Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Perbedaan INR dan D-dimer terhadap Mortalitas pasien COVID-19 di RSUD Dr Saiful Anwar Malang Asyari, Claudia Herda; Choizin, Iin; Rakhma, Rakhma
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 3 No 2 (2024): Edisi Februari
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.03.2.2

Abstract

Abstrak Pendahuluan: Pada Juli 2022, COVID-19 menginfeksi 565 juta orang, dengan 6,3 juta kasus kematian di seluruh dunia. Hubungan parameter laboratorium dengan waktu kematian dan komorbiditas belum banyak diteliti. Studi ini untuk mengetahui perbedaan INR dan D-dimer terhadap mortalitas pasien COVID-19 di RSUD Dr Saiful Anwar Malang. Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada April 2020-September 2021, total 229 subjek COVID-19 terdiagnosis swab PCR. Analisis data berupa waktu kematian sejak masuk rumah sakit terbagi menjadi <7 hari dan >7 hari, data laboratorium, data komorbiditas dan tanpa komorbiditas. Uji data dengan Chi Square untuk data kategorik, serta Mann-Whitney, dan Kruskall Wallis untuk data numerik. Hasil: Pada subjek tanpa komorbiditas, kadar D-Dimer signifikan lebih tinggi pada subjek dengan waktu kematian >7 hari dibanding <7 hari. Pada subjek dengan waktu kematian <7 hari, kadar PT dan INR signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas. Pada subjek dengan waktu kematian >7 hari, kadar D-Dimer dan feritin signifikan lebih rendah pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas. Secara keseluruhan, kadar INR ditemukan signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding subjek tanpa komorbiditas (p<0.05). Pembahasan: Pada tahap awal COVID-19, dapat terjadi hiperfibrinolisis lokal pada parenkim paru, dan hipofibrinolisis sistemik. Hal ini berujung pada peningkatan D-dimer tanpa diikuti pemanjangan parameter perdarahan, hal ini sesuai dengan subjek waktu kematian <7 hari tanpa komorbiditas. Selain itu, terjadi perubahan kondisi hiperkoagulabel menjadi hiperfibrinolisis akibat konsumsi faktor koagulan yang berlebihan, mengakibatkan meningkatnya PT dan INR pada kondisi COVID-19 yang berat. Kesimpulan: Secara keseluruhan ditemukan bahwa kadar INR signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas, serta D-dimer pada subjek dengan waktu kematian >7 hari tanpa komorbiditas signifikan lebih tinggi dibanding kelompok subjek lain.
Overview of Tuberculosis Knowledge among SMK Telkom Malang Students R Sugiri, Yani Jane; Tantular, Rezki; Binharyanto, Adlan Pratama; Pratiwi, Eka; Muhammad, Iqbal; Asyari, Claudia Herda; Dini, Zata; Primaputri, Cindy Carissa; Lyono, Albert; Susanti, Lia; Delfianto, Dwiroza; Aprilen, Nisa; Suardana, I Made; Murti Dewi, Dian Ayu; Wikamto, Rifka
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 33 No. 4 (2025)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2025.033.04.6

Abstract

Tuberculosis has emerged as a major global health challenge. Public knowledge about TB is crucial for its prevention, early detection, and management. Research conducted by the World Health Organization indicates that a good level of knowledge about Tuberculosis among the public can significantly enhance symptom recognition, timely medical care, and reduce the stigma. This study aims to describe the TB knowledge of SMK Telkom Malang students. A quasi-experimental pretest-posttest design was conducted involving 415 students, of whom 336 completed both assessments. TB knowledge was measured using a 10-item validated questionnaire and categorised as good, sufficient, or poor. The Wilcoxon signed-rank test was used for statistical analysis. They were then given health education about TB, after receiving health education about TB, 69 students did not consent to continue the study or complete the posttest and were therefore excluded, leaving 336 students as sample. Pretest demonstrated 225 students (67%) with good knowledge, 93 students (27,7%) with sufficient knowledge, and 18 students (5,3%) with poor knowledge, the overall median was 80, while posttest analysis revealed 264 students (78.6%) with good knowledge, 66 students (19.6%) with sufficient knowledge, and 6 students (1,8%) with poor knowledge, the overall median was 90 . The scores were compared using the Wilcoxon test with significantly improved score with a p-value of <0.001. In conclusion, health education significantly improved TB knowledge among students. Continued efforts to integrate TB education in schools are recommended to support TB control strategies.
Analisis Perbedaan INR dan D-dimer terhadap Mortalitas pasien COVID-19 di RSUD Dr Saiful Anwar Malang Rakhma, Rakhma; Asyari, Claudia Herda; Choizin, Iin; Rakhma, Sastia
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 3 No 2 (2024): Edisi Februari
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.03.2.2

Abstract

Abstrak Pendahuluan: Pada Juli 2022, COVID-19 menginfeksi 565 juta orang, dengan 6,3 juta kasus kematian di seluruh dunia. Hubungan parameter laboratorium dengan waktu kematian dan komorbiditas belum banyak diteliti. Studi ini untuk mengetahui perbedaan INR dan D-dimer terhadap mortalitas pasien COVID-19 di RSUD Dr Saiful Anwar Malang. Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan pada April 2020-September 2021, total 229 subjek COVID-19 terdiagnosis swab PCR. Analisis data berupa waktu kematian sejak masuk rumah sakit terbagi menjadi <7 hari dan >7 hari, data laboratorium, data komorbiditas dan tanpa komorbiditas. Uji data dengan Chi Square untuk data kategorik, serta Mann-Whitney, dan Kruskall Wallis untuk data numerik. Hasil: Pada subjek tanpa komorbiditas, kadar D-Dimer signifikan lebih tinggi pada subjek dengan waktu kematian >7 hari dibanding <7 hari. Pada subjek dengan waktu kematian <7 hari, kadar PT dan INR signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas. Pada subjek dengan waktu kematian >7 hari, kadar D-Dimer dan feritin signifikan lebih rendah pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas. Secara keseluruhan, kadar INR ditemukan signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding subjek tanpa komorbiditas (p<0.05). Pembahasan: Pada tahap awal COVID-19, dapat terjadi hiperfibrinolisis lokal pada parenkim paru, dan hipofibrinolisis sistemik. Hal ini berujung pada peningkatan D-dimer tanpa diikuti pemanjangan parameter perdarahan, hal ini sesuai dengan subjek waktu kematian <7 hari tanpa komorbiditas. Selain itu, terjadi perubahan kondisi hiperkoagulabel menjadi hiperfibrinolisis akibat konsumsi faktor koagulan yang berlebihan, mengakibatkan meningkatnya PT dan INR pada kondisi COVID-19 yang berat. Kesimpulan: Secara keseluruhan ditemukan bahwa kadar INR signifikan lebih tinggi pada subjek dengan komorbiditas dibanding tanpa komorbiditas, serta D-dimer pada subjek dengan waktu kematian >7 hari tanpa komorbiditas signifikan lebih tinggi dibanding kelompok subjek lain.
Pengaruh Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Kadar Hypoxia-Inducible Factor (HIF-1), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Haemoglobin (Hb), dan Neutrophil-Lymphocyte Ratio (NLR) pada Pasien Kanker Paru Asyari, Claudia Herda; Pratiwi, Suryanti; Chozin, Iin; Izzati, Arina
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 4 No 3 (2025): Volume 4 No 3, Juni 2025
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.04.3.4

Abstract

Pendahuluan: Insidensi dan angka kematian akibat kanker paru terus meningkat, sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam proses diagnosis. Beberapa penanda yang berhubungan dengan perkembangan kanker paru meliputi faktor hypoxia-inducible factor (HIF-1), vascular endothelial growth factor (VEGF), haemoglobin (HB) dan neutrophil-lymphocyte ratio (NLR). Tujuan: Tujuan studi ini untuk menganalisis perbedaan kadar HIF-1, VEGF, HB dan NLR terhadap pemberian jintan hitam (Nigella sativa). Metode: Penelitian kuantitatif dengan metode pre and post test control group dengan melibatkan 21 sampel yang terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Kriteria inklusi subjek berupa berusia >18 tahun, terdiagnosis kanker paru primer stadium IIB, IIIA, IIIB, IVA, dan IVB, serta bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi subjek adalah pasien kanker primer di luar organ paru dan terdapat kendala di dalam pengambilan data, yang menimbulkan data tidak lengkap. Semua subjek penelitian diberikan kemoterapi dan pada kelompok perlakuan ditambahkan kapsul jintan hitam 500 mg diberikan secara oral dua kali sehari selama sembilan minggu. HIF-1, VEGF, Hb dan NLR diukur sebelum dan setelah sembilan minngu pemberian kemoterapi. Dilakukan analisis uji-t berpasangan untuk menilai perbedaan HIF-1, VEGF, HB dan NLR antara sebelum dan setelah sembilan minggu pemberian kemoterapi. Hasil: Terdapat perbedaan signifikan pada kadar HIF-1, VEGF, Hb dan NLR diantara kelompok kontrol dan perlakuan setelah 9 minggu dengan berturut-turut nilai p= 0,009; p=0,007; p=0,021 dan nilai p= 0,009. Kesimpulan: Pemberian jintan hitam (Nigella sativa) bermanfaat dalam menurunkan kadar HIF-1, VEGF dan NLR dan meningkatkan kadar Hb pada pasien kanker paru