Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Studi Pembuatan Carik Celup Alami Bagi Analisis pH Urin dengan Pemanfaatan Antosianin Kol Ungu (Brassica oleracea) Permana, Ellsie Viendra
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2022): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v8i2.1146

Abstract

Abstrak Sejauh ini pemeriksaan urin dengan metode carik-celup yang dijalankan di berbagai Laboratorium Kesehatan Indonesia masih bergantung pada produk dipstik import. Selain berbiaya tinggi, dipstik import juga memiliki kandungan reagen yang bersifat toksik, sulit didegradasi dan tidak ramah lingkungan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji Anosianin sebagai senyawa flavonoid dari berbagai buah dan sayuran berpigmen untuk keperluan pewarnaan, kolorimetri, dye fluoresensi, ataupun sebagai sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan Antosianin sebagai reagen dipstik carik celup pada pemeriksaan pH urin. Antosianin dari kol ungu diekstraksi kemudian dievaporasi hingga dihasilkan larutan indikator yang lebih pekat, dengan konsentrasi 646,6 mg/mL, berwarna awal ungu kemerahan, dan memiliki pH 6. Indikator hasil ekstraksi telah teruji dalam pengujian dengan berbagai buffer pH 1 sd 12, dan menghasilkan range warna yang luas, yaitu dimulai dari 523nm hingga 625 nm. Senyawa Antosianin kemudian diimobilisasi dalam kertas selulosa Whatman no.2 dengan optimasi rasio imobilisasi ialah sebanyak 0,1mL larutan dalam 0,04 gr kertas, dan pengeringan pada suhu kamar selama 4 jam. Pengujian Antosianin pada urin memberikan warna jingga kekuningan cerah pada urin pH 5, jingga pada urin pH 6, jingga kemerahan pada urin pH 7, dan biru tua pada urin pH 10. Simpulan, dipstick carik-celup antosianin dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam penentuan pH sampel urin.  Kata kunci : Antosianin, Carik Celup, Kol Ungu (Brassica Oleracea), pH, Urin
PEMANFAATAN ENZIM PAPAIN DARI PEPAYA LOKAL SEBAGAI PROTEASE UNTUK ISOLASI DNA GENOME BAKTERI DALAM MENUNJANG PEMERIKSAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Wasdili, Fini Ainun Qolbi; Rihibiha, Dwi Davidson; Permana, Ellsie Viendra
Klinikal Sains : Jurnal Analis Kesehatan Vol 12 No 1 (2024): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/klinikal_sains.v12i1.4298

Abstract

Polymerase chain Reaction (PCR) is affected by many factors, one of which is DNA isolation. Proteinase K is a common protease used in DNA isolation. However, proteinase K is relatively expensive and limited. To date, many studies have been conducted to explore alternative protease from nature. Papain is an enzyme derived from papaya, which has been frequently observed, makes it promising as protease in DNA isolation. This study aims to evaluate potency of papain as cheaper alternative in DNA isolation from Salmonella thypi. This study consisted of four steps: papain extraction, characterization of papain, DNA isolation, and fliC detection with PCR. Papain was acquired with tapping method which resulted in approximately 1700 μl bp. Molecular weight of papain was 23,4 kDa, and its total concentration was 903 mg/mL. Whole genom of Salmonella thypi was successfully isolated using papain. The DNA concentration was also comparable to control. Nevertheless, the purity was low which is not recommended to be used in PCR.
Pendampingan Pembuatan Ovitrap Sebagai Upaya Pengendalian Demam Berdarah di RW 11 Kecamatan Leuwigajah, Kota Cimahi Herawati, Iis; Wasdili, Fini Ainun Qolbi; Rihibiha, Dwi Davidson; Permana, Ellsie Viendra
Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Abdimas Kartika Wijayakusuma
Publisher : LPPM Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/jakw.v6i1.688

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan virus dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. DBD merupakan salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) bahkan wabah dan menyebabkan kematian. Kota Cimahi termasuk salah satu wilayah endemis DBD di Jawa Barat. Salah satu cara pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang terbukti efektif adalah penggunaan perangkap telur (ovitrap). Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan di Balai RW 11, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan bahwa Kelurahan Leuwigajah merupakan salah satu wilayah kasus DBD paling tinggi. Kegiatan dilakukan dari bulan Juli-Agustus 2024. Sasaran kegiatan ini adalah kader posyandu, ibu-ibu PKK, dan masyarakat setempat. Peserta yang mengikuti kegiatan berjumlah 30 orang. Kegiatan dilakukan dengan tahapan berturut-turut koordinasi dan izin pelaksanaan kegiatan kepada Ketua RW 11 Komplek Aneka Bakti Kelurahan Leuwigajah, pembuatan model ovitrap, pengisian pre-test sebelum kegiatan untuk mengukur pengetahuan, sosialisasi materi terkait DBD dan metode pengendalian DBD, pendampingan pembuatan ovitrap, dan evaluasi kegiatan. Berdasarkan hasil evaluasi, terjadi peningkatan pengetahuan pada peserta yang mengikuti pelatihan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan warga dalam mengurangi kejadian DBD di RW 11 Kelurahan Leuwigajah. Kegiatan pembelajaran serupa juga perlu terus dilaksanakan oleh petugas kesehatan kepada kader dengan konsisten.
Pengembangan Metode Identifikasi Kadar Ion Besi Sampel Urin Berbasis Separasi Magnetik Permana, Ellsie Viendra; Khristian, Erick; Oktaviani, Nidya; Muhammad Rizaldi Ridwan; Siti, Salma; Maharani, Devi
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 10 No. 2 (2024): ANAKES: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v10i2.2457

Abstract

Kelebihan zat besi (iron overload) dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan genetik seperti hemokromatosis herediter dan penyebab sekunder seperti transfusi darah berulang atau asupan besi yang berlebihan, yang sering terjadi pada pasien thalasemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode baru dalam menentukan kadar ion besi dalam urin. Beberapa senyawa pembentuk presipitat ion besi yang diidentifikasi meliputi sulfit, peroksida, dan hidroksida, dengan hasil optimum diperoleh dari presipitasi menggunakan hidroksida berdasarkan parameter kestabilan dan kecepatan pengendapan dengan magnet. Sebelum analisis, sampel urin diperlakukan dengan penambahan magnesium untuk menghindari gangguan dari presipitasi ion fosfat. Hasil pengendapan optimum menggunakan hidroksida dicapai pada menit ketiga untuk ion besi dengan kadar 0,5 – 2,5 g/L. Nilai absorbansi turbiditas awal pada menit pertama berkisar antara 0,336 hingga 0,44, sedangkan absorbansi maksimum saat presipitasi maksimum berkisar antara 0,393 hingga 0,806, meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi Fe²⁺ dalam larutan. Setelah penarikan magnet dengan palladium ke dasar kuvet, absorbansi menurun dan stabil sejak menit kesembilan dengan rentang absorbansi 0,047 – 0,173. Absorbansi mencapai titik terendah pada menit keempat belas dengan rentang 0,002 – 0,03. Kurva standar yang dihasilkan dari selisih absorbansi turbiditas presipitat dan absorbansi supernatant setelah magnetisasi menunjukkan linearitas sebesar 0,94.