Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Dramaturgical Design Based on The Legend of Dideng Puti Dayang Ayu from Rantau Pandan Irianto, Ikhsan Satria; M., Hartati; Riswani; Gustyawan, Tofan
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 39 No 2 (2024)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v39i2.2631

Abstract

Dideng is an oral art from Rantau Pandan Village whose existence is of concern due to the lack of regeneration. In fact, Dideng art has theatrical, musical and gestural power. The content of Dideng is the legend of Puti Dayang Ayu which has great dramatic potential. Designing a performance concept (dramaturgical design) based on the legend of Puti Dayang Ayu is an effort to revitalize and develop Jambi's dramatic arts. This research aims to find dramatic material to then reassemble into a dramaturgical plan based on the legend of Dideng Puti Dayang Ayu. This research uses a qualitative method with a case study approach. The data collection techniques used were interviews and observation. Data analysis was carried out using three analytical tools, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results achieved from this research are 1). Dideng is a means of entertainment for the people of Rantau Pandan village which does not yet have a good regeneration of speakers. Therefore, creativity is needed to create Dideng in more attractive packaging. 2). The Dideng text was passed down orally so it does not have a standard story. Each speaker has their own version of the story. Therefore, the preparation of the story is adjusted to the dramatic needs of the story. 3). The writing of this play was motivated by the dramatic vision of "rationalization of legend". The main theme is broken promises and is structured in an aristolelian episodic plot.
Penciptaan Karya Tari Senjang Berdasarkan Tradisi Ngadu Tanduk di Kerinci Amelia, Olenda; Bahar, Mahdi; M., Hartati
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 3 No. 1 (2024): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpps.v3i1.27730

Abstract

Karya “Senjang” ini terinspirasi dari tradisi Ngadu Tanduk yang pada hakikatnya tradisi Ngadu Tanduk hanya memperbolehkan kaum laki-laki saja untuk memainkannya, hal ini terjadi dikarenakan adanya stigma bahwa perempuan adalah kaum yang lemah hingga tidak diperbolehkan untuk memainkan tradisi ini dan dianggap melanggar peraturan adat, dimana dalam peraturan adat kedudukan perempuan di kerinci hanya bertugas di dapur, kasur, dan sumur. Dari fenomena tersebut pengkarya menemukan adanya isu ketidak setaraan gender dimana pada saat ini perempuan mampu melakukan banyak hal layaknya seperti yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Kesetaran merupakan poin utama yang di ungkap dalam karya “Senjang” ini. Dalam penggarapan karya “Senjang” menggunakan media tanduk yang terbuat dari rotan sebagai simbol kekuatan dan semangat seorang perempuan dalam menghadapi kehidupan. Karya “Senjang” menggunakan gerak silat langkah tigo sebagai dasar pijakan dalam pengembangan bentuk-bentuk gerak pada karya “Senjang” ini, musik dalam karya “Senjang” diambil dari motif pukulan musik tradisi Ngadu Tanduk yang terdiri dari alat musik Gendang, Gong dan vokal, kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan karya “Senjang”.
Penciptaan Tari Lara Berdasarkan Sastra Lisan Dideng Dusun Rantau Pandan Tiara Fatma Sari; M., Hartati; Riswani, Riswani
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 3 No. 1 (2024): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jpps.v3i1.31339

Abstract

Karya tari Lara adalah karya yang digarap berdasarkan sastra lisan Dideng yang ada di Dusun Rantau Pandan Kabupaten Bungo. Lara merupakan hasil interpretasi yang dilahirkan kedalam kehidupan masa kini, tatkala perempuan mengalami kesedihan yang berlarut-larut ketika mengalami putus cinta. Landasan penciptaan gerak didasari pada motif gerak tari tauh dari Dusun Rantau Pandan. Metode penciptaan karya terbagi menjadi dua tahapan, yaitu pra-produksi (riset) dan produksi. Tahapan pra-produksi terdiri dari pengumpulan data dan pengembangan konsep, sedangkan tahap produksi adalah perwujudan tari. Karya tari yang menggunakan desain dramatik Kerucut Ganda ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama dengan kedamaian, bagian kedua dengan suasana sendu dan menegangkan dan bagian ketiga suasana kebahagian.