Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Penyuluhan Stop Bullying sebagai Pencegahan Perundungan Siswa di SD Negeri Sukakarya, Arcamanik - Bandung Putri Limilia; Puji Prihandini
ABDI MOESTOPO: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 2, No 01 (2019): Januari 2019
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.837 KB) | DOI: 10.32509/am.v2i1.690

Abstract

Perundungan (bullying) menjadi masalah sosial yang tidak pernah berakhir di tengah masyarakat. Permasalahan ini dapat ditemukan dalam berbagai konteks sosial seperti pendidikan, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaku dan korban juga datang dari berbagai latar belakang usia. Anak dan remaja merupakan usia yang rentan terkena perundungan. Sementara itu, sekolah merupakan tempat yang paling sering ditemui kasus perundungan, bahkan, terkadang permasalahan ini sudah terinternalisasi dengan kegiatan lainnya seperti masa orientasi siswa baru. Kasus perundungan yang sudah membudaya membuat siswa terkadang tidak menyadari bahwa mereka melalukan tindakan tersebut. Oleh karena itu, setiap sekolah memerlukan sebuah penyuluhan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang perundungan. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah (1) ceramah; (2) diskusi; (3) feedback; dan (4) pemutaran video. Hasil penyuluhan memperlihatkan bahwa adanya kesadaran siswa bahwa perundungan dapat hadir dalam berbagai macam bentuk. Siswa juga menyadari perlunya peran mereka dalam mengurangi kasus perundungan yang terjadi di sekolah.
LITERASI MEDIA TAYANGAN TELEVISI PADA SISWA SDN MELONG MANDIRI V KOTA CIMAHI Puji Prihandini
Dharmakarya : Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat Vol 11, No 2 (2022): Juni. 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v11i2.34189

Abstract

Pola konsumsi media yang sudah beralih ke media digital saat ini, tidak membuat masyarakat di Indonesia mengesampingkan televisi sebagai media sumber informasi dan hiburan di ruang kelaurga mereka. akses rumah tangga terhadap perangkat TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tertinggi ada pada Televisi yakni sebesar 86,7%. Angka akses yang masih tinggi ini sayangnya tidak sejalan dengan indeks kualitas program televisi. Hasil indeks kualitas program siaran televisi untuk program acara yang diperuntukan untuk anak-anak hasilnya menunjukkan kualitas program acara anak-anak masih kurang baik. Indeks kualitas masih berada di poin 3.03. Media dan dampaknya merupakan isu yang selalu menjadi kajian bagi para peneliti dan akademisi, terutama jika audiensnya adalah anak-anak. Riset sebelumnya mengenai dampak tayangan televisi menunjukan beberapa dampak yang bersifat positif dan juga negatif. tim Pengabdian Pada Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran berupaya untuk mengurangi dampak negatif tayang televisi pada anak-anak SD, maka kami memberikan penyuluhan terkait literasi media tayang televisi pada siswa SDN Melong Mandiri V Kota Cimahi Jawa Barat. Kegiatan PKM dilakukan kepada siswa kelas 4 SD Melong Mandiri V Kota Cimahi dengan menggunakan metode penyuluhan melalui penyampaian materi literasi tayangan televisi, pemutaran video dan diakhiri dnegan games. Hasil akhir dari kegiatan PKM diharapkan dampak meningkatkan kesadaran mereka mengenai dampak tayang televisi sehingga mereka mampu membatasi diri dalam durasi waktu menonton dan jenis konten yang dikonumsi.
Pengalaman Komunikasi Dewasa Muda dengan Keluarga Broken Home dalam Menjalin Hubungan Romantis Bunga Nieta Putri Vidanska; Hadi Suprapto Arifin; Puji Prihandini
Jurnal Politikom Indonesiana Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Politikom Indonesiana
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35706/jpi.v4i2.3237

Abstract

Broken home menjadi momok menakutkan tersendiri bagi seorang anak yang menjadi korban. Mungkin bagi para orangtua yang mengalaminya, hal itu kurang lebih sama saja seperti putus cinta. Namun bagi anak-anak yang pada saat itu belum mengerti dan masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lengkap dari kedua orangtuanya, maka hal tersebut dapat mendatangkan trauma tersendiri bagi mereka, terutama dalam caranya memandang kehidupan dan cinta. Hubungan romantis (romantic relationship) bertujuan untuk mengenal lawan jenis secara mendalam dan beradaptasi satu sama lain. Jika hubungannya berhasil, maka hubungan tersebut juga berperan sebagai bentuk melatih diri sendiri untuk mempersiapkan diri ke jenjang selanjutnya, yaitu pernikahan. Kelancaran hubungan romantis akan didukung dengan adanya komunikasi. Penelitian ini akn mengkji mengeni bgaimn pengalama komunikasi bgi dewasaa muda dalam menjalin hubungan romantis penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitin menunjukkan . Tiga hambatan yang paling umum dirasakan oleh dewasa muda broken home, berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian pada sub bab sebelumnya adalah: 1.) Trauma; 2.) Rasa Malu; 3.) Penolakan dari Calon Pasangan. Secara keseluruhan ada dua harapan yang umumnya dimiliki  para informan sebagai individu dewasa muda broken home, yaitu: 1.) Menikah saat sudah siap, dan; 2.) Tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Kedua harapan tersebut, merupakan harapan yang dimiliki oleh semua informan berdasarkan wawancara mendalam dari penelitian ini.Kata Kunci: Broken Home, Hubungan, Romantis, Komunikasi
Perilaku Penggunaan Smartphone dan Akses Pornografi di Kalangan Remaja Perempuan Rachmaniar Rachmaniar; Puji Prihandini; Preciosa Alnashava Janitra
Jurnal Komunikasi Global Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.7 KB) | DOI: 10.24815/jkg.v7i1.10890

Abstract

This study aims to determine the use of smartphones and how these technologies allow access to pornography among junior high school girls. Using a qualitative descriptive study method, this study examines ownership of smartphones and pornographic content that may be accessed via smartphones. The informants were four students of SMP Negeri 2, Padalarang, West Java. Data collection was conducted through in-depth interviews and observation. The results showed that junior high school students started to have regular mobile devices since they were still in elementary school. After they began to use smartphones at junior high school, they were inadvertently exposed to the pornographic content. These findings reveal that how more sophisticated technological devices have the potential to open access to pornographic content.
Pengalaman komunikasi mahasiswi bercadar dalam menghadapi stigma masyarakat Risti, Athifa Nabila; Hadisiwi, Purwanti; Prihandini, Puji
Manajemen Komunikasi Vol 6, No 2 (2022): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jmk.v6i2.32106

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang pengalaman komunikasi mahasiswi bercadar dalam menghadapi stigma masyarakat. Menjadi bagian dari warga negara Indonesia dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, namun ternyata tidak serta merta membuat cadar menjadi paham yang meluas tanpa adanya stigma dari masyarakat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan memahami motif mahasiswi bercadar dalam menggunakan cadar, makna cadar bagi mahasiswi bercadar, dan untuk mengetahui bagaimana mahasiswi bercadar mengatasi stigma masyarakat. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi dengan subjek penelitian yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling sebanyak 7 orang. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik member check. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif mahasiswi bercadar terbagi atas dua tahapan. Pertama ialah alasan menggunakan cadar karena trauma, mengikuti tren, sering mengikuti kajian, dan karena pergaulan. Kedua ialah harapan menggunakan cadar yang terbagi atas enam kategori, yaitu harapan terhadap orang tua, sahabat, jodoh, pekerjaan, lingkungan sekitar, dan akhirat. Variasi makna cadar bagi mahasiswi bercadar ialah sebagai pengingat, pembatas, pelindung, dan sebagai media untuk menundukkan pandangan laki-laki. Dalam mengatasi stigma masyarakat mahasiswi bercadar melakukan lima bentuk penyelesaian yaitu, memberikan penjelasan, membiarkan masyarakat, melepas cadar di tempat tertentu, mengganti cadar dengan masker, dan membuktikan dengan berakhlak baik.
LITERASI DIGITAL PENCEGAHAN CYBERBULLYING DI LINGKUNGAN SISWA SMP Prihandini, Puji; Rachmaniar, Rachmaniar; Anisa, Renata
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um032v7i2p149-156

Abstract

LITERACY DIGITAL CYBERBULLYING PREVENTION IN THE STUDENT ENVIRONMENT JUNIOR HIGH SCHOOL The synergy report on the women's violence database, compiled by the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection, indicates that the highest number of victims of violence, categorised by age, is within the teenage range, specifically 13-17 years old. One of the most prevalent forms of violence is cyber violence, which is commonly referred to as cyberbullying. Cyberbullying can be defined as the intimidation of an individual or group through digital technology. The relatively low digital literacy index in Indonesia may be a contributing factor to the continued prevalence of cyber violence in the country. One potential strategy for the prevention of cyberbullying is the promotion of digital literacy and its role in the prevention of such behaviour. A programme of counselling on digital literacy in the context of cyberbullying prevention was conducted at YPKP Middle School in Bandung City. The educational materials provided covered the development of social media, its characteristics, benefits, and impacts of using social media, as well as knowledge of cyberbullying, its impact, prevention, and how to deal with it. The results of these activities demonstrated that the majority of students already own mobile phones and that all students have access to social media. While the majority of students have heard the term cyberbullying, few are equipped with the necessary knowledge to respond effectively when they encounter or experience cyberbullying. Laporan sinergi database kekerasan terhadap perempuan yang disusun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan bahwa jumlah korban kekerasan tertinggi, yang dikategorikan berdasarkan usia, berada dalam rentang usia remaja, khususnya 13-17 tahun. Salah satu bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi adalah kekerasan di dunia maya, yang biasa disebut dengan cyberbullying. Cyberbullying dapat didefinisikan sebagai intimidasi terhadap individu atau kelompok melalui teknologi digital. Indeks literasi digital yang relatif rendah di Indonesia dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap prevalensi kekerasan siber yang terus meningkat di negara ini. Salah satu strategi potensial untuk pencegahan cyberbullying adalah dengan mempromosikan literasi digital dan perannya dalam pencegahan perilaku tersebut. Sebuah program penyuluhan tentang literasi digital dalam konteks pencegahan cyberbullying dilakukan di Sekolah Menengah Pertama YPKP di Kota Bandung. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi perkembangan media sosial, karakteristik, manfaat, dan dampak dari penggunaan media sosial, serta pengetahuan tentang cyberbullying, dampak, pencegahan, dan cara mengatasinya. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa telah memiliki telepon genggam dan semua siswa memiliki akses ke media sosial. Meskipun mayoritas siswa pernah mendengar istilah cyberbullying, hanya sedikit yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk merespon secara efektif ketika mereka menemukan atau mengalami cyberbullying.
PENYULUHAN LITERASI DIGITAL: OPTIMALISASI PEMANFAATAN INSTAGRAM BAGI SISWA SMP DI KOTA BANDUNG Puji Prihandini; Rachmaniar; Renata Anisa
JP2N : Jurnal Pengembangan Dan Pengabdian Nusantara Vol. 1 No. 1 (2023): JP2N: September - Desember 2023
Publisher : Yayasan Pengembangan Dan Pemberdayaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62180/k5tkvn61

Abstract

Data released by APJII (Association of Indonesian Internet Providers) states that the highest age group for internet penetration is in the teenage age range of 13-18 years. As many as 99.16 percent of that age are connected to the internet. Connectivity with high internet usage is ironically not in line with media literacy skills. This is what underlies the community service team, Faculty of Communication Sciences, Padjadjaran University in conducting media literacy counseling for teenagers. PKM activities are carried out for 8th grade students of SMP YPKKP Bandung City with the theme: optimizing Instagram users. The social media Instagram was chosen because based on data from we are social in 2022, Instagram is the social media with the second most users after WhatsApp. The PKM session activity began with filling out a questionnaire in the form of questions about the behavior of using social media by Mrs. Puji Prihandini, then followed by a lecture in the form of exposure to material on the benefits of social media and the bad effects of using social media by Mrs. Rachmaniar then followed by practical steps in creating content on Instagram by Mrs. Renata. Then the event ended with a question and answer session and a quiz. As a result, students can understand the material well and can explain Back to the benefits and bad effects of social media as well as the steps in creating useful content on Instagram. This PKM activity is still in the awareness stage of using social media and compiling content, in the future this PKM activity can be continued with contetn creator workshop.
Pengaruh Paparan Konten Cyber Victimization, dan Kontrol Sekolah terhadap Perilaku Cyberbullying pada Remaja SMA di Kota Depok Dewi, Evie Ariadne Shinta; Aully, Marfa; Prihandini, Puji
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JISIP) Vol 14, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tungga Dewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/jisip.v14i1.2926

Abstract

Cyberbullying is an act of violence on the internet that is still rampant, especially affecting students. Not only as victims, these students can also act as perpetrators. There are several factors that influence cyberbullying behavior, including the influence of content exposure, cyber victimization, and school control. This Quantitative study aims to analyze the influence of content exposure, cyber victimization, and school control on cyberbullying behavior in adolescents, especially high school students in Depok City. The hypothesis of this study is compiled based on the concept of cyberbullying factors proposed by Bae Sungman, into 3 hypotheses, namely, H1 Content exposure has an impact on cyberbullying behavior, H2 Cyber Victimization has an impact on cyberbullying behavior and H3 School Control has an impact on cyberbullying behavior. The results show that content exposure has an influence on cyberbullying behavior, where more exposure will increase the likelihood of someone committing cyberbullying. In addition, someone who has been a victim or exposed to cyber victimization will be more likely to become a perpetrator of cyberbullying. However, in this study, School Control has no influence on cyberbullying behavior among high school adolescents in Depok City, or H0 can be accepted and H3 is rejected. In this study, school control includes school regulations related to cyberbullying and regulations on the use of cellphones and social media at school. Some factors that make school control not influential include almost 50% of students not knowing that their school has regulations regarding cyberbullying and the use of social media. In addition, there is no supervision from teachers in the use of student social media, meaning that schools have not been optimal in enforcing these cyberbullying rules.Cyberbullying merupakan tindakan kekerasan di internet yang masih marak terjadi terutama menimpa para pelajar. Tidak hanya sebagai korban, para pelajar ini juga bisa bertindak sebagai pelaku. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perilaku Cyberbullying, antara lain  pengaruh paparan konten, cyber victimization, dan kontrol sekolah. Penelitian kuantitatif ini ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh paparan konten, cyber victimization, dan kontrol sekolah terhadap perilaku cyberbullying pada remaja, khususnya siswa SMA di Kota Depok. Hipotesis penelitian ini disusun berdasarkan konsep faktor cyberbullying yang dikemukakan oleh Bae Sungman, menjadi 3 hipotesis yaitu, H1 Paparan konten memiliki dampak terhadap perilaku cyberbullying, H2 Cyber Victimization memiliki dampak terhadap perilaku cyberbullying dan H3 Kontrol Sekolah memiliki dampak terhadap perilaku cyberbullying. Hasil riset menunjukkan paparan konten memiliki pengaruh terhadap perilaku cyberbullying, dimana semakin banyak paparan akan meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan cyberbullying. Selain itu, seseorang yang pernah menjadi korban atau terkena cyber victimization akan lebih mungkin menjadi pelaku cyberbullying. Namun demikian, dalam penelitian ini, Kontrol Sekolah tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku cyberbullying pada remaja SMA di Kota Depok, atau H0 dapat diterima dan H3 ditolak. Dalam penelitian ini, kontrol sekolah meliputi peraturan  sekolah terkait cyberbullying dan regulasi penggunaan handphone serta media sosial di sekolah. Beberapa faktor yang membuat kontrol sekolah tidak berpengaruh, antara lain hampir 50% siswa tidak mengetahui bahwa sekolah mereka memiliki peraturan mengenai cyberbullying dan penggunaan media sosial. Selain itu, tidak ada pengawasan dari guru dalam penggunaan media sosial siswa, artinya sekolah belum optimal dalam menegakkan aturan cyberbullying ini.
Social Identity And Gender Representation of Superheroes And Villains In Indonesia Films Prihandini, Puji; Zulkifli, Muhammad Yunus
Mediator: Jurnal Komunikasi Vol. 18 No. 1 (2025): Mediator: Jurnal Komunikasi (Sinta 2)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v18i1.4698

Abstract

Indonesian superhero films still adopt Hollywood narratives that imply social identity and gender stereotypes. Previous studies still focus on the main hero characters, while studies that also examine villains are still minimal. This study aims to examine the representation of social and gender identities in Indonesian superhero films by exploring hero and villain characters. This study uses social identity theory and feminist film theory as theoretical foundations. The method used is qualitative with a sociological analysis of two female superhero films, namely: Sri Asih and Virgo and The Sparklings. The data collection method is by observing the narrative, character visualization in the film which is placed in a social and gender context. The results of the study describe the construction of social class between the protagonist and antagonist characters, the dominance of masculinity values ​​and the emphasis on the body and sexuality of the characters. This study concludes that Indonesian superhero films have not depicted inclusive and progressive gender representation. This study contributes to the development of film and gender studies in Indonesia and opens up opportunities for further discussion about popular media