanol and up to 60% water. Phospholipid and ethanol concentrations in the ethosome system can influence vesicle size and %EE. Abstrak. Kanker kulit menjadi masalah kesehatan global dengan prevelensi yang tinggi. Metode pengobatan yang umum digunakan untuk kanker kulit diantaranya kemoterapi, terapi radiasi, krioterapi, kuretase dan elektrodesikasi. Namun, terapi tersebut dihadapkan pada beberapa masalah terkait biaya, toksisitas dan ketersediaan hayati, sehingga menyebabkan penurunan efektivitas terapi dan kepatuhan pasien yang buruk. Etosom hadir sebagai sistem penghantaran agen sitotoksik dalam pengobatan kanker kulit untuk mengatasi masalah tersebut dan sebagai terapi kanker kulit terbaik karena agen sitotoksik yang dihantarkan dengan etosom dapat berpenetrasi ke lapisan kulit lebih dalam untuk tujuan sistemik. Etosom dapat digunakan untuk terapi berkelanjutan dengan mengontrol pelepasan obat dan bekerja secara spesifik terhadap sel kanker, sehingga dapat meminimalisir efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis formulasi etosom sebagai sistem penghantaran agen sitotoksik dalam pengobatan kanker kulit. Metode penelitian yang digunakan yaitu systematic literature review dengan cara mencari artikel internasional dari penerbit bereputasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa etosom dapat diformulasikan menggunakan fosfolipid, etanol dan air dengan ataupun tanpa penambahan kolesterol dan pelarut tambahan. Fosfolipid yang paling banyak digunakan adalah fosfatidilkolin (0,5-5%), etanol, dan air hingga 60%. Konsentrasi fosfolipid dan etanol dalam sistem etosom dapat mempengaruhi ukuran vesikel dan %EE.
Kajian Pengembangan Sistem Nanostructured Lipid Carriers (NLC) untuk Vitamin A Fatimah Azzahra Sundaning Asih; Hanifa Rahma; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2024): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v4i2.13595

Abstract

Abstract. Vitamin A is a fat-soluble vitamin that plays a crucial role in maintaining skin health, including enhancing elasticity, preventing lipid peroxidation, and acting as an antioxidant. However, Vitamin A has several limitations, such as low polarity, has a large particle size, high chemical instability, and photoinstability, which can lead to reduced effectiveness and potential irritation. To overcome these limitations, Vitamin A can be formulated into lipid-based nanocarrier systems such as Nanostructured Lipid Carriers (NLC). This study aims to review the formulation and characteristics of NLCs containing Vitamin A and its derivatives. The method used is a Systematic Literature Review (SLR), with articles sourced from reputable databases. The literature review shows that the formulation of NLCs containing Vitamin A is composed of solid lipids, liquid lipids, and non-ionic surfactants. The characterization reveals that the particle size of NLCs ranges from 129 to 762 nm, the polydispersity index (PDI) is less than 0.5, the zeta potential is within the range of -24.6 to -44.3 mV, and the entrapment efficiency is above 90%. Based on these results, NLCs containing Vitamin A exhibit good physical stability and have the potential to enhance the effectiveness of Vitamin A for topical applications. Abstrak. Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan kulit, termasuk meningkatkan elastisitas, mencegah peroksidasi lipid, dan berfungsi sebagai antioksidan. Namun, vitamin A memiliki beberapa keterbatasan, seperti polaritas yang rendah, ukuran partikel yang besar, ketidakstabilan kimia, dan fotoinstabilitas yang dapat menyebabkan penurunan efektivitas dan potensi iritasi. Untuk mengatasi keterbatasan ini, vitamin A dapat diformulasikan dalam sistem penghantaran nano berbasis lipid seperti Nanostructured Lipid Carriers (NLC). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji formulasi dan karakteristik NLC yang mengandung vitamin A dan turunannya. Metode yang digunakan adalah Systematic Literature Review (SLR) dengan artikel yang diambil dari berbagai basis data bereputasi. Hasil kajian literatur menunjukkan bahwa formulasi NLC yang mengandung vitamin A dibuat dengan kombinasi lipid padat, lipid cair, dan surfaktan non-ionik. Karakterisasi menunjukkan ukuran partikel NLC berada dalam rentang 129 hingga 762 nm, polidispersitas indeks (PDI) kurang dari 0,5, zeta potensial dalam rentang -24,6 hingga -44,3 mV, dan efisiensi penjerapan di atas 90%. Berdasarkan hasil tersebut, NLC yang mengandung vitamin A menunjukkan stabilitas fisik yang baik dan berpotensi meningkatkan efektivitas vitamin A untuk aplikasi topikal.