Articles
EKSPRESI MUSIKAL RATOK SIKAMBANG DALAM BABIOLA
Darmansyah, Darmansyah;
Bahar, Mahdi;
Nursyirwan, Nursyirwan
Bercadik Vol 1, No 1 (2013): Bercadik | Diskursus Budaya Lokal
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (47.465 KB)
Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang pertunjukan biola. Masyarakat Batang Kapas mengenalnya dengan istilah babiola. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis salah satu repertoar lagu dalam pertunjukan biola, yang sangat dikenal oleh masyarakat setempat, yaitu ratok sikambang. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan semiotik sebagai simbol budaya. Hasil penelitian memperlihatkan, bahwa tradisi babiola (pertunjukan biola) dengan ratok sikambang-nya merupakan simbol sosial mayarakat. Biola itu sendiri adalah sejenis alat musik tradisional yaitu sejenis instrumen gesek mirip biola (viol), dengan materi utamanya adalah penyampaian teks kaba (cerita). Salah satu repertoar lagunya yangterkenal adalah Ratok Sikambang. Ratok Sikambang diyakini sebagai lagu tradisional tertua dan memiliki karakteristik melodi dan teks. Isi teks lagu berupa imitasi bentuk isak tangis ratapan yang dipandang masyarakat pendukungnya sebagai representasi suasana sedih yang membatin, dan hal ini dialami tokoh legendaris Sikambang yang selalu dirundung penderitaan hidup. Penyajian tradisi Babiola dalam membawakan karakter lagu Ratok Sikambang disajikan secara eksrepsif oleh tukang biola (pemain biola) sebagai puncak ekspresi musikal.
BUDAYA EKOSISTEM SEBAGAI POTENSI PEMBANGUNAN BERWAWASAN KELESTARIAN LINGKUNGAN
Bahar, Mahdi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 5 MEI 2018
Publisher : PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (311.568 KB)
This study discusses the ecosystem cultural issues and their potential for environmentally sound development in the Unitary State of the Republic of Indonesia. Two entities that need to be separated are the epistemological concept of culture and the concept of the state as an organization based on the law (constitution). These two entities are related, and will be explained and made into a conceptual foundation. Basically, communities in Indonesia have local ecosystem wisdom and intelligence as part of cultural system. The conception of local wisdom and intelligence they build is framed in harmony with the natural environment in which they live. Establishment of ecosystem values or norms into culture or tradition has close ties to nature as a source of economy - social welfare. Therefore, the alignment of the environment with the production process (economy) as well as other possibilities in the context of comfort, security, and even religion should be a calculation in taking policy. In certain contexts, sometimes it becomes preserved and even developed into a resource (potential) of development based on cultural sustainability. Keywords— Ecosystem culture, development, environmental sustainability
Peran Musik Tradisi Kelintang Tungkal Sebagai Prosesi Malam Beinai Masyarakat Kampung Nelayan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Gunawan, Indra;
Bahar, Mahdi;
Aulia, Defni
Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol 3, No 3 (2021): Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) April
Publisher : Mahesa Research Center
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34007/jehss.v3i3.412
This study aims to know the role of the Kelintang Tungkal music tradition as a musical tradition that lives and develops in the Kampung Nelayan Sub-District as a form of social integration and a developing musical structure. The structure is seen from the perspective of anthropologogical music, that Kelintang Tungkal was originally used by the community as accompaniment music in medical ceremonies but at this time the ceremony was no longer played because the myth of the local community that rolled the Kelintang Tungkal community had a strong magical element, so that these types of blows may not be made or played anywhere. Then the local community changed the function of the Kelintang Tungkal as an entertainment activity for the local community at wedding parties, welcoming traditional guests and as dance accompaniment music. Most of the data collected in this study were obtained from research on places and performances, interviews, and references related to writing about tungkal latitude, and were analyzed with qualitative approach. This study concludes that there has been a change in the Kelintang Tungkal performance that was originally used for medical ceremonies, because the functional factor of the Kelintang Tungkal performance turned into entertainment.
UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT KERINCI SEBAGAI SENI BERTUTUR
Sovia Wulandari;
Mahdi Bahar
PARAFRASE : Jurnal Kajian Kebahasaan & Kesastraan Vol 20 No 2 (2020)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30996/parafrase.v20i2.4248
Bahasa Kerinci merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang masih hidup dan berkembang pada masyarakat Kerinci. Masyarakat Kerinci juga menggunakan bahasa sebagai kontrol sosial masyarakatnya yang tertuang dalam bentuk ungkapan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan ungkapan tradisonal masyarakat Kerinci sebagai seni bertutur. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, ungkapan tradisional sebagai seni bertutur yaitu adanya sikap kehati-hatian dalam menyampaikan maksud dan tujuan serta ketidaklangsungan makna atau arti dalam tuturan tersebut yang membuat tuturan tersebut indah. Ungkapan sebagai seni bertutur digunakan untuk melarang, menegur, menasihati, memerintah, menghukum, dan menyatakan aturan dalam masyarakat setempat. Selain itu, ungkapan tradisonal ini sebagai seni bertutur juga digunakan pada prosesi upacara adat Kenduri Seko.
Model Normatif Kemasan Seni Pertunjukan Melayu Objek Wisata Candi Muarajambi
Mahdi Bahar;
Hartati Muchtar
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 36 No 1 (2021): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v36i1.1322
Seni tradisional masyarakat Melayu Muarajambi adalah seni rakyat dan belum tentu mampu memenuhi kebutuhan apresiasi kontemporer para wisatawan. Untuk alasan ini, diperlukan model seni pertunjukan kreatif bercitra global di kompleks candi Muarajambi yang mampu memenuhi apresiasi para wisatawan. Sementara itu, kegiatan wisata berada di pusat kehidupan masyarakat Melayu Muarajambi yang kebudayaannya secara ideal berdasarkan pada ajaran Islam. Di sisi lain, ketahanan budaya dibutuhkan seiring dengan penguatan budaya. Solusi akomodatif untuk melakukan kemasan seni untuk itu adalah, model normatif didasarkan pada estetika dan kesenian Melayu Muarajambi, serta Melayu pada umumnya dan kreativitas seni berorientasi pada artistika global.
ANALISIS BENTUK DAN TEKSTUAL MUSIK KRINOK PADA MASYARAKAT DESA RANTAU PANDAN KABUPATEN BUNGO
Andri Reza Pahlawan;
Mahdi Bahar;
Ofa Yutri Kumala
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 1 No. 2 (2022): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan (Desember 2022)
Publisher : Universitas Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (688.651 KB)
Krinok merupakan kesenian tradisi tutur yang dinyanyikan menggunakan alat-alat musik tradisional yaitu piul, gendang melayu, kelintang kayu, dan gong. Adapun teks pada nyanyian tersebut berisi pesan nasehat, keluh kesah, dan ajaran kehidupan yang dinyanyikan secara spontan oleh pelantun Krinok. Pada penampilannya, musik Krinok dipadukan dengan sebuah tarian yang disebut tari Tauh. Musik Krinok dan tari Tauh menjadi satu-kesatuan dan menjadi identitas masyarakat Rantau Pandan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan bidang keilmuan musik, diantaranya menyangkut struktur musik dan tekstual yang ada pada Musik Krinok.
PENCIPTAAN TARI TAMBO BERANGKAT DARI GERAK SILAT KEMIYAN DESA DUSUN BARU, KABUPATEN SAROLANGUN
Ulfa Dwi Candra;
Mahdi Bahar;
Hartati M
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 1 No. 2 (2022): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan (Desember 2022)
Publisher : Universitas Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (749.019 KB)
Tambo merupakan karya tari dengan ide garapan yang berasal dari sejarah di balik benda pusaka Bedil Paklinggam pada masa perjuangan masyarakat pribumi melawan penjajah Belanda di Kampung Ujung Tanjung yang merupakan desa tertua di Kabupaten Sarolangun. Karya tari Tambo berpijak dari motif gerak silat Kemiyan yang ada di desa Dusun Baru, Kabupaten Sarolangun. Metode penciptaan yang digunakan dalam proses penggarapan karya ini adalah kolaborasi, observasi, pengumpulan data, perwujudan pengembangan konsep dan perwujudan karya. Capaian dari proses karya Tambo ini adalah karya tari baru yang mengangkat kisah tentang perjuangan pribumi melawan penajajah melalui eksporasi dari gerak silat Kemiyan.
BENTUK DAN PERUBAHAN ASYIEK NITI NAIK MAHLIGAI MENJADI TARI NITI NAIK MAHLIGAI MASYARAKAT SIULAK MUKAI, KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI (1995-2020)
Bela Bela;
Hartati M;
Mahdi Bahar
Prabung Seni: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 1 No. 2 (2022): Prabung Seni | Pengkajian dan Penciptaan Seni Pertunjukan (Desember 2022)
Publisher : Universitas Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (916.113 KB)
Niti Naik Mahligai merupakan upacara yang digunakan sebagai penobatan seorang Raja atau yang dikenal dengan nama Belian Salih dengan melewati berbagai rintangan yang berbahaya seperti meniti di atas bara api, bambu tajam, dan pedang. Seiring perkembangan zaman, upacara Asyiek Niti Naik Mahligai kemudian menjadi Tari Niti Naik Mahligai yang dilakukan masyarakat Siulak Mukai sejak tahun 1995 dengan berbagai ritual magis agar para penari dapat dirasuki oleh roh leluhur atau nenek moyang mereka. Hal inilah yang menjadi alasan dari gerakan penari bebas dan tidak terluka meski melwati berbagai adegan berbahaya selama menarikannya.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan secara tekstual dan kontekstual dari Asyiek Niti Naik Mahligai menjadi tari Niti Naik Mahligai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mana data yang dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi di analisis melalui reduksi data dan tringulasi data.
Pelatihan Teater Abdul Muluk Sebagai Upaya Revitalisasi Teater Tradisi di Desa Mudung Darat Kabupaten Muaro Jambi
Bahar, Mahdi;
Irianto, Ikhsan Satria;
M, Hartati;
Gunawan, Indra;
Gustyawan, Tofan
Batoboh Vol 9, No 1 (2024): BATOBOH: JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26887/bt.v9i1.4043
Teater Abdul Muluk adalah seni tradisi yang sempat populer di Desa Mudung Darat. Namun, regenerasi yang kurang baik dan menurunnya minat masyarakat membuat teater Abdul Muluk di Desa Mudung Darat menjadi vakum dan jarang dipertunjukkan. Tanpa penanggulangan yang baik, kekayaan budaya Desa Mudung Darat ini akan terancam punah. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk merevitalisasi teater Abdul Muluk yang ada di Desa Mudung Darat. Kegiatan ini dilakukan dalam empat tahapan kerja, yaitu: riset, pelatihan, produksi dan pertunjukan. Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan adalah metode presentasi dan diskusi serta metode latihan dengan bimbingan. Peserta pelatihan merupakan generasi muda yang memiliki minat dan bakat di bidang seni pertunjukan. Hasil dari program pengabdian ini adalah pertunjukan teater Abdul Muluk yang berangkat dari ingatan kolektif masyarakat Desa Mudung Darat.
The Concept of Institutionalization of Islamic Education in Its Contribution to the Cultural Behavior of Society
Ravico, Ravico;
Bahar, Mahdi;
Karim, Maizar;
Firman, Firman
PPSDP International Journal of Education Vol. 2 No. 2 (2023): PPSDP International Journal of Education (Special Issue)
Publisher : Perkumpulan Program Studi Doktor Pendidikan (PPSDP)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.59175/pijed.v2i2.139
This study is part of a dissertation on the history of Islamic education’s institutionalization and its contribution. This is due to the conclusion that Islamic education in a region ought to be able to alter the mentality and behavior of animist culture in a society. In actuality, however, people’s behavior is still cloaked in theatrics. Therefore, it is necessary to maintain the theme’s conception. This study employs qualitative research methods and a literature review approach, with the phases of reading, reviewing, and analyzing findings from online and offline libraries. This study provides the definition of Islamic educational institutions, which are educational systems that endeavor to modify behavior and thought in accordance with Islamic principles. Community Culture consists of the collective ideas and behaviors of the community that are rooted in the individual identities of its members.